"Aku nggak bisa hidup tanpa kamu, Eve."
Evelyn mundur langkah demi langkah, air mata yang dia tahan akhirnya tumpah begitu saja, membasahi pipinya. Setiap detik terasa semakin menyesakkan, seolah dunia di sekelilingnya runtuh perlahan. Semua yang ada di depannya kini seperti mimpi buruk yang tak berujung. Tak ada jalan keluar, hanya kehampaan yang menunggu.
"Apa aku harus bunuh mereka semua, supaya kamu percaya kalau aku bukan salah satu dari mereka? Supaya kamu percaya kalau aku sungguhan cinta sama kamu?"
Joshua berkata dengan suara yang rendah, namun setiap kata terasa seperti belati tajam yang menusuk hati Evelyn. Ada ancaman yang tersembunyi di balik kata-katanya, dan Evelyn tahu bahwa Joshua tidak sedang berbicara omong kosong. Setiap gerakan Joshua dipenuhi dengan keteguhan yang mengerikan.
Evelyn menggigit bibir bawahnya, mencoba mengusir rasa takut yang menghimpit. Namun tubuhnya terasa lemas, dan air mata yang tak bisa dia tahan terus mengalir. Di ingin berteriak, tetapi hanya ada keheningan yang menenggelamkan suaranya.
Orang-orang yang sudah dia anggap sebagai keluarga, dan orang-orang yang selama ini dia percayai, kini terancam oleh pria yang seharusnya dia cintai, orang yang berkata dia mencintainya, tetapi yang ternyata siap melakukan apa saja demi memiliki dirinya sepenuhnya.
"Evelyn... t-tolong kami..."
Evelyn menoleh dengan lemah, matanya yang penuh air mata mencari harapan dalam tatapan mereka. Namun hanya ada keputusasaan yang terpantul. Dia ingin menolong, tapi di hadapannya ada dua pilihan yang sama-sama mengerikan. Kematian mereka, atau menyerah pada Joshua, terperangkap dalam dunia yang dibangunnya dengan penuh obsesi.
"Berisik!"
Joshua mendecakkan lidahnya dengan penuh amarah, matanya membara seolah menginginkan semuanya berjalan sesuai keinginannya. Setiap suara yang keluar dari mereka hanyalah gangguan bagi jalan yang telah dia tentukan. Tidak ada tempat untuk orang lain dalam dunia yang dia ciptakan, dunia di mana hanya ada dia dan Evelyn.
"Kamu adalah milikku, sepenuhnya, Eve. Tubuhmu, nafasmu, suaramu, bahkan hidupmu adalah milikku, milik Joshua. Nggak ada yang bisa hentiin kita. Nggak ada yang bisa pisahin kita."
Joshua mengucapkan kata-kata itu dengan penuh kepastian. Setiap kalimatnya seperti perintah yang harus dipatuhi.
Evelyn merasa tubuhnya terhimpit, tak ada ruang untuk bernafas, tak ada jalan untuk melarikan diri. Joshua telah menguasai segala yang ada di sekitar mereka, membentuk dunia sesuai dengan keinginannya. Dan kini, dunia itu berputar hanya untuk dirinya, tanpa memberi sedikit pun ruang bagi kebebasan Evelyn.
"Anggukan kepalamu, kalau kamu nggak ingin mereka bergabung dengan teman-temanmu di museum, Evelyn."
Joshua melangkah lebih dekat, matanya mengancam dengan cara yang sangat pribadi. Setiap kata yang diucapkannya seperti janji yang tak bisa dilanggar, janji yang dipenuhi dengan ancaman yang menakutkan.
Evelyn menatapnya dalam-dalam, tubuhnya merasa kaku, dan pikirannya berputar-putar. Setiap inci tubuhnya ingin melawan, namun dia tahu, di hadapan Joshua, dia tak bisa melawan. Dengan berat hati, dia menganggukkan kepalanya. Joshua tersenyum, senyum yang penuh kemenangan, senyum yang membuat perasaan Evelyn semakin terperosok dalam kehampaan yang tak bisa dia hindari.
"Good girl."
Suara itu penuh dengan kebanggaan yang membuat perut Evelyn mual.
Next
KAMU SEDANG MEMBACA
Another Side
RomanceBerawal dari saat Evelyn membantu Joshua saat Masa Orientasi Siswa (MOS), dia tak menyadari bahwa kebaikannya telah menyalakan api obsesi dalam diri Joshua. ------------------------------ "Siapa pemilik lo?" Evelyn menelan ludah, matanya berkaca-kac...