13. Tigabelas

755 136 24
                                    

Pada akhirnya, Sasha menuruti keinginan Juna yang mengajaknya menghadiri pesta. Orang kaya sering kali mengadakan pesta. Padahal membosankan. Bukankah lebih baik mereka memberikan kepada orang lain yang membutuhkan, jika uang mereka sebanyak itu?

Sasha menghadiri pesta tersebut, karena Jeni juga hadir. Sahabatnya sudah tentu dipasangi tali oleh Tama. Dilarang berjauh-jauhan. Sebab Tama seperti korban pelet yang terkena mantra oleh Jeni. Kalau kata Jeni, itu semua berkat ilmu LC yang ia terapkan. Makanya Tama lengket seperti cairan—eh!

Bukan Sasha dan Jeni kalau tidak heboh. Mereka harus menjadi pusat perhatian di dalam pesta. Maksudnya menjadi pusat perhatian agar citra kedua pasangan mereka buruk. Sasha memakai kostum Sailor Moon versi seksi. Dengan belahan dada rendah serta rok yang super pendek. Sementara Jeni mengenakan kostum Wonderwoman.

Juna sampai ingin menggaruk tembok rasanya. Ia sudah membelikan gaun cantik yang sopan. Sasha malah memakai setelan pemain video porno. Sekalian saja wanita itu menjadi penari tiang.

Juna tidak mampu berbuat apa-apa, karena selama ini Sasha pulang ke kos setelah perdebatan mereka tempo hari. Saat Juna menjemput, sang istri sudah menjadi anomali Ibukota. Sebenarnya dimana letal urat malu Sasha?

"Sha, aku kan udah belikan gaun. Kenapa pakai baju aneh itu. Kamu harus berpakaian sopan."

Sasha berdecih. "Bacot lu, homo. Gue bikin beret mobil lo, tau rasa!"

Ancaman yang membuat Juna terdiam. Karena mobil adalah harga diri Juna. Ia amat sangat menjaga mereka. Kali ini Juna memilih jalur damai. Ia kembali bungkam. Hingga sampai di lokasi, Juna menutup tubuh Sasha dengan kemeja yang ia kenakan.

Bahkan beberapa tamu undangan sampai merem melek dibuatnya. Apalagi kostum menantang milik Jeni. Tama hanya diam saja, karena sang kekasih mengancam akan mogok tidur bersama. Bisa gawat kalau si adik tidak masuk ruangan hangat.

"Eits, bini lo mantep juga. Dapat dimana lo, Juna?" Sahut salah satu kawan Juna.

"Di gang sebelah, Bang. Mau nggak sama saya. Nanti saya kasih diskon spesial. Apalagi kalau mainnya rame-rame. Saya panggil temen."

Sasha menaikkan kedua alis. Satu tangannya dia tarus di depan wajah seolah sedang mengelus penis. Dengan mendorong lidah hingga pipinya menonjol.

Sekawanan pria tersebut sampai terbatuk-batuk. Tidak menyangka bahwa istri Juna akan seberani ini. Ini mereka dilecehkan bukan?

Juna bahkan hampir jatuh kedua bola matanya. Bahkan di depan teman-temannya, Sasha membuatnya tak berharga lagi. Memang di luar nalar sekali kepribadian sang istri.

"Istri gue bercanda doang. Tolong jangan diseriusin."

"Oh, kirain. Bisa juga lo nikah, Bro. Kita sampai ngira kalau lo sama Tama itu maho." Ujar salah satu kawan Juna. Lalu disusul tawa setelahnya.

"Yoi, ternyata elo waras? Udah nggak cupu lagi dong."

Bukannya membalas, Juna hanya menunduk saja. Sudah ia katakan bahwa pesta ini adalah yang terburuk. Mereka akan membahas masa lalu yang selalu ingij Juna lupakan.

"Loh?" Tiba-tiba saja Sasha bersuara.

"Kalian nggak tau kalau Juna itu bel—hmmph."

Belum selesai menyelesaikan kalimat, Juna sudah menutup paksa mulut Sasha. Menyeret paksa Sasha untuk menjauh dari teman-temannya masa sekolah dahulu. Ia memojokkan Sasha di tempat yang tidak orang lalui.

"Kamu kesini berniat mau malu-maluin aku?"

Sasha merotasikan kedua bola matanya. "Iye! Tumben lo peka, biasanya tolol, goblok sama leletnya elo borong semua."

Love Options Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang