Setelah semalaman Satya demam tinggi hingga membuat Hilmi panik bukan kepalang apalagi stok obat dirumah juga habis membuatnya rela keluar malam mencari apotek yang buka untuk membeli obat.
Beruntungnya setelah minum obat demam Satya pagi ini sudah agak turun walau Hilmi masih menyuruh Satya untuk tidak melepas plester penurun demam dikeningnya, anak itu juga sudah bisa merecoki Sakala yang sedang fokus memakan sarapan.
"Aku mau dong satu suap aja" rayu Satya membuat wajah seimut mungkin agar Sakala luluh.
"Engga, tadi udah aku kasih lagian kak Satya kan punya sendiri kenapa minta si?" Omel Sakala tak mau membagi sarapan miliknya pada Satya.
"Pelit huh pelit, Sakala pelit" cibir Satya sembari pura-pura merajuk.
"Biarin, emang kenapa sii sama punya kaka? Harus banget minta punya aku" kesal Sakala.
"Soalnya punya Kala enak, punya aku gak enak"
"Perasaan papa masaknya satu wajan kok bisa beda" pikir Julian.
Ngomong-ngomong sedari tadi papa menyimak perdebatan mereka dimeja makan dengan jengkel seharusnya saat dimeja makan mereka tidak boleh bersuara kecuali selesai makan. Namun untuk hari ini Hilmi memberikan pengecualian karena Satya yang kembali ceria setelah semalam anak itu bahkan tidak tidur dengan nyenyak.
Satya tidur dengan gelisah terus meracau tidak jelas memanggil papa atau menyebutkan seluruh nama saudaranya, Hilmi sampai harus memeluk putra ketiganya agar anak itu bisa tidur dengan tenang.
"Hari ini Satya izin, kan?" Tanya Jake
"Jelas dong, buktinya aku masih pake baju tidur" jawab Satya percaya diri sembari menunjuk baju yang dikenakan.
"Oke" Jake bangkit menyalami papa lalu pergi keluar untuk memakai sepatu.
"Jay juga berangkat, pa" pamit Jayden sembari menyalami Hilmi.
"Adek jagain kakanya ya dirumah, kak Satya juga temenin adeknya jangan berulah" pesan Jayden menyempatkan diri mendaratkan ciuman dipipi gembul Riki tak lupa mengusak rambut Satya yang masih berantakan lalu pergi keluar menyusul Jake.
Sakala dan Julian yang juga sudah selesai menyusul kedua kakanya keluar hari ini mereka diantar papa karena pak Budi sedang izin karena putrinya sakit dari kemarin.
***
Selama dirumah Satya hanya melamun menatap kosong kearah tv ditemani Riki yang hari ini terlihat lebih tenang seperti mengerti kalau kakanya sedang tidak baik-baik saja.
Riki bahkan menawari makanan miliknya yang tidak pernah mau dibagi kepada siapapun sekalipun itu papa yang minta.
"Kak Satya na? Ini enak loh" tawar Riki menyodorkan sebungkus biskuit coklat kesukaannya.
Satya tidak bergeming bertahan dengan posisinya, sedari awal fokusnya bahkan sudah tidak lagi berada disana. Satya selalu seperti ini jika suasana sepi seperti sekarang otaknya selalu dipenuhi dengan semua kenangan buruk.
Berbeda jika suasana ramai dan hangat Satya akan cenderung melupakan semua permasalahan yang mampir keotaknya.
"Kaka ndak na mam? Katana papa kaka halus mam" ucap Riki mengingat jelas perkataan papa untuk sesekali menawarkan kaka makanan agar perut Satya tidak kosong.
Satya tetap diam telinganya kini bahkan tak lagi menangkap perkataan Riki dengan jelas, suara lain yang kini memenuhi kepalanya seolah memaksa mendistrak Satya untuk kembali mengingat hal yang tidak seharusnya diingat.
Satya menggelengkan kepala mencoba menghilangkan suara asing yang masuk kedalam telinga. Riki melihatnya terheran dengan aksi Satya yang terus menggelengkan kepala.

KAMU SEDANG MEMBACA
Precious Family || Enhypen
Cerita PendekSeandainya waktu dapat kembali diputar, Hilmi tidak ingin kehilangan siapapun. Seandainya Hilmi bisa membagi kasih sayang sama rata pada putra-putranya, ia tidak akan pernah hidup dalam penyesalan. Hilmi mungkin bisa merelakan wanita yang sangat ia...