.・゜-: ✧ :- ωнєη тнє ѕυη мєєтѕ тнє мσση.
●○●○●○●○●○●○●○●○●○●○●○●○●○●○●○●○●
Hazel, tidak pernah tau apa itu senang, sedih, simpatik atau hal lainnya seperti itu. Ia tak pernah bisa mengerti mau seberapa kalipun ia membacanya. Rasanya memahami hal it...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Malam itu jam di atas meja belajar Hazel baru menunjukkan pukul tujuh malam kurang lima belas menit kala Jordan menelponnya dan tiba-tiba mengajaknya ke festival.
"Zel, ke festival yuk?"
"Festival?"
"Iya, gue dapet info dari Jefran di alun-alun ada festival. Lo belum pernah pergi ke sana kan?"
"Ayo turun gue udah ada di depan rumah lo."
"Rumah saya?"
"Iyaaa."
Hazel berjalan ke jendela kamar dan membukanya, di bawah dapat ia lihat Jordan melambai padanya.
"Sini turun, jangan liatin gue aja."
"Sebentar."
Jordan tersenyum dan menunggu Hazel, beberapa saat kemudian gerbang terbuka menampilkan Hazel yang sudah rapih dengan setelan kasualnya; celana jeans dengan kemeja panjang dan kaus putih sebagai dalaman. Jordan tersenyum melihatnya, mereka seperti tanpa sengaja janjian, karena ia yang juga kurang lebih berpenampilan sama dengan Hazel hanya bedanya ia memakai kemeja lengan pendek.
"Jo?"
"Hm?"
"Kita ke festival pakai apa?"
....
Bus, adalah transportasi yang jadi pilihan untuk mereka pergi ke festival. Akan tetapi mungkin karena bertepatan dengan jam pulang kantor, karena itu bus sangat penuh hingga buat mereka harus berdesakan.
Jordan menghela napas dan menatap Hazel yang berdiri di depannya. "Zel."
"Hm?"
"Maaf ya karena gue belum ada sim jadi gak bisa bawa mobil," kata Jordan menyesal.
Hazel berkedip dan balas menatap Jordan. "Tidak apa-apa Jo."
"Karena kamu juga saya bisa merasakan bagaimana rasanya menaiki kendaraan umum."
Hazel menjeda dan menatap keluar jendela. "Kalau kata Rafa, sekalian nambah pengalaman?"
Jordan menaikan alis dan tertawa. "Iya deh, tambah pengalaman ya?" Hazel mengangguk.
Beberapa saat kemudian penumpang bus bertambah hingga buat Jordan terdorong dan menghimpit Hazel. Jordan menelan ludah kala napas hangat Hazel mengenai lehernya, ia menutup mata dan mencoba kontrol detak jantungnya yang mulai tak terkendali. Tapi syukurlah itu tak berlangsung lama karena halte selanjutnya ialah tempat mereka turun.
Jordan bernapas lega kala mereka telah keluar bus, ia tersenyum dan menggandeng Hazel ke pintu masuk festival.
.
Festival yang diadakan malam ini merupakan festival budaya daerah di kota mereka.
Ada panggung yang menampilkan tarian daerah, maupun stand-stand yang mempertontonkan berbagai barang. Tak terkecuali untuk stand makanan.
Jordan berbinar melihat stand berbagai makanan daerah yang pernah dan belum ia coba, dengan semangat ia ajak Hazel untuk ke stand-stand tersebut dan mencicipi beragam makanan disana. Tak lupa mereka juga mengabadikan momen dengan selfie bersama.
Setelah puas berkeliling mereka akhirnya beristirahat sejenak di salah satu kursi panjang di sana, sembari menikmati malam yang semakin larut mereka mengobrol bersama, membicarakan hal-hal random atau... rencana masa depan.
Hingga... suara kembang api terdengar mengalihkan atensi keduanya.
Hazel, tatap indahnya kembang api yang menghiasi malam. Cahaya-cahaya kecil bertaburan bagai bintang berwarna-warni. Sedangkan Jordan di sisinya lebih tertarik pada wajah pemuda yang telah miliki sepenuh hatinya. Ia tersenyum dan memanggil nama orang itu. "Hazel Javier Franseska."
"Hm?"
Cup.
"Ayo hidup sama-sama sampai tua Zel."
....
Lampu-lampu jalan terlihat berkelap-kelip di malam hari, gedung-gedung tinggi bagai pilar-pilar cahaya, dua orang pemuda di dalam bus terlihat menikmati sunyinya malam dengan tangan bertaut. Si manik jelaga terlihat nyaman menumpukan kepalanya di pundak pemuda sebelahnya, sedangkan jemarinya tak henti mengelus tangan kesayangannya.
Hazel, tatap gedung-gedung tinggi yang terlihat cantik di malam yang gelap. Tak berapa lama ia alihkan tatapan pada pemuda yang masih nyaman di pundaknya.
"Jo."
"Hmm?"
"Kenapa kamu bisa menyukai saya?"
Jordan, membuka matanya dan melirik Hazel kilas. "Gak tau Zel," lirihnya.
"Apa?"
Jordan kembali menutup matanya dan bergumam, "Gak tau Zel, dulu gue mulai tertarik ke lo karena menurut gue lo itu lucu. Terlebih lo bersikap ke gue gak kayak orang lain, buat gue penasaran. Tapi seiring berjalannya waktu gue juga jadi suka sama lo di luar dua hal itu, gue mulai khawatir sama lo, dan gue juga dapat rasa pengen milikin elo. Pengen lindungin lo dan buat lo bahagia."
"Gue pengen, lo bisa ngerasain emosi yang baik-baik aja..."
Hazel berkedip dan menatap Jordan yang mulai terlelap di pundaknya. Tangannya bekerja mengelus surai pirang pemuda itu.
Saya juga berharap kamu selalu merasakan hal yang baik-baik saja Jo...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Haii!
Akhirnya kapal baru kita berlayar guyss💞🚢🥳
Btw, terimakasih juga untuk yg sudah komen di bbrp chapter kemarin, senang sekali kalau baca komentar² lucu kalian tiap chapter nya hehe