Jean baru saja berhasil meringsek masuk ke dalam club saking banyaknya pengunjung yang datang. Ia pun segera menghampiri Adrian yang sudah memberitahukan keberadaannya melalui WhatsApp.
"Adzkiya mana ?" Tanya Jean dengan setengah berteriak.
"Tanya sama mereka, gue tadi liat Adzkiya dibungkus sama temennya yang laki laki" ujar Adrian sambil menunjuk ke arah Leona dan Dinda.
Rahang Jean mengeras mendengar penuturan Adrian. Ia pun segera menghampiri Leona dan Dinda yang tengah asyik membicarakan Alan dan Adzkiya sambil menikmati minuman yang ada di hadapannya.
"Gila ya si Alan, segitunya banget sama si Blair sampe bela belain supaya kita dateng... Eh kita dateng malah dia sibuk ngebungkus Blair hahaha" racau Dinda sambil menenggak minumannya.
"Alan emang udah lama kan shaaay naksir Blair, tapi Blairnya biasa aja... Dia udah punya pawang cyiiin" ujar Leona kemudian.
"Eh serius ? Kalo ribut ribut gimana dong ntar ? Gue kira Blair masih single" ujar Dinda lagi.
"Sanslah, lagian si Blair itu kan pawangnya perempewi... Ga mungkin Alan babak belur kan sama pawangnya Blair ? Yang ada pawangnya Blair yg digebukin Alan hahahaha" sahut Leona kemudian.
"Eh jadi si Blair itu lesbi ? Yang bener lu ? Ya ga sia sialah ya kita bikin si Alan bisa bungkus Blair, biar tobat tuh anak hahahaha" ujar Dinda lagi.
Jean yang panas mendengar hal itu langsung menampakkan wajah bengisnya di hadapan Leona dan Dinda.
"Where's my girlfriend ?" Tanya Jean sambil menatap Leona dan Dinda dengan tajam.
Leona dan Dinda langsung kikuk menghadapi Jean yang ternyata berdiri tak jauh dari tempat duduknya.
"Aku ga tau, tadi dibawa Alan keluar mungkin udah pulang" jawab Dinda dengan terbata bata.
Baru kali ini Leona melihat sosok Jean dihadapannya, jauh lebih tinggi dan kharismatik dibandingkan dengan foto yang pernah dilihatnya dari ponsel Adzkiya.
"I ask again, dimana pacar saya ? Kemana bajingan bernama Alan itu membawanya ?" Tanya Jean dengan sedikit membentak Leona dan Dinda.
Nyali Leona dan Dinda pun menciut melihat Jean yang sudah dipenuhi amarahnya. Tak lama kemudian Jane datang untuk menangkap Dinda dan Leona agar bisa lebih lanjut menginterogasi mereka di kantor polisi mengenai keterlibatan mereka dengan Alan.
Jane sudah mengantongi cukup bukti bahwa keluarga Alan lah yang mencelakai Jean dan menginginkan Adzkiya lewat percakapan via WhatsApp maupun telfon yang ia dapatkan karena menyadap ponsel milik Alan.
"Udah kamu cari aja ke hotel deket sini mungkin di Langham yang cuma beberapa meter dari sini" ujar Jane kemudian.
Jean pun langsung membalikkan tubuhnya dan tergesa gesa meninggalkan club itu. Setelah sampai diluar ia pun segera berlari menuju sebuah hotel yang memang jaraknya tak begitu jauh dari tempat club.
"Please, jangan sampe gue terlambat" gumam Jean sambil terus berlari.
Sesampainya di hotel, Jean langsung berlari ke bagian resepsionis untuk mendapatkan informasi mengenai Alan yang sudah membawa Adzkiya dalam keadaan mabuk.
"Permisi, ada tamu atas nama Alan ? Alan Rahardja" Tanya Jean dengan teegesa gesa dan nafas yang tersengal sengal.
"Bentar saya check dulu ya" ujar resepsionis tersebut sambil matanya melirik ke arah monitor.
Jean tak sabar menunggu langsung membentak resepsionis itu.
"Cepetan ! Kamar berapa ?" Bentak Jean sambil menunjukkan lambang institusinya kepada resepsionis itu.