Sesampainya di kantor, Adzkiya dan Jean langsung berjalan masuk menuju ruang kerja Adzkiya yang berada di lantai 2. Mereka pun berjalan santai sambil bergandengan tangan membuat beberapa pasang mata melirik ke arah mereka dan hanya berani bergunjing di belakangnya.
"Pada ngeliatin apaan sih ?" Tanya Jean kemudian.
"Ngeliatin aku sama kamulah" jawab Adzkiya sambil menengok ke arah Jean dan menyunggingkan senyumnya.
"Kayak ga pernah liat orang pacaran aja" gerutu Jean.
Adzkiya hanya terkekeh mendengar Jean yang sedang menggerutu karena tatapan mata para pegawai di kantor Papa Adzkiya yang melirik Jean dengan tatapan bertanya tanya tentang sosoknya yang kini mendampingi Adzkiya berjalan menuju ruangannya.
Setelah sampai di ruangan kerjanya, Jean pun duduk di sofa dan menyandarkan tubuhnya disana.
"Kamu mau kopi ?" Tanya Adzkiya kemudian.
Jean pun hanya menjawabnya dengan anggukan. Lalu Adzkiya mengangkat gagang telfonnya dan langsung memencet tombol yang menyambungkannya dengan bagian pantry.
"Hallo, mbak... Saya mau 2 cangkir kopi tanpa gula ya ? Deliver to my room... Makasih" ujar Adzkiya lalu menutup telfonnya.
Lalu Adzkiya pun mulai mengerjakan tugasnya untuk mengecek beberapa dokumen yang sudah diberitahukan oleh Papanya sebelumnya. Sesekali matanya tertuju pada Jean yang sedang menutup matanya sambil merebahkan tubuhnya di sofa.
Tak lama kemudian office girl datang membawakan 2 cangkir kopi pesanannya itu.
"Makasih ya mbak" ujar Adzkiya dengan ramah.
Office girl itu hanya mengangguk dan memundurkan langkahnya untuk segera pergi dari ruangan atasannya itu. Namun matanya tiba tiba tertuju pada Jean yang sedang tertidur di sofa.
"Maaf Bu, temennya ketiduran" ujar office girl itu sambil menunjuk dengan sopan ke arah Jean.
"Iya gapapa mbak, dia kecapekan kayaknya" ujar Adzkiya sambil tersenyum.
"Baik Bu, permisi" pamit office girl itu sambil kembali memundurkan langkahnya dan segera keluar dari ruangan Adzkiya.
Adzkiya pun mengambil secangkir kopi yang ditaruh oleh office girl tadi di meja kerjanya dan menaruhnya di meja tamu. Perlahan ia mendekati Jean dan mencium pipinya. Lalu kembali ke mejanya untuk menyelesaikan pekerjaannya.
Waktu telah hampir menunjukkan jam makan siang sedangkan Jean masih terlelap di sofa ruangan kerja Adzkiya. Ia tak peduli dengan beberapa pegawai yang bolak balik ke ruangan Adzkiya untuk mengantarkan dokumen pada atasannya itu dan memandangnya dengan heran.
Tak lama kemudian Alan datang dengan membawa sebucket bunga dan langsung masuk ke ruangan Adzkiya tanpa konfirmasi terlebih dahulu.
"Hai Blair" sapa Alan sambil tersenyum.
Adzkiya pun mendongakkan wajahnya sebentar dan sedikit menyunggingkan senyum pada Alan.
"This is for you, and who is she ? Is she your friend ? Dia seperti preman" ujar Alan kemudian.
"Thank you, but i'm busy right now Alan" jawab Adzkiya tanpa mempedulikan Alan.
"Bentar lagi waktunya makan siang Blair, aku mau mengajakmu makan siang di cafe dekat sini... Ayahku sangat ingin bertemu denganmu" ujar Alan lagi.
"Sudah kubilang kan bahwa aku sedang sibuk ? Dan sudah beberapa kali juga aku bilang, aku tidak mau bertemu dengan ayahmu... Aku bukan calon istrimu Alan" ujar Adzkiya lagi dengan datar.