"Maaf, Pak. Kami tidak bisa mengizinkan Bapak untuk memasuki kamar tersebut. Itu melanggar privasi pelanggan."
Pekerja resepsionis berusaha memberikan pengertian kepada Juna yang berapi-api. Mereka takut sebenarnya, namun mereka tak dapat melanggar hak pelanggan. Mau bagaimanapun, sudah peraturan hotel ini untuk menjaga kerahasiaan pelanggan. Kecuali ...
"Saya bayar kalian berdua masing-masing 10 juta! Kalau orang di kamar itu menuntut, silahkan hubungi saya!" Juna menyerahkan kartu nama miliknya.
Kedua pekerja tersebut saling menatap. Mendapat 10 juta dalam semalam, tidak datang dua kali. Ini kesempatan yang langka.
"Baik, Pak. Silahkan kirim uang tersebut. Dan pastikan Bapak menepati janji."
Juna memejamkan mata sejenak. Memang tidak ada yang bisa menolak indahnya uang. Padahal 10 juta itu adalah uang receh bagi Juna. Tak mengapa, mengeluarkan 20 juta tidak membuatnya miskin.
Urusan menyogok selesai, Juna berjalan hingga di depan pintu kamar yang didiami oleh Bagus serta pria antah berantah. Juna mengambil nafas panjang. Bersiap membuka pintu menggunakan kunci cadangan yang ia dapat. Bersyukur, pintunya dapat terbuka. Alias penghuni kamar tidak menggantung kunci di pintu.
Pelan-pelan Juna memasuki ruangan. Sampai matanya melihat pemandangan yang membuat kedua matanya terinfeksi. Sial! Dosa apa dia, sampai harus ditampakkan kegiatan tak senonoh ini. Mana pernah Juna membayangkan akan melihat dua orang pria telanjang saling bercumbu.
"Babe, lebih dalem lagi—ahh."
Suara desahan Bagus menggema di seluruh ruang. Sepertinya, mereka berdua sudah sampai klimaks. Karena si pria mengakhiri genjotannya, lalu memberikan cumbuan mesra pada Bagus.
Haruskah Juna melihat ini semua?
Bukan merasa cemburu. Justru Juna merasa jijik, mual, ingin pergi. Akan tetapi dia harus memberikan tinjuan kepada dua pria tak berbudi luhur tersebut. Meski ia mati-matian menghindari adu fisik. Tangannya gatal, terlebih mereka semua adalah sesama pria. Ingat, pria tidak bernegosiasi, tapi saling memukul.
Juna membanting kursi untuk mengalihkan perhatian kedua pasangan yang sedang dimabuk asmara tersebut.
Bagus terkejut, segera melepaskan tautan bibirnya dengan sang kekasih—Jose. Bule keturunan campuran Indo dan Amerika. Ia menelan ludah dengan sulit. Dia akan dimaafkan, bukan? Juna tidak mungkin marah padanya.
"Babe ... Juna ... Aku bisa jelasin ..."
Bagus berjalan mendekat ke arah Juna.
"PAKAI BAJU LO, ANJING!"
***
Juna menatap nyalang Bagus yang terlihat santai saja. Pun Jose yang malah menyalakan rokok. Oh, wow. Semua ini bukan hal besar? Hanya Juna yang terlihat emosi di sini.
"Udah berapa lama lo selingkuh? Jawab!"
"Kok kamu kasar gitu, sih. Aku kan nggak suka—"
"JAWAB, BANGSAT!"
Juna menghempas tubuh Bagus yang hendak meraih lengannya. Juna merasa jijik. Begitu jijik, sampai rasanya ia ingin meludah ke arah Bagus.
"Itu semua salah kamu! Dari kita pacaran, nggak mau berhubungan sama aku! Tapi kamu malah nempel sama Sasha lonte itu! Aku juga butuh disayang dan butuh aktivitas seksual juga."
Sekarang semua salah Juna? Pintar sekali pria ini memutar balikkan fakta seolah dirinya yang bersalah. Sudah selingkuh, sampai berhubungan badan, masih saja merasa benar. Bahkan Sasha yang perempuan tulen saja tidak begitu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Options
ChickLitAwalnya, Arjuna mengira bahwa rencana pernikahan kontrak adalah rencana yang brilian. Hingga rencana itu malah membuatnya berurusan dengan Alisha, wanita selicin belut dan selicik ular.