Keringat dingin membasahi pelipis Evelyn, napasnya memburu, dadanya naik turun cepat seakan sedang berlari menghindari ketakutan yang tak terlihat. Di sisinya, Joshua menatapnya dengan cemas. Tangannya menepuk lembut pipi Evelyn, berusaha membuatnya sadar kembali.
"Eve, hey... tenang, aku di sini." Bisiknya, nada suaranya penuh kekhawatiran.
Tiba-tiba, mata Evelyn terbuka, bergetar dengan tatapan liar. "OWEN!" Teriaknya dengan suara serak, penuh kepanikan dan kesedihan yang dalam.
"Eve?" Joshua mendekatkan wajahnya, menatap dalam ke matanya yang masih tampak linglung dan basah. "Hey, ada apa? Lo mimpi buruk, ya?" Tanyanya lembut, suaranya penuh perhatian.
Evelyn mengerjap, seolah terbangun dari dunia lain. Air mata mulai menetes tanpa bisa ia kendalikan, bibirnya bergetar pelan. "Gue... gue mimpi buruk, Josh," bisiknya parau, "Gue mimpi Owen... dia nggak ada lagi... dia pergi ninggalin gue."
Dia menekan dadanya, seolah mencoba menghentikan rasa sakit yang menghimpit hatinya. "Owen masih ada, kan, Josh?" Tatapan Evelyn tampak memohon, seperti sedang mencengkeram harapan terakhirnya.
Joshua menarik napas panjang, kemudian dia menarik Evelyn ke dalam pelukannya. "Evelyn, lo harus ikhlas." Bisiknya pelan, suaranya nyaris tertahan.
Evelyn menegang dalam pelukannya, seolah kata-kata Joshua baru saja memecahkan tembok ilusi yang selama ini ia bangun. "Ikhlas?" Bisiknya, terdengar seperti sebuah pertanyaan yang belum bisa ia pahami sepenuhnya. "Gue nggak bisa, Josh. Gue belum siap..."
Joshua mengusap punggung Evelyn dengan lembut, membiarkan gadis itu menangis di dadanya. "Gue tahu, Eve. Gue tahu rasanya berat. Tapi gue di sini... selalu ada buat lo. Gue akan bantu lo buat lewatin ini, berapa lama pun lo butuh waktu."
Evelyn menggigit bibirnya, menahan isakannya, tetapi tangisnya pecah lagi. Dalam pelukan Joshua, dia tahu bahwa kehilangan ini nyata, namun tetap terasa mustahil untuk dihadapi. Joshua menahan napas, menutup matanya sejenak.
"Mau turun?" Tanya Joshua dengan nada lembut namun sedikit menahan, matanya menatap Evelyn dengan sorot penuh makna. Dia akan membiarkan Evelyn hari ini untuk menemani Owen.
Evelyn mengangguk pelan, wajahnya masih menyiratkan kelelahan dan kesedihan mendalam. Joshua meraih tangan Evelyn, menuntunnya dengan hati-hati menuju ruang di mana Owen beristirahat untuk terakhir kalinya.
Setiap langkah terasa berat, seolah membawa beban yang semakin menghimpit dada Evelyn. Rasa sakit itu nyata, begitu mendalam, namun di sampingnya, genggaman tangan Joshua memberi sedikit kekuatan yang dia butuhkan.
Sesampainya di depan peti Owen, Evelyn perlahan mendekat, menatap sosok yang kini kaku, tanpa kehidupan. Dia menarik napas dalam-dalam, mencoba mengumpulkan kata-kata yang terasa tercekat di tenggorokannya.
"Owen... aku di sini." Suaranya bergetar, matanya berkaca-kaca. "Aku cuma mau bilang, terimakasih buat semuanya, makasih buat kenangannya. Kamu udah buat hari-hari aku jadi lebih indah..."
Evelyn membungkuk, mengelus pipi Owen yang kaku dengan jemarinya yang gemetar, seolah ingin merasakan kehangatan Owen sekali lagi. "Selamat jalan, Owen... aku harap kamu tenang di sana. Aku sayang kamu." Evelyn mencium kening Owen, bibirnya tersenyum samar, namun air mata tetap mengalir, menandakan bahwa luka itu belum sepenuhnya mengering.
Di tengah aliran air matanya, Evelyn merasakan kehadiran Marshanda, yang setia menguatkan hatinya. Wanita itu berdiri di sampingnya, wajahnya dipenuhi kesedihan namun dipancarkan dengan cinta yang tulus. Dalam momen yang penuh emosi itu, Evelyn segera memeluk Marshanda dengan erat, merasakan kehangatan yang menenangkan di tengah huru-hara perasaannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Another Side
RomantikBerawal dari saat Evelyn membantu Joshua saat Masa Orientasi Siswa (MOS), dia tak menyadari bahwa kebaikannya telah menyalakan api obsesi dalam diri Joshua. ------------------------------ "Siapa pemilik kamu?" Evelyn menelan ludah, matanya berkaca-k...