.・゜-: ✧ :- ωнєη тнє ѕυη мєєтѕ тнє мσση.
●○●○●○●○●○●○●○●○●○●○●○●○●○●○●○●○●
Hazel, tidak pernah tau apa itu senang, sedih, simpatik atau hal lainnya seperti itu. Ia tak pernah bisa mengerti mau seberapa kalipun ia membacanya. Rasanya memahami hal it...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Masa sih anjir!?"
"Beneran tadi gue diskusi sama coach soal itu."
Jefran berdecak. "Gak bisa kayak gini, gue harus ngomong sama coach." Jefran akan melangkah tapi ditahan Jordan.
"Gak usah Jef."
"Gak usah apaan anjir, pertandingan tinggal beberapa hari lagi masa tiba-tiba lo keluar!?"
Jordan menghela napas, dan menarik Jefran. "Soal itu gampang, gue udah diskusi sama coach tadi, Aldi bakal gantiin gue."
Jefran berdecak lagi. "Tapikan—"
"Udahlah, gue gak mau debat tentang itu Jef."
"Mending kita beli ice cream aja yuk, tiba-tiba gue mau makan ice cream."
Jefran cemberut dan melepas pegangan Jordan di tangannya. "Ya udah, sepeda lo masukin bagasi sana." Jordan terkekeh dan mengusak surai Jefran. "Makasih adek."
Dengan jijik Jefran menampik tangan Jordan. "Jijik anjir!" Jordan tertawa sedangkan Jefran sudah berlari ke Rafa, mendusel pada pemuda itu untuk menghilangkan jejak Jordan katanya.
"Jo."
"Heum?"
"Kamu tidak apa-apa?"
Jordan menaikan alis. "Emang gue kenapa?"
Hazel berkedip menatap Jordan. "Kamu... tidak sedih dikeluarkan dari tim?"
Jordan tersenyum dan mengusak surai Hazel. "Gak papah."
"Gue gak papah Ezel, I'm okay," ujar Jordan kala Hazel masih menatapnya.
Hazel, baru saja akan kembali bersuara namun urung kala Jefran menginterupsi.
"Woi! Ngapain? Ayo cepetan nanti keburu sore!!"
Mendengar itu Jordan segera memasukkan sepedanya ke bagasi mobil. "Ayo Zel," katanya menarik Hazel untuk masuk ke mobil.
....
Sampai di kedai ice cream, mereka turun dan masuk ke kedai. Duduk di dekat jendela saling berhadapan.
"Lo gak mau mesen Jef?" tanya Jordan menatap Jefran yang diam saja dan malah sibuk dengan ponselnya.
Jefran menggeleng dan kembali fokus pada ponselnya.
Jordan menaikan alis dan menatap Rafa yang selesai memesan. Merasakan tatapan Jordan, Rafa pun berujar, "Jefran gak bisa makan olahan susu Jo."
"Hah?"
"Jefran alergi susu sapi jadi dia gak makan apapun yang ada olahan susunya diluar, kecuali kalau pake susu kedelai."
Jordan terkejut. "Loh? Kalau gitu kenapa gak bilang tadi. Tau gitu gue gak ajak kalian beli ice cream."
Jefran menyimpan ponselnya dan membalas, "Gak papah, gue juga gak terlalu suka es bikin ngilu."
"Tapi kamu di kantin selalu makan es batu dari minuman kamu Jefran," kata Hazel buat semua terdiam.
Jefran tersenyum kikuk dan menggaruk tengkuknya tak gatal. "Ah, itu..."
"Pft—" Jordan tersenyum, hampir tertawa dia tatap Jefran, ah temannya satu ini sedikit mirip kakaknya ternyata, tsunder.
"Thanks," katanya.
Jefran gosok hidupnya dan membalas, "Gak usah makasih-makasih, gue cuman anter kalian ke sini. Hal gampang itu mah."
Jordan terkekeh dan mengangguk. "Ya, tetep aja makasih Jef."
"Terima kasih Jefran."
"Makasih Jeje."
"Iya-iya, udah itu cepet makan ice creamnya udah dateng!"
....
"Zel."
Hazel yang sedang memakan ice creamnya menoleh pada Jefran. "Ya?"
"Lo beneran gak bisa berekspresi?"
Hazel berkedip, lalu mengangguk. "Ya, tepatnya saya tidak tahu caranya."
Jefran mengerutkan bibir dan menatap Hazel intens. Dia baru tahu informasi ini tadi saat mereka mengobrol. Dia kira Hazel hanya malas tersenyum atau merubah ekspresinya. Ternyata ada hal lain di balik wajah manis tapi sedatar papan cucian bundanya itu.
"Eh, lo mau apa?" tanya Jordan menghentikan tangan Jefran yang akan menyentuh wajah Hazel.
"Cek muka Hazel kaku gak, kali aja ternyata Hazel bukan manusia."
Jordan menatap Jefran aneh dan Rafa yang langsung menjitak pacarnya itu.
"Akh!? Sayang!"
"Lo kira Hazel robot!?" kata Rafa sangsi.
Jefran meringis dan mengelus kepalanya. "Ya kali aja gitu, profesornya lupa masukin program buat berekspresi jadi dia gak tahu caranya."
"Lagian aneh banget, masa ada orang yang gak tau cara berekspresi sih? Gak ngerasain sakit pula?"
"Sekarang coba bilang ke gue Zel, sakit gak?" tanya Jefran mencubit lengan Hazel, yang langsung di tampik Jordan dan Rafa yang menjewer telinganya, buat Jefran mengaduh.
Jordan elus lengan Hazel yang memerah dan menatap pemuda manis itu khawatir. "Zel—"
"Sakit." Rafa, Jefran dan Jordan langsung menatap Hazel.
Hazel berkedip dan menatap lengannya. "Harusnya saya bilang begitu kan?"
"Kulit tangan saya sampai memerah, seharusnya saraf sensorik saya sudah mengirim sinyal sedari tadi dan membuat saya mengaduh seperti kamu."
"Tapi saya tidak bisa, respon emosi saya kurang terhadap rangsangan sensorik."
"Tapi." Hazel menjeda dan menatap Jordan, ia genggam tangan pemuda itu.
"Jantung saya juga bisa berdetak lebih cepat saat saya bersama Jordan."
"Saya juga bisa kehabisan napas saat berlari. Dan, ada beberapa hal juga yang saya tidak ketahui."
"Ada seseorang yang pernah bilang, saya bukannya tidak bisa merasakan sakit. Saya, hanya tidak tahu cara mengungkapkannya."
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.