30. Dikeluarkan

250 41 4
                                    

Jordan pingsan lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jordan pingsan lagi.

Ditengah latihan basket, tiba-tiba pemuda itu berlari ke sisi lapangan dan muntah-muntah sebelum hilang kesadaran.

Hazel tatap dalam diam wajah pucat Jordan yang terbaring di ranjang UKS. Jarinya ia bawa untuk menyisihkan poni Jordan yang menutupi mata pemuda itu.

Ia tatap lama sebelum genggam tangan pemuda itu dan mulai berdoa. Kata bapa berdoa bisa jadi penerang untuk hati yang gundah, dan sekarang ada rasa tidak nyaman hinggap di hatinya. Mungkin itu yang di sebut gundah, Hazel ingin membantu Jordan dan berharap bisa menghilangkan rasa sakit pada pemuda itu. Kalau bisa biar dia saja, karena ia tak pernah bisa merasakan sakit.

Selesai berdoa Hazel membuka matanya, ia baru saja akan beranjak kala merasakan ada yang menahan tangannya. Hazel tatap Jordan yang juga menatapnya. "Lo berdoa apa?"

"Saya meminta pada Tuhan untuk memindahkan rasa sakit kamu pada saya saja."

Alis Jordan mengkerut tak mengerti. "Apa?"

"Kalau kamu sakit, saya harap biar saya saja yang merasakannya. Karena saya tidak pernah bisa merasakan sakit."

Jordan bangkit, duduk dan menatap Hazel. "Tarik doa itu."

Hazel tatap Jordan tak berkedip. "Ti—"

"TARIK DOA ITU HAZEL!"

Hazel berkedip, menatap Jordan yang berkaca dan tatapan marah pemuda itu. "Jo."

"Nggak, jangan pernah doa kayak gitu. Tolong Zel..."

Jordan mulai menangis dan meremas tangan Hazel. "Lo bukannya gak bisa ngerasain sakit Zel, lo cuman gak tau cara ungkapin rasa sakit itu... jadi tolong jangan pernah doa kayak gitu lagi. Gue gak suka."

"Gue gak suka..." Hazel terdiam menatap Jordan yang menangis di depannya, tak lama lengannya bergerak bawa tubuh besar pemuda itu ke pelukannya. Ia usap lembut punggung lebar itu. "Maaf, saya janji tidak akan berdoa seperti itu lagi."

....

Sepulang sekolah, Jordan dan teman-temannya yang sedang berjalan akan pulang menghentikan langkahnya kala ada seorang siswa mendatangi mereka.

"Jo, coach manggil lo."

"Coach manggil Jordan? Kok gue gak tahu." Itu Jefran yang bersuara dengan kernyitan heran.

"Ya gak tahu, orang gue juga disuruh coach tadi suruh panggil Jordan."

"Oh ya, coach nungguin lo di depan ruang eskul. Dah, gue pergi dulu ya," lanjut siswa itu sebelum berlalu.

"Coach manggil Jordan kok gak bilang gue sih, kan gue ketua tim," dumel Jefran yang menghasilkan kekehan dari Jordan.

"Ya emang kenapa sih, kali aja coach lupa kali."

"Ya tapikan biasanya coach kalo ada apa-apa dan mau ngomong sama anak tim biasanya bilang gue dulu, apa lagi lo kan gue yang bawa Jo."

Jordan tersenyum. "Gak papah, mungkin coach emang lupa. Udah ya gue ke coach dulu," kata Jordan sebelum berlalu meninggalkan mereka.

.

Cukup lama sebelum Jordan kembali dari menemui coach tim basket sekolah mereka.

Jordan tersenyum melihat teman-temannya menunggu di sisi koridor, ia terkekeh melihat Hazel yang sibuk dengan bukunya berbanding terbalik dengan Jefran dan Rafa yang sibuk ribut karena game mereka.

"Ayo pulang," ujar Jordan buat tiga yang lain menatapnya.

Hazel simpan bukunya ke tas dan berdiri. "Sudah?"

Jordan mengangguk dan menggandeng tangan Hazel. "Udah."

"Tadi lo ngomongin apa sama coach Jo?" tanya Jefran setelah mereka tiba di parkiran, sebenarnya dia sudah sedari tadi gatal ingin bertanya tapi tak enak.

Jordan menaikan alis dan mengeluarkan sepedanya. "Ah, itu... gue di keluarin dari tim."

"Hah!?"

"Hah!?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[nohyuck] gerhanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang