Keesokan harinya, Jean yang bangun lebih dulu langsung mencium kening Adzkiya dengan lembut. Ia seolah masih tak percaya dengan apa yang sekarang dilihatnya.
Seseorang yang sudah lama dicintainya kini sedang tertidur pulas di hadapannya. Gadis ini tak tau seberapa tersiksanya Jean tanpa kehadirannya dan gadis ini pun tak pernah tau kehidupan seperti apa yang ia jalani setelah ditinggal olehnya demi sebuah rasa pelarian.
Jean terus tersenyum memandangi wajah kekasih yang dicintainya itu. Ia tak pernah sekalipun membayangkan bagaimana jika Adzkiya pergi lagi dari kehidupannya ? Seperti apa kehidupan yang akan ia jalani nanti ?
Jean pun bangun dari tempat tidurnya, ia pun langsung bergegas menuju kamar mandi untuk sekedar membersihkan tubuhnya.
Setelah selesai, ia pun menyegerakan diri untuk memesan 2 porsi bubur ayam untuk sarapan paginya bersama Adzkiya.
Jean pun segera memilih pakaian untuk dipakainya. Tak lama kemudian, Adzkiya yang baru saja terbangun langsung memeluknya dari belakang.
"Good morning sayang" ucapnya sambil melingkarkan tangannya di perut Jean.
Jean pun menoleh sambil tersenyum, ia sangat menyukai kekasihnya yang sedang manja seperti ini.
"Good morning juga sayang" balas Jean sambil tersenyum.
"Give me a morning kiss, please" pinta Adzkiya dengan sedikit merengek.
Jean pun terkekeh karena ulah Adzkiya yang persis seperti anak kecil pagi ini, ia pun melepas pelan tangan Adzkiya yang berada di perutnya. Lalu segera membalikkan badannya menghadap Adzkiya.
Jean mendekatkan wajahnya pada wajah kekasihnya itu dan langsung mencium bibirnya. Mengisap bibir bagian bawah Adzkiya dengan lembut selama beberapa menit setelah itu melepasnya.
"Udah ?" Tanya Jean kemudian.
Adzkiya pun hanya mengangguk, detak jantungnya tak bisa diajak bekerja sama pada saat ini setelah mendapatkan morning kiss dari kekasihnya itu.
Jean pun langsung membalikkan badannya dan kembali memilih pakaian yang akan dikenakannya, tatapan Adzkiya pun akhirnya terfokus pada bekas luka di bahu Jean.
"Sayang, ini kenapa ?" Tanya Adzkiya sembari menyentuh bahu Jean.
Jean pun gelagapan dibuatnya karena tak mungkin baginya untuk menceritakan yang sebenarnya terjadi pada saat Adzkiya pergi dan Jean memilih untuk mendaftarkan diri menjadi seorang anggota di institusi milik negara yang amat sangat rahasia keberadaannya.
"Hm ? Apa sayang ?" Tanya Jean seolah berpura pura tak mendengar pertanyaan Adzkiya tadi.
"Ini bahu kamu kenapa ?" Tanya Adzkiya lagi.
"Oh ini, waktu lagi kerja di lapangan ada yang dorong dorong aku... Aku jatoh, ketusuk bambu jadi ya begini" ujar Jean berbohong dan berharap Adzkiya tak mengetahui soal kebohongannya.
"Oh" respon Adzkiya singkat.
Sebenarnya hal itu membuat Adzkiya curiga karena ia tau betul bahwa luka dibahu Jean bukanlah luka seperti tertusuk bambu, tapi lebih seperti luka tembakan dan ia pun tak pernah membicarakan soal pekerjaannya yang membuat Adzkiya jadi banyak menyimpan pertanyaan di kepalanya.
"Ada apa dengan Jeanku setelah aku pergi ? Apa benar semuanya baik baik saja ?" Gumamnya dalam hati.
Tak lama kemudian, bubur ayam pesanan Jean pun sampai. Jean pun segera memakai kausnya dan langsung menghampiri Abang ojol itu.
"Berapa bang ?" Tanya Jean kemudian.
"Bubur ayamnya 50 ribu, rokoknya 30 ribu sama argonya 12 ribu... Jadi 92ribu kak" jawab Abang ojol itu.