Jam hampir menunjukkan pukul tiga siang, Jake yang masih fokus mencatat rangkuman dari buku paket merasa terusik oleh tendangan dikursi dari belakang, siapa lagi jika bukan Satya pelakunya.
Remaja yang hanya selisih 4 menit darinya itu terus menendang atau mencuil pundaknya tanpa henti, Jake yang menjadi tidak fokus karena terus diganggu akhirnya menoleh cepat kebelakang membuat Satya sedikit terkaget karena reaksi kembarannya.
"Kenapa si dari tadi ganggu terus?" Keluh Jake kesal.
"Hehehe, tulisin dong" Satya menyengir tanpa dosa menyerahkan buku tulis miliknya pada Jake.
Jake mengedipkan mata, sedikit tercengang dengan permintaan Satya tapi walaupun begitu ia tetap menerima buku tersebut dengan sedikit ocehan.
"Percuma punya tangan kalo gak dipake" oceh Jake lalu kembali menghadap kedepan bertepatan dengan suara bel pulang.
Satya buru-buru membereskan barang dimeja memasukkannya secara acak kedalam tas.
"Makasih Jake, jangan lupa besok harus selesai, aku duluan" Satya menepuk bahu sang kembaran lalu beranjak pergi.
"Tunggu, mau kemana?!" teriak Jake menyusul Satya keluar kelas.
"Bareng Geon, bilangin ke papa" teriak Satya sambil berlari dilorong kelas.
Ada perasaan aneh saat Jake melihat bahu sang kembaran yang semakin menjauh, semenjak masuk sekolah hingga sekarang rasanya Satya sering sekali pergi tanpa alasan yang jelas.
Seperti sekarang dia bilang akan pergi bertemu Geon, tapi setahu Jake hari ini Geon bahkan tak masuk sekolah karena ikut orangtuanya ke luar kota dari kemarin, Jake tahu karena Geon satu club Inggris bersamanya.
Beberapa hari lalu juga saat Satya izin menemani Geon daftar voli sebenarnya Geon bahkan tidak jadi mendaftar karena satu dan lain hal. Jake mendengar sendiri penuturan Geon yang tidak jadi mendafar voli, ia bahkan tak memiliki janji dengan Satya.
"Hei, bro. Bengong terus kesambet baru tau rasa" Chandra merangkul bahu Jake dari belakang.
"Bikin kaget anjir, lagian ngapain si rangkul-rangkul" Jake melepas paksa rangkulan Chandra teman dari SD yang selalu satu kelas dengannya.
"Emang gak boleh? Biasanya juga kita pelukan sampai cium pipi kan"
"Anj-
"Ett anak pinter dilarang mengumpat bestie" Chandra menutup mulut Jake agar tidak melanjutkan kata-katanya dan langsung dihempaskan oleh yang bersangkutan.
"Lagian lu fitnah, siapa coba yang pernah cium pipi" ketus Jake
"Gue saksinya" Sahut Gio yang baru saja keluar dari kelas.
"Saksi apa ya monyet?" Tanya Jake tak santai
"Saksi cinta kalian berdua" jawab Gio, membuat Jake merinding.
"Najis Gio, gue masih demen cewe ya bangsat" ucap Jake tak sabaran.
"Tapi Chandra demen lu Jake" goda Gio
"Sialan anying, fitnah. Tapi kalo Jake yang cium gue itu fakta ya. Jangan-jangan lu Jake yang suka sama gua" tuduh Chandra
"Bahas masalah itu lagi gue gampar Chandra" ujar Jake berlalu masuk kedalam kelas membereskan barang miliknya mengabaikan kedua temannya yang malah tertawa terbahak-bahak didepan kelas.
"Punya temen akhlak nol heran" gerutu Jake sembari memasukan buku kedalam tas.
Sebenarnya Jake tidak sealim yang dikira, jika sudah bersama dengan dua sahabatnya Chandra dan Gio, Jake akan menjadi bar-bar tanpa pencitraan apapaun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Precious Family || Enhypen
Short StorySeandainya waktu dapat kembali diputar, Hilmi tidak ingin kehilangan siapapun. Seandainya Hilmi bisa membagi kasih sayang sama rata pada putra-putranya, ia tidak akan pernah hidup dalam penyesalan. Hilmi mungkin bisa merelakan wanita yang sangat ia...