Duapuluh Satu

69 14 1
                                    

"Morning Je" sapa Jane sembari membawakan sarapan untuk Jean.

Jane pun menyibakkan gorden dan membiarkan cahaya matahari masuk ke dalam kamarnya dan menyorot wajah Jean yang mulai terusik dari tidurnya.

"Morning Ki" Jawab Jean tanpa sadar.

Jane mengerenyitkan keningnya terlebih dahulu lalu beberapa menit kemudian pun ia terkekeh geli sendiri.

"Wake up Je !" Seru Jane membangunkan Jean yang masih saja bermalas malasan di atas kasurnya.

Jean pun menggeliat malas lalu bangun dan bersandar di divan.

"Feeling better ?" Tanya Jane kemudian.

Jean hanya menjawabnya dengan senyum. Lalu Jane mengambil kotak obat yang berada tak jauh dari jangkauannya. Lalu kembali duduk di samping Jean.

"Give me your hand... Aku harus membersihkan lagi luka di tanganmu dan mengganti perbannya" Ujar Jane sambil memperhatikan perban yang melilit tangan Jean dan nampak sudah mulai kotor.

"Sorry if i bother you too much... Aku juga ga mau kayak gini" Lirih Jean dengan lemah, ia pun langsung menundukkan kepalanya.

"Kamu tuh ngomong apa sih Je ? Kamu itu atlet, kamu tuh aset negara dan kamu harus dapet perlindungan dari hal apapun itu" Ujar Jane sambil mengusap lembut kepala Jean.

Dengan telaten, Jane membersihkan dan mengobati luka ditangan Jean lalu membebatkan perban yang baru.

"Udah, abis itu kamu mandi dulu ya ? Baru sarapan" ujar Jane sambil tersenyum pada Jean.

Jean hanya mengangguk lemah, ia pun langsung bangun dari tempat tidur menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.

"Anak ini bisa jadi dewasa bisa juga kekanak kanakan... Lucu juga" gumam Jane dalam hati.

Sementara itu di tempat lain...

"Apa apaan sih lu dateng dateng langsung nampar gue ?" Tanya Dita dengan berang.

"Kita mati matian buat nyari Jean kesana kemari, lu malah nyembunyiin Jean... Dimana dia sekarang ?" Tanya Adzkiya dengan tatapan tajamnya yang kali ini benar benar mengintimidasi Dita.

"Jean ? Gue ? Gue nyembunyiin Jean ? Hahahaha gila kali ya lu Adzkiya !" Ujar Dita yang langsung menatap balik Adzkiya dengan tatapan merendahkannya.

Adzkiya pun langsung merogoh ponselnya dan membuka galeri filenya.

"Ini apa Dit ? Lu masih mau ngelak ?" Tanya Adzkiya ga mau kalah.

Dita terdiam, ia ga menyangka bahwa akan ada yang mengabadikan momen itu. Momen manis yang pernah ia rasakan bersama Jean. Dita lebih memilih bungkam untuk itu dan berfikir keras memutar otaknya untuk tau siapa yg mengabadikan momen itu.

Adzkiya pun tak sabar menghadapi Dita, dengan emosinya yang menggebu gebu ia pun pergi dari hadapan Dita dan segera mencari kendaraan untuk mengantarkannya ke kediaman Jean.

Irham yg sedaritadi mendengar keributan antara Adzkiya dengan Dita, adiknya. Perlahan mendekati Dita dan menyentuh bahu adiknya dengan pelan.

"Kamu beneran ga tau Jean dimana ?" Tanya Irham kemudian.

"Sumpah, aku gatau sama sekali ham... Kalo pun aku tau dia dimana, aku ga mungkin kayak gini kan ?" Tanya Dita sambil menunjukkan luka di pergelangan tangan kirinya.

Flashback On...

"Breaking news... telah terjadi pembunuhan di jalan asam gelugur X No. 17... Korban dinyatakan tewas di tempat dengan sekali tusukan di organ vitalnya... Pelaku yang diduga merupakan mantan suami dari korban langsung di bekuk di tempat sesaat setelah peristiwa pembunuhan itu terjadi... Putri semata wayang korban yang merupakan atlet tim nasional cabang olahraga Taekwondo dikabarkan sempat terlibat adu fisik dengan ayah kandungnya tersebut namun belum bisa dipastikan mengenai posisinya saat ini... Breaking news melaporkan dari tempat kejadian perkara, sekian dan terima kasih"

The Story About UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang