Setelah memanjatkan doa doa untuk mendiang Mama Jean, Adzkiya langsung menaburkan bunga dan air mawar yang dibelinya di jalan sebelum sampai ke makam tadi.
Kemudian ia mengelus nisan dan menyandarkan pipinya disana.
"Tante, maaf ya baru bisa dateng kesini... Baru bisa jengukin Tante... Tapi selama ini Papa suka jengukin Tante kan ? Suka ngurusin rumah baru Tante kan ? Bilang ke aku sih suka datang buat jenguk Tante, karena itu emang permintaan aku tante... Aku ga mau sampe Tante ngerasa kehilangan, kayak aku yang ngerasa kehilangan Tante... Juga kehilangan anak Tante, tapi 5 taun aku di Amerika ga bisa juga ngelupain dia, kenapa sih Tante ? Kenapa Tante punya anak yang nyebelin tapi ngangenin kayak dia ?" Ujar Adzkiya sambil mengelus nisan Mama Jean.
"Eh Tante, tau ga ? Selama di Amerika, kalo aku makan pedes jadi inget sama Jean... Dia tuh nangis yang waktu makan pedes pertama kali sama aku, yg akhirnya dia sakit dan aku yang nangis nangis ngerasa bersalah gitu hehehe... Di Amerika juga ada cowok ngedeketin aku, namanya Alan... Dia tuh orang Indonesia, entah kenapa dia bisa nyasar di Amerika dan ketemunya sama aku... Dia bilang dia cinta banget sama aku... Dia mau ngenalin aku sama orangtuanya katanya, dia juga mau ngelamar aku ke Papa... Dia ga tau aja aku udah punya mertua yang baaaaiiiikkkk banget kayak Tante hehehehe" ujar Adzkiya lagi.
"Alan tuh orangnya baik Tante, dia royal banget sama aku... Tapi aku cintanya sama anak Tante, gimana dong ? Tante tau ga dia dimana sekarang ? Dia kayak apa sekarang ? Aku cuma punya foto dia yang ini nih Tante" ujar Adzkiya sembari mengeluarkan ponselnya dan memperlihatkan potret Jean yang didapatkannya dari Dita dulu dihadapan batu nisan Mama Jean.
"Oh iya tante, aku pamit dulu ya ? Aku mau ke rumah Tante... Pengen liat sekaligus ngenang waktu dulu diem diem ciuman sama Jean hehehe... Istirahat yang tenang ya Tante, kalo anak Tante kesini bilangin sama dia... Kalo aku nyariin..." Ujar Adzkiya lagi menutup racauannya sambil mencium nisan Mama Jean.
Adzkiya pun segera bangkit dan pergi menjauh dari makam Mama Jean. Ia pun langsung menuju ke rumah Jean seperti yang dikatakannya tadi, ia ingin sekedar mengenang kebersamaannya dengan Jean dulu.
Mobil yang dikendarai oleh Adzkiya pun segera melesat menembus jalanan ibukota yang tidak terlalu padat menuju kediaman Jean dan Mamanya yang dulu di jalan asam gelugur X.
Adzkiya masih mengingat dengan jelas jalanan yang mengarahkannya menuju alamat yang dituju. Ia tak pernah sedikitpun melupakan tentang Jean, hal sekecil apapun itu.
Sesampainya di depan rumah Jean, ia sedikit bingung dengan keadaan rumah yang justru sangat rapih seolah rumah yang berada dihadapannya ini sudah lama berpenghuni.
Adzkiya pun langsung memarkirkan mobilnya di depan rumah Jean tanpa memasukannya ke dalam garasi, takut takut kalau ada pemilik baru yang muncul. Ia bisa langsung pergi dari sana.
Gerbang yang terbuka memudahkan Adzkiya untuk masuk dan berjalan ke teras rumah Jean. Pintu rumahnya pun terbuka. Sekilas dari tempatnya berdiri tak ada sedikitpun yang berubah dari isi rumah Jean. Potret masa kecil Jean masih terpampang rapih menempel di dinding seperti dulu saat Adzkiya datang ke rumah ini untuk pertama kalinya.
"Permisi" ujar Adzkiya pelan.
Namun tak ada jawaban sedikit pun.
"Permisi, ada orang di dalam ?" Tanya Adzkiya lagi.
Tak ada satupun orang yang menyahut.
Rasa penasaran pun membawa Adzkiya melangkahkan kaki ke dalam rumah Jean. Sambil sesekali celingukan dan mencari seseorang yang mungkin bisa menjawab semua rasa penasarannya.
"Permisi" ujar Adzkiya pelan.
Tak lama kemudian tubuh Adzkiya mematung melihat sosok yang berada di hadapannya yang sedang memakai bathrobe dan menggosok rambut di kepalanya dengan menggunakan handuk yang lain berjalan menghampirinya tanpa melihat kearahnya.
"Iya, cari siapa ?" Tanya Jean sambil terus menggosok rambutnya dan berjalan ke arah Adzkiya.
Adzkiya masih mematung di tempatnya berdiri menatap tak percaya bahwa dihadapannya ini ada sosok yang selama ini di rindukannya.
Jean, Jeandra Andrea Salim yang selama bertahun tahun membawa hatinya pergi entah kemana.Adzkiya dan Jean kini saling berhadapan, tubuh Adzkiya kini gemetar hebat melihat Jean yang dulu menghilang begitu saja kini berada di hadapannya.
"Cari siapa ya ?" Tanya Jean masih sambil menggosok rambutnya dengan handuk lain ditanganya.
"Jean ?" Panggil Adzkiya pelan.
Deg ! Jean langsung mendongakkan kepala mendengar suara itu. Ia hafal betul dengan suara Adzkiya. Dan saat mendongakkan kepalanya, ia benar benar melihat sosok gadis yang selama ini benar benar ia rindukan.
Plaaak
Dengan gemetar Adzkiya langsung menampar Jean meninggalkan bekas kemerahan di pipi kanan Jean.
"Kemana aja kamu selama ini ?" Tanya Adzkiya kemudian, rahangnya mengeras karena emosi yang menguasainya saat ini.
Jean pun hanya terdiam mendengar pertanyaan Adzkiya lalu kembali menundukkan kepalanya.
"Puas kamu sama apa yang kamu lakuin ke aku ? Kamu ngilang gitu aja ninggalin aku tanpa ngasih kepastian ke aku, kamu pikir aku ini apa ?" Tanya Adzkiya lagi.
Jean pun langsung mendongakkan kepalanya dan menatap Adzkiya dengan sayu. Ada kerinduan di dalam matanya yang tak bisa diucapkan hanya dengan sebatas kata.
"Tapi kamu yang ninggalin aku duluan ke Amerika, kamu yang bener bener ngilang dari kehidupanku selama ini" jawab Jean dengan pelan.
"Kamu yang ninggalin aku duluan Je ! Kamu pergi gitu aja, tanpa kabar tanpa penjelasan apa apa ke aku !" Ujar Adzkiya yang kini suaranya terdengar gemetar karena menahan emosinya.
"Aku ga pernah ninggalin kamu Ki, aku cuma butuh waktu saat itu ! Aku memilih menyendiri pun karena aku tau Papamu ga akan lagi ngerestuin hubungan kita karena Damar... Aku tuh khawatir sama kamu kalo kita tetep maksain diri buat jalanin hubungan itu... Tapi nyatanya kamu malah pergi, kamu tinggal di Amerika tanpa ngasih kabar apapun ke aku bahkan ke sahabat sahabat kamu sendiri" Jawab Jean mencoba menjelaskan pada Adzkiya sambil membela dirinya sendiri.
"Khawatir tuh ga nyakitin Je ! Aku memilih untuk tinggal di Amerika itu karena wanita yang aku cintai ga mau berjuang sama aku ! Buat apa aku disini kalo kamu malah ngilang, kamu pergi juga tanpa alasan dan malah bikin aku nambah sakit karena mencintai kamu ! Kamu tuh nyakitin aku Je" Ujar Adzkiya yang tak mau kalah.
"Kamu yang nyakitin aku Ki, kamu ngeblock aku dari hidupmu selama 5 tahun... Fucking five years !" Bentak Jean kemudian.
Jean dan Adzkiya pun kini sama sama terdiam setelah saling mengeluarkan unek uneknya masing masing. Tak lama kemudian, setetes airmata jatuh dari pelupuk mata Adzkiya yang membuat Jean pun langsung meminta maaf karena tak sengaja membentaknya tadi.
"Ki, maafin aku" ujar Jean kemudian.
Tanpa di duga, Adzkiya yang masih dalam kondisi emosi langsung memukuli Jean hingga Jean terus terdorong ke belakang. Jean hanya bisa diam tanpa melakukan perlawanan sedikit pun, ia membiarkan gadis kesayangannya itu menyalurkan emosinya terlebih dahulu.
"Kamu tuh nyebelin !" Ujar Adzkiya sambil terus memukuli Jean.
Setelah emosi Adzkiya mereda, Jean pun segera memeluk Adzkiya dan meluapkan rindunya pada gadis kesayangannya itu. Pelan pelan ia menghirup kembali aroma tubuh Adzkiya yang selama ini ia rindukan.
"Jangan pernah tinggalin aku ya" ujar Jean pelan sambil memeluk tubuh Adzkiya seolah ia takut untuk kehilangan Adzkiya lagi.
Adzkiya hanya diam dipelukan Jean, ia tahu bahwa Jean lebih rapuh di bandingkan dengan dirinya. Karena pada saat itu, Jean pun kehilangan Mamanya.
Jean meneteskan airmatanya hingga membuat Adzkiya langsung mendorong tubuh Jean sedikit menjauh darinya.
"Kamu kenapa nangis ?" Tanya Adzkiya sambil mengusap pelan pipi Jean.
"Aku kangen" jawab Jean sambil berusaha menyunggingkan senyumnya.
Jean pun langsung memegang pipi Adzkiya, perlahan mendekatkan wajahnya ke wajah Adzkiya. Dan langsung mencium bibirnya.
Jean mendapatkan kembali candunya, ia menghisap pelan bibir bawah Adzkiya sambil meneteskan airmatanya. Adzkiya pun langsung mencium bibir bagian atas Jean, menghisapnya pelan dan keduanya pun menyalurkan rindu yang selama 5 tahun ini mereka pendam.