Braaaaak
Bunyi gebrakan meja di ruang kepala sekolah cukup menggema ke seluruh penjuru ruangan membuat Jean menunduk dan tak berani mengangkat dagunya untuk sekedar menatap mata Pak Gio, kepala sekolahnya.
"Apa apaan kamu Jean ? Mau jadi jagoan kamu ? Karena kemenangan kemarin dan berturut turut buat kamu lupa diri bahwa kamu manusia ? Iya ?" Tanya Pak Gio yg disertai bentakan yg ditujukannya untuk Jean yg kini tertunduk di hadapannya.
"Jawab !" Bentak Pak Gio lagi.
"Mereka yang lupa bahwa mereka manusia pak, Mario Rizky sahabat saya sekarang di rumah sakit, kritis karena ulah mereka... Apa bapak ga bisa nanya ke mereka seperti yg bapak tanyakan ke saya ?" Sanggah Jean sambil perlahan mengangkat dagunya kemudian menatap Pak Gio dengan tajam.
"Apa urusan kamu ? Sampe kamu harus membabi buta memporak porandakan SMA Internasional dengan geng brandalan kamu itu ? Hah ?" Tanya Pak Gio lagi berusaha menyudutkan Jean.
"Bapak mempertanyakan kemanusiaan saya ? Kenapa ga bapak tanya mereka manusia atau bukan ? Apa karena si brengsek itu anak anggota DPR YANG TERHORMAT makanya bapak ketar ketir ?" Balas Jean sambil menatap Pak Gio dengan bengis karena menekankan jabatan dari kedua orangtua Jonathan, korbannya yg kini bernasib sama dengan Rio.
Pak Gio diam mematung mendengar ucapan Jean sementara itu Kepala Sekolah dari SMA Internasional yang di dampingi oleh Adzkiya sebagai saksi yg melerai pertengkaran itu tertunduk tak berdaya menghadapi sanggahan Jean.
"Gini deh pak..."
Belum selesai Jean menuntaskan kalimatnya, Kepala Sekolah dari SMA Internasional langsung memotong ucapannya.
"Maaf saya potong, begini saja pak... Saya minta maaf sekiranya ada seorang siswa di sekolah kami yg melakukan tindak anarkisme kepada salah satu siswa di sekolah bapak... Saya tidak memiliki waktu banyak dan harus menghadiri rapat orangtua murid di sekolah... Saya tunggu keputusan tepatnya mengenai permasalahan ini biar saya jg bisa enak menindak tegas anak didik kami, biar impas" Ujar Kepala Sekolah SMA Internasional menatap Jean dengan jijik sambil tersenyum simpul.
"Baik pak, baik... Saya akan kabari nanti, saya investigasi dulu kasus ini" Ujar Pak Gio sambil hendak menyalami Kepala Sekolah SMA Internasional itu.
"Baik, permisi... Ayo Adzkiya" Ujarnya tanpa mengindahkan uluran tangan Pak Gio dan langsung pergi begitu saja diikuti oleh Adzkiya di belakangnya.
Pak Gio pun membalikkan badannya ke arah Jean sambil mengibaskan tangannya yg tertolak mentah mentah oleh Kepala Sekolah sombong itu.
"Aduuuuh Jeaaaan... Kamu tuh ada aja bikin masalah" Teriak Pak Gio sambil menepuk jidatnya.
"Ya udah bapak maunya gimana ? Udah terjadi kan ?" Tanya Jean balik sambil menaikkan sebelah alisnya.
"Skors ? Keluarin ? No... No... No... Saya ga mau ambil resiko kehilangan atlet berbakat seperti kamu" Ujar Pak Gio sambil berjalan mondar mandir di hadapan Jean.
"Dahlah pak, saya capek berdiri terus daritadi... Saya laper, mau ke kantin dulu" Pamit Jean sambil melangkahkan kakinya perlahan menuju pintu keluar dari ruangan Pak Gio.
"Jean, Jean... andai kamu ga punya prestasi apa apa udah saya keluarin kamu" Ucap Pak Gio gemas dengan tingkah laku Jean.
Jean pun tak menghiraukan ucapan Pak Gio dan tetap melangkahkan kakinya keluar dari ruangan.
"Hey, gimana Je ?" Tanya Dita yg sedari tadi menunggunya di depan ruangan kepala sekolah.
Dita adalah salah satu dari sekian banyak siswi yg tergila gila karena kehebatan seorang Jeandra Andrea Salim. Bedanya, di mata siswi yang lain Jean adalah pahlawan sekolah yang cantik dan mereka hanya sekedar mengaguminya. Sedangkan di mata Dita, Jean itu ganteng. Jelas ada masalah pada orientasi seksualnya.