Empatpuluh Lima

103 10 1
                                    

Sepanjang hari sejak Adzkiya melihat sekilas motor milik Jean menyalip mobil yang ditumpanginya bersama Alan, Adzkiya menjadi gusar. Ia yakin Jean pasti tahu dan melihat ia bersama Alan saat ini.

Padahal sebenarnya ia hanya ingin membersihkan nama baik Jean di mata orang banyak yang menyaksikan sendiri kebuasan Jean saat memukuli Alan tanpa ampun. Ia hanya ingin mengantar Alan ke rumah sakit untuk mengecek kondisi lukanya. Namun saat melihat kecepatan motor yang menyalipnya dan jika itu memang Jean, sudah pasti keadaannya akan rumit karena Jean pasti sedang marah dan kecewa dengan apa yang dilihatnya.

"Blair, are you ok ?" Tanya Alan pada Adzkiya yang duduk manis disampingnya.

Adzkiya hanya menengok sekilas pada Alan tanpa menjawab pertanyaannya, ia pun masih bertanya tanya dalam hatinya darimana Jean mendapatkan pistol itu ? Dan mengapa ia seemosi itu pada Alan ?

Adzkiya pun langsung mengambil ponselnya dan mencoba menurunkan egonya untuk mengirimkan chat pada Jean. Namun ia malah bertambah gusar karena pesan yang terkirim hanya centang satu saja, itu cukup membuatnya khawatir akan kondisi Jean saat ini.

 Namun ia malah bertambah gusar karena pesan yang terkirim hanya centang satu saja, itu cukup membuatnya khawatir akan kondisi Jean saat ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Adzkiya pun me-lock screennya dengan kecewa lalu memasukkan ponselnya kembali ke dalam tas.

Sementara itu di markas BRN...

Pak Dewa berjalan mendekati Jean yang sudah lengkap dengan seragam khususnya dan juga senjata di tangannya. Ia pun langsung menepuk bahu Jean pelan.

"Kamu yakin akan berangkat tanpa Jane ?" Tanya Pak Dewa sambil menatap wajah Jean dengan serius.

Jean hanya menjawabnya dengan anggukan. Pak Dewa pun hanya bisa menghela nafas karena sudah jelas misi ini tidak dapat dibatalkan karena semua personilnya sudah lengkap dan hanya tinggal menunggu keberangkatan saja. Mau bagaimanapun, Pak Dewa sebenarnya tak mau mengizinkan Jean pergi karena selain dari kinerja Jean adalah yang paling bagus tapi Jean dan Jane sudah dianggapnya sebagai anak kandungnya sendiri.

"Kamu yakin akan berangkat tanpa Venus ?" Tanya Pak Dewa lagi.

"Saya yakin pak" jawab Jean dengan tegas.

Pak Dewa kini kembali menghela nafas, ia sebenarnya merasa sangat keberatan melepas Jean tanpa Jane tapi tekad Jean yang sudah bulat takkan merubah apapun. Pak Dewa sangat paham itu.

"Jaga diri baik baik Je, saya tunggu kamu pulang dengan kabar gembira" ujar Pak Dewa sambil menepuk bahu Jean pelan.

"Saya boleh minta tolong pak ?" Tanya Jean kemudian.

"Ada apa ?" Tanya Pak Dewa lagi.

"Tolong rahasiakan keberadaan saya kepada Jane, saya ga mau dia khawatir... Kalo saya memang harus pulang dengan selamat, saya akan pulang dengan selamat... Tapi jika saya harus pulang hanya dengan membawa tubuh saya di kantong jenazah, tolong ikhlaskan saya" ujar Jean yang kemudian memelankan volume suaranya di kalimat terakhirnya.

The Story About UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang