Hari yang ditunggu-tunggu Jake akhirnya tiba hari olimpiade fisika yang akan Jake ikuti setelah hampir satu bulan fokus mempersiapkan fisik, mental, dan otak.
Sejak pagi Jake merasa hatinya terus berdebar tak karuan walau sudah terbiasa mengikuti banyak olimpiade dia tetap merasa gugup.
Hilmi sampai rela meliburkan diri untuk mengantar Jake ketempat sampai kedalam ruangan olimpiade bersama guru pembimbingnya.
Hilmi terus memberi kalimat penenang juga semangat agar Jake bisa percaya diri apapun hasilnya kalah atau menang Hilmi akan selalu bangga.
"Jake, harus semangat. Anak papa hebat anak papa pasti bisa. Ayo berjuang, apapun hasilnya Jake terima, ya? Karena papa selalu bangga sama anak papa yang satu ini, papa bakal kabulin apapun yang Jake mau, gak peduli kalah menang papa bakal kabulin."
Hilmi mengusap lembut surai Jake, memeluknya sebentar sebagai pengantar bahwa doanya selalu menyertai sang putra.
Hilmi lalu izin pamit pada Jake dan guru pembimbingnya untuk datang keacara lain.
Hari ini bertepatan dengan Julian yang juga ikut lomba baca puisi sebagai perwakilan sekolah sebab itu Hilmi hanya bisa mengantar Jake sampai kedalam ruangan karena setelah ini dia harus langsung datang ketempat perlombaan Julian.
Setelah dari tempat Jake, Hilmi langsung menuju tempat Julian sekitar 30 menit dari sana.
Saat sampai Julian ternyata sudah berdiri diparkiran menunggu papa, anak itu langsung berlari setelah melihat papa keluar dari mobil memeluk Hilmi erat.
Hilmi sedikit berjongkok menyamakan tinggi Julian yang baru sebatas dada dibawah sedikit.
"Papa Lian takut" cicit Julian setelah berada dalam dekapan papa.
Bagaimanapun juga ini adalah perlombaan pertama Julian selama hidupnya, apalagi dia harus langsung tampil didepan banyak orang, rasa gugup langsung menyeruak merenggut keberanian Julian yang selama ini dipersiapkan.
Ternyata tampil didepan banyak orang tidak semudah yang Julian kira, kalo tau begini Julian harusnya tidak mau saat disuruh guru untuk ikut.
Julian mau nangis saja rasanya.
"Loh, Lian kenapa takut? Kan ada papa disini, papa dukung Lian. Lian gak usah takut anggap aja Lian lagi baca puisi didepan papa kaya Lian latihan setiap malam dikamar papa. Lian harus percaya sama diri Lian sendiri, papa disini dukung Lian apapun hasilnya selama Lian udah berusaha itu udah cukup. Kalah menang itu bonus yang penting usaha. Ayo tunjukkin kesemua kalo Lian anak papa Hilmi yang hebat" kata Hilmi sembari mengusap surai Julian yang masih memeluknya erat.
Julian yang mendengar kalimat penenang dari papa rasanya menjadi lebih baik, papa benar kalah menang itu bonus yang penting usaha, Julian yakin usaha tidak akan pernah mengkhianati hasil.
Julian lantas melepaskan pelukan, menatap papa memberi isyarat agar papa sedikit menunduk dan lebih dekat.
Hilmi mengikuti perintah Julian mendekat kearah putranya hingga kecupan singkat mendarat dipipi Hilmi.
"Papa terimakasih, kalimat papa bikin Lian percaya diri, papa dukung terus Lian ya. Apapun hasilnya papa jangan kecewa" ucap Julian sembari tersenyum manis.
Hilmi terkekeh kecil sembari mengusak rambut Julian,"Kenapa papa harus kecewa? Papa udah bilang apapun hasilnya papa selalu dukung dan bangga sama Lian, udah yuk kita masuk sebentar lagi dimulai, kan?" Ajak Hilmi menggandeng tangan Julian untuk masuk kedalam gedung tempat Julian akan melaksanakan lomba.
Hilmi duduk paling depan guna melihat bagaimana Julian ternyata begitu berani diatas panggung, intonasi dan ketepatan vokal, penjiwaan juga ekspresi mimik wajah begitu jelas terasa ke jiwa pendengar untuk sebuah puisi juang membuat riuh tepuk tangan terdengar satu gedung ketika Julian selesai membacakan puisinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Precious Family || Enhypen
ActionSeandainya waktu dapat kembali diputar, Hilmi tidak ingin kehilangan siapapun. Seandainya Hilmi bisa membagi kasih sayang sama rata pada putra-putranya, ia tidak akan pernah hidup dalam penyesalan. Hilmi mungkin bisa merelakan wanita yang sangat ia...