Malam harinya Harlan duduk manis diruang keluarga sembari memeriksa dokumen diipad miliknya menunggu kedatangan Hilmi yang belum juga pulang hingga waktu menunjukan pukul 10 malam.
Semua anak-anak Hilmi juga Tanavish sudah tidur bahkan Riki tidur lebih awal sebab Harlan membacakan dongeng kesukaannya sebelum tidur.
Pintu utama akhirnya terbuka menampilkan Hilmi yang baru saja pulang, jas miliknya disampirkan ditangan, wajah lelah terlukis jelas diwajah lelaki berusia 40 tahun itu.
Harlan menatap datar sang adik yang baru saja datang, Hilmi bahkan tak menyadari Harlan yang duduk diruang keluarga, Hilmi berjalan menuju dapur mengambil segelas air, meminumnya hingga tandas lalu kembali melewati ruang keluarga untuk pergi ke kamarnya.
"Kantor mana yang terus kerja sampe jam 10 malam?" Sindir Harlan membuat Hilmi terkejut karena tidak menyadari kehadiran Harlan sama sekali.
Hilmi memegangi dadanya yang disko akibat ulah Harlan, lelaki itu bersidekap dada memandangi Hilmi datar.
Harlan rasanya ingin mencubit bokong Hilmi seperti saat mereka remaja ketika Hilmi pulang terlambat karena pergi bermain dengan teman-temannya sampai jam 1 malam.
"Kak Harlan ini kenapa si? Ngagetin aja tau gak" kesal Hilmi
"Harusnya kaka yang nanya kenapa, kenapa kamu ninggalin Jayden sendiri dirumah sakit, hah?!" Tanya Harlan nadanya sedikit tinggi karena kesal.
"Siapa yang ninggalin, aku udah izin sama anaknya, Jaynya juga izinin kok, lagian Satya siang kerumah sakit, aku udah bilang sama dia" sentak Hilmi tak kalah kesal, dia itu baru pulang dari kantor kenapa kakanya malah bertanya hal yang tidak terlalu penting, pikirnya.
Lagian saat Hilmi izin pada Jayden, anak itu dengan senyum sumringah mengizinkan Hilmi pergi kekantor walau dalam hati Hilmi juga ingin tetap bersama sang putra.
"Kerumah sakit, ya? Tapi waktu aku tanya Satya disuruh papa jagain kak Jay engga, dia jawabannya engga dan emang Satya sendiri nunjukin gak ada pesan dari kamu sama sekali, dan kamu masih ngelak?"
Hilmi menautkan alis bingung, perasaan tadi pagi ia sempat mengirim pesan pada Satya untuk langsung pulang setelah sekolah selesai.
"Kamu tau Satya pulang jam berapa? Jam 7 malam. Anak itu latihan buat turnamen"
"Turnamen? Satya ikut turnamen apa?" Bingung Hilmi sebab ia tidak tau kalo Satya mengikuti turnamen, anaknya tidak pernah cerita.
Harlan melongo tak percaya, Hilmi sebagai seorang papa kenapa bisa tidak tahu apa saja kegiatan anak-anaknya disekolah. Harlan saja tahu apa yang dilakukan anak-anak sekalipun bang Babas yang sudah 22 tahun bisa memimpin perusahaan tapi Harlan tetap memantau jadwal dan pergaulan mereka.
"Sebagai seorang papa kamu gak tau kalo Satya ikut turnamen? Jangan-jangan kamu juga gak tau kalo Jake ikut olim?"
"Kalo Jake aku tau, tapi Satya aku beneran gak tau. Jadi aku minta Satya buat jagain Jay, itu juga alesan kenapa aku gak minta Jake karena anak itu udah bilang gak bisa jaga Jay dirumah sakit mau fokus belajar buat olim" jelas Hilmi berharap Harlan akan percaya dengan perkataannya.
"Kamu kurang perhatian sama Satya ataupun Jayden, Hilmi." Ucap Harlan menyayangkan Hilmi karena menurutnya Hilmi masih kurang memperhatikan anak-anak.
"Jangan asal menyimpulkan, kaka gak tau gimana aku ngurus mereka, aku perhatian sama mereka semua, aku bagi rata perhatian juga kasih sayang."
Harlan mengangguk remeh,"perhatian ya? Terus kenapa kamu gak minta tolong kaka buat nemenin Jay hari ini? Dari tadi kamu juga gak nanya siapa yang jaga Jay?
KAMU SEDANG MEMBACA
Precious Family || Enhypen
Short StorySeandainya waktu dapat kembali diputar, Hilmi tidak ingin kehilangan siapapun. Seandainya Hilmi bisa membagi kasih sayang sama rata pada putra-putranya, ia tidak akan pernah hidup dalam penyesalan. Hilmi mungkin bisa merelakan wanita yang sangat ia...