Semalam Hilmi tiba dirumah sekitar pukul 2 dini hari, setelah Satya mengirim pesan mengabari kalo Jayden kambuh tadi pagi membuat Hilmi khawatir bukan kepalang, ia langsung membeli tiket pesawat untuk kembali malam itu juga padahal rencananya baru akan pulang besok siang membeli oleh-oleh terlebih dahulu.
Hilmi juga baru ingat kalo melupakan waktu dua hari dari jadwal check up Jayden biasanya, lagi-lagi Hilmi melupakan hal penting tentang Jayden karena melihat putra sulungnya baik-baik saja.
Jayden juga tidak mengingatkan Hilmi karena mungkin putranya terlalu sibuk dengan sekolah baru.
Pagi ini Hilmi bangun lebih awal setelah tidur hanya 3 jam rencananya ia akan membuat sarapan untuk putra-putranya, sudah lama ia tidak membuat sarapan sekaligus bekal karena terlalu sibuk bekerja.
Hilmi menata meja makan, menu sarapan hari ini cukup sederhana yaitu omelet sayur dan satu gelas susu juga membuat 4 kotak bento untuk bekal putranya.
"Loh, papa udah pulang?" Jayden baru saja keluar dari kamar lengkap mengenakan seragam sekolah terkejut melihat papa kini sibuk menata meja makan.
Setahu Jayden papa baru akan pulang hari ini.
Hilmi hanya diam tidak menanggapi perkataan Jayden.
"Papa pulang jam berapa?"
Jayden mendekati Hilmi membantu papa membawa gelas susu dari dapur.
"Kerjaan papa emang udah selesai?"
Jayden yang merasa diabaikan terheran karena dirasa tidak berbuat salah apapun. Kenapa papa cuek sekali hari ini padahal kemarin siang mereka masih bertukar pesan.
"Papa kenapa? Kok pertanyaan Jay gak dijawab?"
"Papa ma-
Perkataan Jayden terhenti ketika Riki yang baru saja turun dari tangga berlari menerjang kedalam pelukan papa.
Hilmi menyambut pelukan Riki dengan hangat membawa Riki kedalam pelukannya lalu berputar sebentar, gelak tawa dari si bungsu menggelegar keseluruh ruangan ketika papa iseng menciumi pipi sikecil dengan gemas.
Jayden yang melihat tersenyum kecil sembari memundurkan langkah perlahan tidak mau mengganggu momen melepas rindu antara sibungsu dengan papa.
Langkahnya ia bawa kelantai dua berniat membangunkan Satya siapa tau anak itu belum bangun.
Diperjalanan menuju kamar Satya ia bertemu Jake dan Julian yang juga akan turun sudah rapi mengenakan seragam sekolah.
"Kak Jay, adek ketawa sama siapa?" Tanya Jake heran mendengar suara tawa bahagia Riki dibawah.
"Sama papa"
"Papa pulang?" Jayden mengangguk, mendapati hal itu mata Julian kini berbinar bahagia buru-buru ia berlari menuruni tangga dengan antusias.
Jake juga sama berlari mengikuti Julian dengan semangat seperti tidak bertemu papa satu tahun.
Jayden kemudian melanjutkan langkah menuju kamar Satya, baru sampai didepan pintu Satya lebih dulu keluar dengan seragam lengkap, tas ransel apik terpasang dikedua pundaknya.
"Tumben jam segini udah rapi" Goda Jayden, Satya hanya mengerlingkan mata malas melewati Jayden begitu saja.
"Papa ada dibawah ya" celetuk Satya keduanya kini berjalan beriringan menuju lantai bawah.
"Kamu tau papa pulang?"
"Gak tau si kapan sampainya cuma tau aja papa pulang, orang aku yang suruh papa pulang"
"Kenapa?" Tanya Jayden menghentikan langkah Satya.
"Ya gak papa, emang kenapa?"
"Kamu bilang apa sampai papa pulang lebih awal dari jadwal?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Precious Family || Enhypen
ActionSeandainya waktu dapat kembali diputar, Hilmi tidak ingin kehilangan siapapun. Seandainya Hilmi bisa membagi kasih sayang sama rata pada putra-putranya, ia tidak akan pernah hidup dalam penyesalan. Hilmi mungkin bisa merelakan wanita yang sangat ia...