09

411 38 21
                                    

Pintu kamar hotel terbuka menampilkan seorang wanita mengenakan rok cream selutut serta kemeja putih dipadukan dengan blazer putih jangan lupakan make up tipis yang menambah kesan cantik diwajahnya, tersenyum ramah kearah Hilmi yang belum menyadari kehadirannnya didalam kamar.

"Pak Hilmi" panggil wanita itu dengan lembut menyadarkan Hilmi dari pemikiran tentang Sakala.

Hilmi menengok kearah sang sekretaris yang masih tersenyum ramah, lalu mengangkat alis seolah bertanya ada apa?

Sang sekretaris menunjuk kearah jam yang menggantung didinding sebelah kanan, mengkode Hilmi bahwa sudah saatnya untuk pergi ketempat pertemuan.

"Pak, ini sudah waktunya untuk kembali keruang pertemuan. Tuan Yihan sudah menunggu disana, sekretarisnya baru saja mengabari saya"

"Kenapa kamu tidak menelepon saya untuk kasih kabar kalo begitu ayo kita langsung kesana" Hilmi buru-buru bangkit menyambar jas disofa mengenakannya dengan cepat tak lupa membawa serta laptopnya yang terletak dimeja.

"Tadi saya sudah berusaha telepon bapak, tapi sepertinya bapak sedang berada dipanggilan lain." Ujar sang sekretaris sembari mengikuti langkah cepat pemimpin perusahaan ditempat ia bekerja.

"Ah benar, saya tadi sedang menelepon bersama anak saya, maaf" Hilmi melirik sekilas Mira sekretaris yang mengangguk kecil sebagai tanggapan dari perkataan bosnya.

Keduanya sedang berada didalam lift menuju lantai dasar. Hilmi sedikit terpana saat melihat senyum Mira yang sedari tadi terus terpatri diwajahnya, tidak dipungkiri wanita yang 12 tahun lebih muda darinya itu telah sedikit menerobos hati seorang Hilmi Barata, namun ia sadar bukan waktunya untuk mengagumi seorang wanita ditengah kesibukan yang melanda.

Hilmi sedikit berdehem menetralkan perasaannya, bersamaan dengan pintu lift yang terbuka. Keduanya berjalan beriringan menuju gedung samping yang menjadi pertemuan dengan tuan Yihan.

***

"Abang tunggu" Julian menahan tangan Sakala yang hendak masuk kedalam kamar. Keduanya baru tiba dirumah, Sakala langsung pergi menuju kamar diikuti Julian dibelakang.

Julian tau abangnya sedang berada dalam suasana tidak baik, sedari tadi ia terus berusaha menghibur namun seperti tidak ada semangat Sakala hanya menanggapi seadanya aksi dari Julian.

Sebenarnya dari terakhir kali mereka deep talk dilapangan sekolah, sikap Sakala terlihat berubah hanya saja belum ada yang menyadari kecuali Julian karena memang Sakala tidak terlalu menunjukkannya didepan yang lain. Hanya akhir-akhir ini anak itu menjadi lebih pendiam dan Julian tidak suka.

"Kenapa?"

"Abang, ayo kita main ps punya kak Satya, aku udah izin tadi"

"Kamu aja, aku cape pengen tidur" tolak Sakala lirih anak itu bahkan langsung melepaskan tangan Julian, masuk kedalam kamar menutup pintu sedikit kasar membuat Julian terkesiap karena kaget.

Julian menghela nafas, bingung bagaimana cara menghibur sang abang yang bersedih, ditengah kebingungannya Riki berlari kearah Julian memeluk sang kaka erat, anak itu rupanya baru saja bermain ditaman belakang bersama mba Tika terlihat dari celana Riki yang sedikit kotor.

"Dek Riki, ayo ganti baju dulu" ujar mba Tika yang baru saja sampai dilantai dua sembari membawa beberapa mobil mainan milik Riki.

"Eh, tuan muda Julian sudah datang, ya." ucap mba Tika setelah menyadari kehadiran Julian.

"Iya mbak, baru aja sampai"

"Ian, abang Kala mana?" Tanya Riki masih memeluk erat Julian.

Julian mengusak rambut adik kecilnya,"Abang ada dikamar"

Precious Family || EnhypenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang