5 Tahun Lalu...
Didunia ini tidak semua berjalan seperti yang diharapkan, kekayaan tidak bisa menjadi tolak ukur kebahagiaan dalam berkeluarga.
Hilmi adalah salah satunya, selama ini dirinya selalu beruntung dalam segala hal bahkan berhasil menjadi CEO muda di perusahaan yang ia bangun sendiri tanpa bantuan ayahnya.
Menikah diumur 25 tahun dengan seorang wanita yang dicintainya semenjak masa perkuliahan bernama Arin Diana Maharani dan dikaruniai anak pertama sekaligus kedua dan ketiga membuatnya percaya kalau keberuntungan selalu bersamanya.
Lima tahun kemudian, berkat kerja kerasnya Hilmi berhasil membuka cabang perusahaan baru diberbagai daerah bahkan hampir di beberapa negara. Bertepatan dengan kelahiran putra keempatnya menambah kebahagiaan dalam hidupnya.
Di tahun ke delapan pernikahan dengan sang istri, Hilmi lagi-lagi dikaruniai seorang putra yang lucu juga tampan. Hilmi berani bersumpah bahwa selama ini hidupnya nyaris sempurna bahkan lebih dari sempurna. Tidak ada kata, tinta ataupun kertas yang sanggup menggambarkan betapa senang dan bahagianya hidup seorang Hilmi Batara Purnama.
Namun, saat umurnya menginjak 36 tahun untuk pertama kali dalam hidupnya semuanya hancur berantakan, bahagia yang selama ini menyelimuti keluarganya kini berubah menjadi sebuah kegagalan. Kegagalan berujung perpisahan yang harus Hilmi relakan ketika ia gagal mempertahankan cinta sekaligus ibu dari anak-anakmya, dengan berat hati Hilmi harus bisa merelakan perempuan yang ia cintai setelah ibunya.
Kala itu Hilmi yang berada di Singapura mengurus cabang barunya, mendapat kabar bahwa Arin akan segera melahirkan anak ke-6 mereka padahal usia kandungannya baru memasuki bulan ke 7.
Dengan perasaan cemas Hilmi langsung membeli tiket untuk segera kembali ke Indonesia terhitung baru satu hari Hilmi berada di Singapura.
Sesampainya di Indonesia Hilmi mendapatkan kabar bahwa Arin harus segera dioperasi dan ayah mertuanya berat hati menyutujui, takut jika menunggu Hilmi tiba nyawa Arin dan bayinya akan terancam.
Hilmi juga mendapat kabar bahwa sebelumnya Arin pergi keluar rumah membawa mobil sendiri. Padahal sebelumnya Hilmi sudah melarang istrinya untuk pergi keluar rumah apalagi membawa mobil sendiri.
Bukan Hilmi posesif, namun di kehamilan Arin kali ini keadaan nya butuh perhatian ekstra. Dokter mengatakan bahwa janin dikandungannya sangat lah rentan apalagi akhir-akhir ini Arin terlihat lebih murung jika dirumah.
Terkadang keduanya juga terlibat pertengkaran hanya karena masalah sepele, Hilmi merasa Arin mulai berubah semenjak kehamilannya.
Ada banyak hal yang muncul dalam benak Hilmi namun ia menepis semua pemikiran buruknya dan memilih diam tidak ingin membuat Arin berpikir berat berakhir stress sehingga mempengaruhi kehamilannya, ia tidak ingin istri serta bayinya terancam hanya karena spekulasi yang tak berdasar.
Setelah hampir 3 jam menunggu, akhirnya dokter keluar dari ruang operasi. Bayi dan ibunya lahir dengan selamat. Tetapi karena lahir sebelum waktunya bayi mungil tersebut harus masuk kedalam ruang inkubator.
Selama masa pemulihan setelah operasi juga Hilmi lebih banyak meluangkan waktunya untuk menemani Arin yang siuman setelah 3 jam operasi.
Setelah Arin siuman entah mengapa sikapnya mulai berubah.
Awalnya Hilmi mengira kalau Arin mungkin ingin beristirahat setelah operasi dan tidak ingin diganggu.
Tapi siapa yang tau setelah 1 minggu dirumah sakit lalu kembali kerumah perubahan sikapnya semakin terlihat, dia tak segan membentak anak-anak hanya karena masalah sepele, Arin juga tak ragu mencubit Julian putra kelima mereka hanya karena memegang ponsel miliknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Precious Family || Enhypen
Short StorySeandainya waktu dapat kembali diputar, Hilmi tidak ingin kehilangan siapapun. Seandainya Hilmi bisa membagi kasih sayang sama rata pada putra-putranya, ia tidak akan pernah hidup dalam penyesalan. Hilmi mungkin bisa merelakan wanita yang sangat ia...