Satya berjalan dengan riang dikoridor sekolah sembari bersenandung lagu random yang terlintas dikepala, suasana sekolah cukup sepi mengingat jam pelajaran sedang berlangsung.
Satya iseng izin keluar saat jam pelajaran memberi alasan pergi ke toilet, namun langkah kakinya tetap ia bawa ke toilet sebagai penggugur kewajiban.
Belum sampai langkahnya sampai kedalam toilet, seseorang tiba-tiba menarik paksa kerah belakang Satya membawanya hingga kebelakang sekolah, Satya membrontak mencoba melepas paksa tarikan kaka kelasnya namun tenaganya tidak sebanding.
Sesampai dibelakang sekolah orang tersebut mendorong Satya hingga tersungkur tepat dihadapan remaja lain yang terlihat lebih berandalan baju seragam tidak dikancingkan, sepatu tidak sesuai aturan, rambut berwarna coklat sedikit berantakan, jangan lupakan piercing ditelinga kanannya.
Remaja itu berjongkok menghembuskan asap rokok yang sedari tadi remaja itu hisap kearah Satya senyum miring terbit diwajah lelaki bernama Argatra kala melihat Satya terbatuk sembari tertunduk menatap tanah
Mengingatkan Argatra pada sosok Satya kecil yang meminta ampun saat Argatra dengan sengaja menginjak telapak tangannya karena anak itu terus membrontak.
Argatra mencengkram dagu Satya memaksa untuk melihat kearahnya, mata mereka bertemu tapi kali ini Argatra melihat kilatan emosi dimata Satya bukan lagi tatapan takut yang biasa Satya berikan saat Argatra membullynya disekolah dasar ataupun ekspresi putus asa yang akhir-akhir ini Satya tunjukkan.
Satya membuang muka menghempaskan tangan sang kaka kelas dengan kasar lalu bangkit menatap nyalang kearah Argatra.
Argatra terkekeh tidak percaya anak laki-laki yang selalu menunduk takut padanya kini berani mengangkat pandangan bahkan menatapnya penuh emosi.
"Ya!! Lo berani sama gue?!" Bentak Argatra tidak terima jika remaja didepannya menatap ia dengan wajah yang menurutnya sangat memuakkan.
"Kalo iya kenapa?! Gue gak bakal lagi jadi Satya yang lemah yang cuma diem waktu lo bully!!" Balas Satya tak kalah nyalang.
Selama satu minggu ini Satya berusaha melawan rasa takutnya bertekad tidak akan menjadi anak lemah seperti dulu. Kini Satya lelaki berani yang akan maju paling depan untuk memberantas pembullyan.
Pertemuan kembali Argatra dan Satya juga terjadi saat hari kedua mpls ketika Satya tak sengaja memergoki Argatra yang sedang membully anak kelas 11 dibelakang lab komputer.
Semenjak itu Argatra terus mengganggu Satya dengan berbagai macam cara dari mulai menyuruhnya datang kebelakang sekolah hanya untuk membelikan Argatra rokok, membelikan makanan di kantin dengan uang Satya, menerornya dengan berbagai kalimat tak pantas lewat pesan, atau bahkan memukulinya dibagian yang tak terlihat ketika Argatra dan kawan-kawan sedang kesal.
Argatra berdecih lalu tertawa keras mendengar penuturan Satya yang cukup berani
"Oke, coba aja lo berani sama gue!! gue gak segan-segan untuk nyerang titik lemah lo!!" Argatra menunjuk kening Satya mendorongnya dengan keras.
"Gue gak takut!! sekalipun lo mukul gue, gue bakal bales lebih dari itu!!" Nyalang Satya.
Seringai mengerikan Argatra terpatri diwajahnya, kalaupun Satya memang berani melawannya ia sudah punya rencana untuk menyerang balik titik kelamahan seorang Satya Galaksi.
"Liat aja sikap sok berani lo itu bakal jadi boomereng buat lo sendiri!!" Argatra memukul telak perut Satya 3 kali hingga tersungkur ketanah meninggalkannya begitu saja diikuti kedua kawannya yang sedari tadi menonton.
Satya memegang perut yang terasa sakit akibat pukulan Argatra yang cukup kuat. setelah kepergian Argatra, Satya terduduk lemas ditanah tubuhnya gemetar hebat, seberani apapun tadi saat melawan Argatra Satya tetaplah Satya yang masih trauma dengan masa lalunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Precious Family || Enhypen
Short StorySeandainya waktu dapat kembali diputar, Hilmi tidak ingin kehilangan siapapun. Seandainya Hilmi bisa membagi kasih sayang sama rata pada putra-putranya, ia tidak akan pernah hidup dalam penyesalan. Hilmi mungkin bisa merelakan wanita yang sangat ia...