Sembilan

78 14 0
                                    

Keesokan harinya, Jean sudah mulai masuk sekolah karena ada beberapa berkas yang harus ia setor ke panitia pertandingan Asean Games dan memerlukan tanda tangan dari kepala sekolah juga wali kelasnya.

Pagi itu, ia bergegas memacu kendaraannya agar lekas sampai di sekolah dan langsung memarkirkannya di lapangan parkir yang letaknya di samping gedung sekolah.

"Je, kok lu udah masuk aja ?" Tanya Damar berbasa basi kepada Jean yang baru saja sampai dan sedang memarkirkan motornya.

"Iya, ada berkas yang harus ditanda tangani kepsek" Jawab Jean sambil menaruh helm di spionnya.

"Oh, 2 Minggu lagi kan ya tandingnya ?" Tanya Damar lagi.

"Iya 2 Minggu lagi, eh gue masuk duluan ya" Ujar Jean sambil melangkahkan kakinya terburu buru masuk ke dalam area sekolah.

"Yooo" Jawab Damar datar.

Jean pun menghampiri ruang Pak Gio dengan terburu buru sambil memegang berkas yang harus ditanda tangani oleh kepala sekolahnya itu.

Tok... Tok...Tok...

"Masuk" Ujar Pak Gio setengah berteriak.

Jean pun langsung masuk ke dalam ruangan Pak Gio dan menyerahkan berkas berkas yang harus ditanda tangani di hadapan Pak Gio.

"Apa ini ?" Tanya Pak Gio kebingungan.

"Tanda tangan pak hehehe" Jawab Jean sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal itu.

"Oh yayaya" Jawab Pak Gio sambil mengangguk anggukkan kepalanya.

Setelah selesai Jean langsung merapihkan kembali berkas berkas yang sudah dibubuhi tanda tangan kepala sekolahnya itu dan memasukkannya kembali ke dalam tas dan berpamitan pada Pak Gio untuk segera pergi ke tempat latihan.

"Pak doain ya, supaya menang" Ucap Jean sambil menyalami tangan Pak Gio.

"Harus menang Je, bawa nama baik sekolah ini diajang besar itu... Tapi kalopun kamu ga menang pun bukan masalah besar, kontribusi kamu udah cukup besar untuk sekolah ini" Ujar Pak Gio sambil menepuk bahu Jean.

Jean hanya tersenyum mendengar pernyataan Pak Gio. Dan lalu bergegas pergi dari hadapannya. Jean langsung menuju parkiran untuk segera berangkat ke tempat latihan. Namun, tiba tiba Dita memanggilnya yang membuat Jean harus menghentikan langkahnya.

"Je, jeaaan" Panggil Dita sambil setengah berlari menyusul Jean yang tengah terburu buru.

"Ada apa ?" Tanya Jean dengan ketus sambil menghentikan langkahnya.

"Ngga disini ngomongnya" Jawab Dita sambil menggenggam tangan Jean dan menariknya menjauh dari arena sekolah.

Dita pun menarik Jean ke belakang sekolah yang jaraknya tidak terlalu jauh dari parkiran motor yg letaknya di samping gedung. Langkah mereka terhenti di dekat tumpukan barang bekas yang berserakan disana.

"Ada apa sih ?" Tanya Jean lagi dengan ketus.

Dita membalikkan tubuhnya kemudian merapatkan tubuhnya ke tubuh Jean. Tubuh Jean yang lebih tinggi dari Dita membuat Dita harus mendongakkan kepalanya untuk sekedar melihat wajah Jean.

"Bisa ga, ga deket deket gini ? Gue risih" Ujar Jean dengan ketus.

Tanpa aba aba, Dita mengecup bibir Jean dengan lembut membuat Jean melotot dan terpaku seketika karena ulah Dita yang tiba tiba saja menciumnya.

"Aku kangen kamu Je" Ujar Dita sesaat setelah mencium Jean.

Setelah itu Dita pergi begitu saja meninggalkan Jean yang masih bingung dengan kejadian yang baru saja terjadi.

The Story About UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang