Setelah semalam Hilmi keluar dari kamar Jayden, sebenarnya anak itu kembali membuka mata hingga pukul 3 dini hari. Bukan karena kambuh, hanya saja Jayden memang memiliki masalah dengan waktu tidur.
Setiap kali matanya terpejam bayang-bayang masa lalu selalu menghantui bagai kaset rusak yang selalu terulang. Jayden jadi takut setiap kali menutup mata, gambaran pertengkaran dengan mama ataupun pertengkaran kedua orangtuanya selalu memenuhi otak, membuat kerja jantungnya bekerja dua kali lipat.
Karena itu, hari ini Jayden terlihat sangat mengantuk saat mendengarkan wakil kepala sekolah berpidato didepan, badannya hampir terhuyung kedepan jika saja tidak ada Jake yang menahannya.
"Kak Jay baik-baik aja?" Tanya Jake sembari membantu menahan tubuh Jayden agar tidak terhuyung kedepan.
"Ya, hoam" Jay menguap menutupi mulutnya dengan tangan.
"Aku kira kaka sakit, mending kaka cuci muka dulu biar gak ngantuk, mau aku antar?"
"Gak usah, biar kaka sendiri aja"
Jayden pun bangkit meninggalkan Jake bersama kelompok mereka. Kebetulan Jake dan Jayden satu kelompok MPLS sedangkan Satya tidak sekelompok dengan mereka.
Sebelum pergi ke kamar mandi, Jayden izin terlebih dahulu pada panitia jaga disana, setelah mendapat izin Jayden baru keluar dari aula.
Langkah kaki semula menuju toilet kini berganti kearah taman yang terlihat sepi. Lantas mendudukan diri disalah satu kursi, menutup mata menikmati setiap hembusan angin yang menerpa tubuhnya.
Dalam keheningan taman yang cukup tenang, samar-samar Jayden mendengar suara tawa beberapa orang dari belakang gedung lab samping taman. Karena penasaran Jayden melangkahkan kaki menuju belakang lab, dari posisi yang terhalang tembok Jayden melihat sekumpulan anak-anak seperti sedang membully anak lain, tapi ia tidak bisa melihat korbannya.
"Hei, siapa disana!!" Jayden menoleh kebelakang saat beberapa panitia osis memergoki dirinya disamping lab, padahal ia baru akan melangkah menghentikan aksi pembullyan andai saja tidak ada para panitia.
Jayden kembali menengok ketempat pembullyan tadi tapi ia tidak melihat siapapun disana.
"Lo, anak kelas 10, kan. Ngapain disini?" Ketus salah satu panitia perempuan diantara 3 orang lainnya.
"Anu kak, saya lagi mau ke toilet" jawab Jayden
"Tapi ini bukan arah ke toilet, lo mau bohong?" Cerca perempuan satunya lagi.
"Engga kak, saya beneran mau ketoilet cuma gak tau arahnya kemana, jadi aja saya nyasar kesini"
Mereka bertiga sedikit tidak percaya, tapi melihat Jayden menjawab dengan yakin akhirnya mereka pun melepaskan Jayden dan menunjukkan arah toilet.
Setelah selesai dengan kegiatan mencuci muka, Jayden berniat kembali menuju ruangan. Namun, langkahnya terhenti saat melihat Satya baru saja memasuki toilet, anak itu tidak menyadari jika Jayden berada didekat wastafel.
Jayden pun memutuskan menunggu Satya keluar dari toilet untuk kembali bersama menuju aula.
Sekitar 10 menit Satya akhirnya keluar dari kamar mandi, sedikit terkejut saat melihat Jayden berdiri disamping wastafel, menyenderkan tubuh ketembok sembari memejamkan mata.
"Kak Jay" panggil Satya sembari menepuk pelan bahu Jayden.
"Ouh, kau sudah selesai?" Jayden membuka mata melihat Satya berdiri didepan dengan tatapan bingung.
"Sejak kapan kak Jay berdiri disini?"
"Sejak awal kau masuk"
Satya hanya ber oh ria, mencuci tangan terlebih dahulu diwastafel sebelum keduanya pergi meninggalkan toilet menuju aula. Keduanya berpisah diaula karena Satya harus kembali duduk bersama kelompoknya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Precious Family || Enhypen
ContoSeandainya waktu dapat kembali diputar, Hilmi tidak ingin kehilangan siapapun. Seandainya Hilmi bisa membagi kasih sayang sama rata pada putra-putranya, ia tidak akan pernah hidup dalam penyesalan. Hilmi mungkin bisa merelakan wanita yang sangat ia...