28. Basket dan piano

290 47 0
                                    

"Jo

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jo."

"Hm?"

Hazel longgarkan pelukannya dan mendongak untuk melihat wajah Jordan. "Kenapa kamu sangat suka bermain basket?"

Jordan terdiam sebentar dan mengeratkan pelukannya, ia tumpukan dagu diatas kepala Hazel. "Hmmm..."

"Mungkin... karena itu permainan yang gue kuasai?"

Hazel dorong pelan tubuh Jordan agar bisa melihat wajah pemuda itu. "Kuasai?"

Jordan mengangguk. "Dulu, gue selalu kalah sama Nathan. Baik dalam akademik ataupun sport."

"Nathan jago taekwondo sama main futsal, dia juga selalu ikut olimpiade sains dan menang."

"Sedangkan gue selalu di tempat kedua. Jujur gue kesel dan iri walaupun mama dan papa gak pernah beda memperlakukan kami."

"Tapi gue tahu jauh di lubuk hati mereka gue juga harus bisa setara sama kakak kembar gue."

"Kalau di bidang akademik jelas gue gak mungkin bisa ngalahin Nathan. Tapi, ada satu kelemahan kakak gue."

"Dia gak bisa main basket sama berenang."

"Dia tidak bisa main basket dan berenang?" Jordan ngangguk.

"Nathan punya trauma sama dua hal itu. Yah, gue akuin gue agak jahat sih gunain trauma dia buat ngejar. Tapi Nathan juga gak larang dan malah dukung gue kok."

"Kakak kamu baik sekali."

"Iya, dia baik. Tapi jangan sampai suka dia ya!"

Hazel mengangguk dan mengeratkan pelukannya. "Saya cuman suka kamu."

Jordan tersenyum dan kecup cepat bibir Hazel.

"Karena hal itu, dulu gue mati-matian latihan basket dan berenang. Dan hasilnya tim gue selalu menang, gue juga selalu dapat mendali emas di kejuaraan renang tingkat junior high school. Tapi ..."

Hazel tatap wajah Jordan yang berubah sendu. "Tapi apa Jo?"

Jordan tersenyum dan menggeleng. "Nggak jadi, nanti itu gue ceritain kapan-kapan aja."

Hazel tatap Jordan tak berkedip, pijar jingga terang menusuk dari manik kecoklatan pemuda manis itu. "Jangan nanti, ceritakan sekarang."

Jordan menggeleng, dia eratkan pelukannya pada Hazel dan menutup mata. "Gak mau ah, gue ngantuk Zel. Nanti lagi aja yah."

Manik Hazel meredup, ia ikut eratkan pelukannya pada Jordan dan menguburkan wajah di dada bidang pemuda itu. "Oke... tapi janji nanti ceritakan lengkap pada saya."

"Iya sayang."

....

Jordan dan Hazel baru bangun ketika bel pulang berbunyi. Mereka turun dari ranjang UKS dan menemukan Jefran yang menatap mereka datar dengan menenteng tas mereka.

[nohyuck] gerhanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang