27. Jangan sakit

383 56 3
                                    

Di balik jendela sekolah seorang pemuda sedang fokus membaca buku, maniknya fokus pada tiap kata diatas kertas, hingga semilir angin berhembus buat surainya bergoyang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di balik jendela sekolah seorang pemuda sedang fokus membaca buku, maniknya fokus pada tiap kata diatas kertas, hingga semilir angin berhembus buat surainya bergoyang.

Hazel, tutup buku di depannya dan menatap keluar jendela, dapat ia lihat Jordan dan anak tim basket sekolah sedang bermain di luar. Ia berkedip dan menelisik ekspresi pacarnya yang terlihat bahagia, pemuda itu tertawa senang sembari mendribble bola ditangannya. Manik Hazel berbinar tertarik pada pemandangan di depannya. Namun, itu tak lama kala ia lihat Jordan tiba-tiba berhenti dan memegang kepalanya. Hazel berdiri dan berlari keluar kelas kala Jordan terjatuh dengan anak-anak tim basket mengerubunginya.

"Jordan kenapa?" tanya Hazel pada Jefran yang membantu temannya untuk membopong Jordan.

"Gak tau Zel, tiba-tiba pingsan," balas Jefran sebelum kembali melangkah.

Hazel tatap Jefran sebelum mengikuti langkah pemuda itu. Ada rasa yang ia rasakan kala melihat Jordan tiba-tiba terjatuh, rasa itu sama kala pemuda itu tak masuk dulu.

Hazel, khawatir.

....

Dokter UKS menatap tiga pemuda yang berdiri didepannya setelah memeriksa Jordan. Ia berdehem kala melihat manik coklat keemasan menatapnya datar namun menuntut.

"Jordan sepertinya kecapekan."

"Kecapekan?"

"Iya."

"Beberapa hari ini anak tim basket sibuk latihan buat pertandingan minggu depan kan?" lanjut dokter UKS pada Jefran.

Jefran mengangguk. "Karena itu Jordan pingsan?"

"Iya," jawab dokter singkat.

Hazel tatap Jordan yang terbaring dengan wajah pucat di ranjang UKS, lalu ia alihkan pandangannya ke dokter. "Tapi sebelum pingsan saya melihat Jordan memegang kepalanya."

"Oh, itu mungkin karena panas juga, jadi dia pusing."

Tak lama kemudian terdengar suara bel masuk. Dokter UKS menatap tiga pemuda didepannya dan berujar, "Sudah bel, kalian sebaiknya kembali ke kelas. Jordan biar istirahat dulu di sini."

Jefran dan Rafa mengangguk dan melangkah keluar sedangkan Hazel tetap diam ditempatnya, ia tatap Jordan dan menghampirinya.

"Saya mau menemani Jordan boleh?"

Dokter UKS sempat terkejut, sebelum tersenyum dan mengangguk. "Boleh."

"Oh iya, saya tinggal aja kalau begitu ya? Saya di panggil kepsek," lanjut dokter UKS keluar dari ruangan dengan ponsel ditangannya.

Setelah dokter keluar, Hazel duduk di kursi dan menatap Jordan yang masih setia menutup mata. Ia sibak poni Jordan dan mengelap keringat tipis bekas pemuda itu bermain basket.

"Jo." Hazel menjeda dan menggenggam tangan Jordan.

"Kata kamu, kamu mau saya bisa merasakan hal yang baik-baik saja."

"Tapi, perasaan yang saya rasakan saat ini... terasa tidak nyaman...."

Hazel tatap tautan tangannya dengan Jordan. Perasaannya kali ini terasa seperti warna biru muda bercampur kuning dan kelabu samar. Ia masih tidak terlalu mengerti tentang itu, tapi yang pasti dia tidak suka saat melihat pemuda yang jadi pacarnya ini terbaring dengan wajah pucat sarat akan sakit.

"Saat di pantai juga... kamu tahu tubuh kamu tidak kuat dingin tapi masih bermain air bersama saya."

"Lalu, untuk permainan basket apakah kamu sangat suka? Hingga tidak memerhatikan kesehatan kamu?"

Lama keheningan mengisi ruangan itu, hanya suara diffuser di atas meja penjaga yang terus mengeluarkan asap harum menjaga kelembaban ruangan.

Hingga tiba-tiba terdengar suara parau masuk ke rungu Hazel buat pemuda itu mendongak. "Gue emang suka banget basket Zel."

"Kamu sudah sadar?"

Jordan tersenyum dan menatap tautan tangannya dengan Hazel. Hazel ikuti tatapan Jordan dan segera menarik tangannya.

Jordan bangkit untuk duduk dan menatap ruangan yang sepi. "Dokter penjaga kemana?"

"Menemui kepala sekolah." Jordan mengangguk.

"Zel, boleh minta ambilin minum? Gue haus." Mendengar itu Hazel segera bangkit dan mengambilkan minum.

"Ini."

Jordan tersenyum. "Makasih Hazel."

Setelah minum, Jordan simpan gelas di nakas dan menatap Hazel yang masih menatapnya tak berkedip. "Kenapa?"

"Kamu masih ada yang sakit?"

Jordan menaikan alis. "Udah gak terlalu sih, cuman masih pusing dikit aja."

"Kenapa? Lo khawatir?" tanya Jordan main-main yang di balas anggukan oleh Hazel.

"Saya tidak suka melihat kamu sakit Jo, saya khawatir."

"Lo beneran khawatir?" Hazel mengangguk lagi.

"Lo gak suka kalau gue sakit?"

"Iya."

Jordan tersenyum. "Tapi gue suka."

Hazel menatap Jordan tak berkedip. "Kenapa..?"

"Soalnya lo perhatian sama gue kalau gue sakit, gue suka."

Hazel terdiam.

Jordan terkekeh dan mencubit pipi Hazel, lucu sekali wajah pacarnya ini.

Hazel pegang tangan Jordan, ia tatap manik pemuda didepannya.

"Jo."

"Hm?"

Cup.

Hazel tarik kepalanya dan menatap Jordan. "Saya akan lebih perhatian mulai sekarang."

"Jadi, tolong jangan sakit."

;

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

;

Ini referensi color palette buat emosi Hazel di chapter ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ini referensi color palette buat emosi Hazel di chapter ini. Untuk kedepannya mungkin aku juga akan gambarin emosi Hazel pake ini.

Oh iya, untuk kelabu samar aku ngartiin sebagai 'kurang yakin'. (W ngarang dikit ya ges wkwk)

[nohyuck] gerhanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang