Hari ini Juna bertandang ke rumah klien yang berada di Surabaya. Tentu mengajak sang istri sekalian. Mana mungkin Juna meninggalkan Sasha sendirian di tengah gangguan yang datang dari Bagus.
"Sayang ... pelan-pelan. Mas takut ini, jangan disalip truk gedenya. Sayang, astaghfirullah—"
"BERISIK! NAMANYA JUGA JALAN TOL. SUKA-SUKA AKULAH KALAU MAU NGEBUT!"
Dari tadi Sasha merengek ingin menyetir mobil. Memang ia tak asing lagi dengan berkendara. Pengalamannya sebagai pengemudi taksi daring tak bisa berbohong. Yang dibuat takut adalah Juna. Dia merasa sedang naik roller coaster. Tidak ada bedanya Sasha berkendara motor dan mobil, hobinya menyelip dan menantang maut.
"Sayang, udah. Mas mual ini—HUEK!"
Sasha terus melajukan mobil hingga sampai tujuan. Tidak peduli dengan Juna yang sudah diserang mabuk darat. Rasakan! Itulah yang Sasha rasakan setiap hari kala rasa mual menyerang. Sekarang gantian, Juna yang menderita.
Penderitaan Juna baru berakhir setelah keduanya sampai di rumah milik Juna. Sasha sampai berpikir, berapa total kekayaan milik sang suami? Banyak sekali rumahnya. Jadi kalau ia menjual rumah di ibukota, Juna tidak rugi, bukan?
"Masih mual, Mas?"
Sasha bertanya sambil mengolesi minyak kayu putih ke perut dan leher Juna. Hanya dijawab dengan anggukan lemas. Sasha yang paham lantas melanjutkan untuk memijat sang suami.
"Sayaaang, tangannya ..."
Juna memegang tangan Sasha yang mulai membuka celana miliknya. Sang istri sepertinya ingin mencari kesempatan dalam kesempitan. Tapi kondisi Juna sudah tak memungkinkan sekarang, bahkan ia saja membatalkan pertemuan dan menundanya hingga ia sembuh.
Sasha menggerutu sebal. Aksinya ketahuan oleh Juna. Padahal Sasha hanya ingin menyapa adik milik Juna saja.
"Ih, ya udah! Aku cuma mau elus aja padahal!"
Wanita itu pergi dengan kaki yang sengaja ia hentakkan dengan keras. Sasha segera menyalakan motor milik penjaga rumah. Ibu hamil itu pergi menuju supermarket atau tukang sayur terdekat untuk membuatkan obat bagi Juna.
Tak butuh waktu lama hingga Sasha kembali ke rumah lagi. Dengan tentengan besar yang berisi berbagai bahan masakan. Untuk perlengkapan rumah, sebaiknya ia beli esok saja. Yang terpenting masih ada perlengkapan mandi.
Sasha membuatkan ramuan dari jahe, madu, kayu manis dan perasaan lemon. Semoga perut Juna segera membaik. Sasha merasa cara berkendaranya biasa saja. Juna terlalu berlebihan. Mungkin pria itu masuk UGD bila menaiki bus ekonomi antar kota.
"Nih, minum."
Juna menerima minuman tersebut. Hangat. Membuat rasa mualnya sedikit berkurang. Matanya lantas mengekori sang istri yang sigap merapikan kembali bekas gelas kotor. Kehamilannya yang baru memasuki trimester kedua membuat gerakannya belum terhambat.
Sasha kemudian mengambil duduk di sebelah sang suami yang menyandarkan tubuh pada kepala ranjang.
"Nggak kerasa udah lama juga kita di Malang, Yang." Ujar Juna memulai.
"Hm, perutnya udah baikan belum?"
"Udah mendingan, tapi aku belum mau makan dulu. Takut mual lagi."
"Ya udah, istirahat dulu aja."
Sasha kembali berbaring di samping Juna. Sembari mengelus perut sang suami. Juna sebenarnya senang, mendapat perhatian begini. Apalagi Sasha mulai menahan diri agar amarahnya tak mudah meledak.
"Yang. Aku seneng deh nikah gini."
Sasha menatap sang suami. "Senengnya gimana?"
"Ya seneng aja. Jadi nggak ngerasa sendirian lagi. Terus aku nggak disuruh kejar target harus ini itu gitu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Options
ChickLitAwalnya, Arjuna mengira bahwa rencana pernikahan kontrak adalah rencana yang brilian. Hingga rencana itu malah membuatnya berurusan dengan Alisha, wanita selicin belut dan selicik ular.