Setelah diskusi absurd Jefran dan Jordan satu jam lamanya, mereka akhirnya mulai mengerjakan tugas yang diberikan guru mereka. Itupun karena Rafa yang mulai jengah akan tingkah pacarnya.
"Zel, kalo soal yang ini maksudnya gimana ya? Gue gak ngerti," kata Jordan menggeser bukunya ke dekat Hazel.
"Untuk soal yang ini pakai rumus ini Jo, lalu kamu jumlahkan seperti ini..." balas Hazel mengajarkan Jordan.
Jordan tersenyum dan mengangguk. "Oke Zel, gue udah ngerti makasih ya."
"Sama-sama."
Mereka terus mengerjakan tugas dengan tenang, sesekali Jordan, Jefran ataupun Rafa akan bertanya pada Hazel jika ada soal yang tak mereka mengerti dan dengan senang hati Hazel mengajarkan mereka. Walaupun nada yang dipakai Hazel tetap datar, tapi tidak bisa dipungkiri cara Hazel menjelaskan lebih mudah dimengerti dari pada penjelasan guru mereka.
"Ahh... akhirnya selesai ~!" desah Jefran lega sembari merenggangkan otot lengannya.
"Abis ini mau pada kemana?" lanjut Jefran bertanya pada teman-temannya.
"Ya pulang lah, emang mau kemana lagi?" balas Rafa.
"Langsung pulang?"
"Masa langsung pulang sih yang?"
"Kalo gak pulang emang mau kemana lagi sih Je?" kata Rafa setelah meminum minumannya.
"Hazel juga pasti udah dicariin bapa nya," lanjutnya melihat Hazel yang sedari tadi mengetik diponselnya.
Hazel menegakkan kepalanya menatap Rafa. "Kamu bisa tahu bapa mencari saya?"
Rafa terkekeh melihat ekspresi dan nada datar dari Hazel, walaupun datar jelas pemuda itu kebingungan. "Ya tau lah, gue kan cenayang."
Hazel menatap Rafa tak berkedip. "Kamu keturunan dukun?"
Jefran terbahak mendengarnya, ia tertawa kencang hingga buat Rafa kesal dan menyikut perutnya buat ia mengaduh. Rafa mendengus dan kembali menatap Hazel.
"Gue cuman bercanda Zel."
"Ah, begitu."
"Lalu bagaimana kamu tahu bapa sedang mencari saya?"
"Rafa emang peka Zel, lagian dari tadi lo ngeliatin hp mulu, kalo bukan orang rumah yang ngchat siapa lagi?" kata Jefran.
Hazel mengangguk mengerti, sedangkan Jordan tersenyum menatap Hazel yang mulai suka berinteraksi dengan yang lain. Ia bersyukur beberapa minggu ini Hazel mulai terbuka untuk berbicara dengan yang lain, ya walaupun ruang lingkupnya hanya mereka berempat. Tapi setidaknya Hazel tidak seperti dulu lagi.
"Zel."
"Hm?" Hazel menoleh pada Jordan yang memanggilnya.
"Bapa cari lo ada urusan mendesak gak?"
Hazel berkedip dan melihat ponselnya lalu Jordan. "Tidak."
"Hm?"
"Tidak mendesak Jo."
Jordan tersenyum. "Kalo gitu kita sepedaan aja yuk?"
.....
Setelah ajakan Jordan yang terbilang mendadak, mereka berempat akhirnya bersepeda bersama. Hazel dibonceng Jordan seperti biasa sedangkan Rafa dan Jefran mereka menaiki sepeda masing-masing, tepatnya sepeda yang mereka pinjam yang syukurnya di depan cafe itu memang ada sepeda yang disediakan pemerintah kota untuk dipakai masyarakat sekitar.
Rafa dan Jefran tertawa bersama dan saling mendahului, balapan untuk ketujuan tempat yang direkomendasikan Jordan untuk mereka bersepeda. Sedangkan Jordan dengan santai menggowes sepedanya dibelakang mereka.
"Jo."
"Hm?"
"Terimakasih."
Jordan menaikan alis. "Makasih buat apa Zel?"
Hazel menatap helaian rambut Jordan yang bergoyang terbawa angin. "Terimakasih sudah mengajari saya banyak hal."
"Terlebih untuk berinteraksi dengan teman-teman."
"Dulu saya kira berbicara dengan mereka tidak ada manfaatnya."
"Kok gitu?"
Hazel tatap Rafa dan Jefran yang tertawa didepan mereka dan membalas, "Dulu saya kira mereka hanya anak-anak yang berisik dan sepertinya juga mereka... takut dengan saya?"
Jordan tersenyum mendengarnya. "Lo peka juga?"
"Tidak begitu, saya hanya melihat dari situasi dulu."
"Mnnn..."
"Tapi..."
"Setelah bergaul dengan mereka saya jadi sadar, berinteraksi juga bisa jadi sarana untuk mengenal emosi. Cara Jefran dan Rafa mengungkapkan emosi mereka sangat... lucu?"
Jordan terkekeh. "Kenapa lucu?"
"Tidak tahu, tapi... bila saya melihat mereka sedang berargumen atau berbicara berdua muncul kata itu Jo."
Jordan mengangguk mengerti. "A~ gitu."
"Jo, mereka... mereka pacaran kan?" tanya Hazel setelah beberapa saat.
Jordan sedikit mengerem sepedanya kala mereka melewati polisi tidur dan kembali menggowes agak cepat sebelum membalas, "Iya."
Hazel kembali menatap pucuk kepala Jordan dan berkata, "Jo... mau jadi pacar saya?"
Ckittt...
"CK! Kucing nakal!" Jordan mengerem mendadak dan menatap kesal kucing yang menyebrang sembarangan, dengan santainya kucing itu berlalu dan tak mengindahkan omelan Jordan.
Jordan menghela kesal dan menoleh menatap Hazel. "Lo tadi nanya apa Zel?" tanyanya.
Hazel menatap Jordan balik, ah dia tidak dengar...
"Tidak jadi Jo," balas Hazel memutuskan kontak mata mereka.
Jordan menaikan alis dan kembali menggowes sepedanya.
Dan, bila boleh jujur... sebenarnya Jordan mendengar jelas pertanyaan Hazel tapi dia tidak yakin dengan pertanyaan Hazel itu.
Gue gak mau lo jadi pacar gue cuman karena penasaran Zel...
KAMU SEDANG MEMBACA
[nohyuck] gerhana
Fanfic.・゜-: ✧ :- ωнєη тнє ѕυη мєєтѕ тнє мσση. ●○●○●○●○●○●○●○●○●○●○●○●○●○●○●○●○● Hazel, tidak pernah tau apa itu senang, sedih, simpatik atau hal lainnya seperti itu. Ia tak pernah bisa mengerti mau seberapa kalipun ia membacanya. Rasanya memahami hal it...