"Gue yang anter."
"Gue aja. Kan sekalian gue juga mau ke kampus, tujuan gue sama kayak Evelyn," balas Daniel, matanya tak mau kalah menatap Joshua.
"Evelyn punya gue," Joshua mempertegas, tatapannya semakin intens.
"Punya gue juga," Daniel membalas dengan nada yang tak kalah menantang.
Evelyn hanya bisa menghela napas berat. Pagi-pagi begini, dia sudah disuguhi pertengkaran antara kakak beradik ini di dapur. Bahkan Kirana, tampak kehabisan cara untuk melerai, wanita itu hanya bisa menggeleng pasrah di sudut ruangan.
Melirik jam di pergelangan tangannya, Evelyn semakin resah. Sudah pukul 6.13 pagi, sementara tadi malam dia sendiri yang menginstruksikan anggotanya untuk hadir tepat pukul setengah tujuh di aula. Dia tidak mungkin datang terlambat, apalagi setelah memberi perintah seketat itu.
"Yaudah, gue naik gojek aja," gumamnya, berharap keputusan ini bisa meredakan ketegangan.
"Bareng gue, Eve." Joshua tak mau kalah menawarkan.
"Bareng gue aja," sela Daniel, langsung menutup opsi lain.
Evelyn mendengus kesal. "Yaudah, ayo. Udah mau setengah tujuh!" Katanya kesal, langsung berbalik menuju pintu tanpa menunggu tanggapan lebih lanjut.
Namun, baru saja dia mencapai pintu depan, langkahnya terhenti saat melihat kedua pria itu sudah menyusulnya, berdiri berdampingan sambil saling melirik penuh kompetisi.
"Jadi siapa yang ngalah?" Evelyn bertanya dengan nada tak sabar, tatapannya berpindah dari Joshua ke Daniel. Keduanya hanya menggeleng bersamaan, seolah kata 'mengalah' tak pernah ada dalam kamus mereka.
"Nggak ada yang ngalah," jawab Daniel akhirnya, senyum nakal tersungging di wajahnya. "Tapi kita tetap pergi bareng... and Joshua yang jadi sopirnya."
Evelyn menatap Joshua yang tampak terpaksa mengangguk, meskipun wajahnya diliputi kesal. Dengan berat hati, dia hanya bisa menghela napas panjang, membuka pintu mobil, dan melangkah masuk ke kursi penumpang.
Namun sebelum sempat menutup pintu, Daniel dengan cepat mendekat, membukanya kembali. "Evelyn, kamu di belakang aja bareng aku," katanya, memasang senyum santai namun penuh maksud.
Joshua langsung bereaksi, menahan pergelangan tangan Evelyn sebelum dia bisa berpindah. "Di depan bareng gue," katanya tegas, matanya mengunci pada Daniel dengan pandangan penuh peringatan.
Evelyn memijat pelipisnya, merasa nyaris habis kesabaran. Sudah hampir pukul setengah tujuh dan mereka masih berkutat di sini, berdebat soal tempat duduk seolah-olah ini adalah keputusan paling menentukan di dunia. Akhirnya, dengan nada tegas, Evelyn melempar pandangan tajam ke keduanya.
"Cukup. Kalian berdua masuk ke mobil. Sekarang. Biar gue yang nyetir,"
Suaranya tak terbantahkan, dan Joshua maupun Daniel pun terdiam. Mereka saling menatap sebentar, seolah sedang menimbang siapa yang akan lebih dulu bergerak, tetapi akhirnya keduanya masuk ke kursi belakang tanpa protes. Dengan lega, Evelyn masuk ke kursi kemudi, menyalakan mesin, dan mulai melaju menuju kampus.
Selama perjalanan, keheningan tegang memenuhi mobil. Sesekali, Evelyn bisa merasakan tatapan keduanya dari kursi belakang. Matanya tetap lurus ke jalan, namun sesekali mengintip ke kaca spion untuk melihat ekspresi mereka yang jelas masih tak puas.
Gadis itu sedikit terkikik, diam-diam dia mengambil ponselnya dan menjepret kameranya untuk di kirimkan pada Bryan dan juga Kirana. Ini adalah momen langkah keduanya duduk bersebalahan.
Tak butuh waktu lama, mobil mereka tiba di parkiran Fakultas Arsitektur yang sudah mulai padat oleh kendaraan para panitia. Evelyn mengamati sekitar, menandai teman-temannya yang sudah lebih dulu datang, sebelum menoleh pada dua pria yang duduk di kursi belakang.

KAMU SEDANG MEMBACA
Another Side
RomansaBerawal dari saat Evelyn membantu Joshua saat Masa Orientasi Siswa (MOS), dia tak menyadari bahwa kebaikannya telah menyalakan api obsesi dalam diri Joshua. ------------------------------ "Siapa pemilik kamu?" Evelyn menelan ludah, matanya berkaca-k...