Part 19

393 19 0
                                    

Tidak terasa, beberapa minggu lagi Evelyn akan memasuki semester lima. Itu berarti, sudah semakin dekat untuk membayar biaya kuliah. Beruntungnya, dia sudah menemukan pekerjaan baru untuk menopang kehidupannya. Evelyn memutuskan untuk bekerja paruh waktu di dua tempat. Sore harinya di toko bunga dekat tempat tinggalnya, dan malamnya di sebuah cafe 24 jam. Semua itu demi kelangsungan hidupnya.

Saat ini, Evelyn tengah berada dalam rapat bersama anggota BEM lainnya, membahas persiapan kegiatan pengenalan lingkungan kampus bagi mahasiswa baru yang akan berlangsung lusa. Sebagai ketua panitia fakultas, tanggung jawab besar berada di pundaknya untuk memastikan semua berjalan lancar.

"Divisi perlengkapan sudah siap semua?" Evelyn membuka diskusi.

"Proyektor aja, Lyn. Yang di fakultas kita rusak, belum ada gantinya," jawab satu anggota.

Evelyn mengangguk, "Noel, bisa bantu bikin surat permintaan pinjaman proyektor ke dekan Daniel?" Tanyanya sambil melirik Noel, sang sekretaris.

"On it, Lyn," jawab Noel cepat, membuka laptopnya dan mulai mengetik surat permintaan.

"Humas, undangan sudah aman?"

"Aman!" Jawab divisi humas serempak.

"Konsumsi?"

"Aman, Kak!"

"Bagus, berarti selain proyektor, semua divisi udah aman, ya?" Evelyn memastikan. Melihat semuanya mengangguk, dia mengalihkan tatapan ke Syaila.

"Alright, gue lanjut," Syaila berkata sambil berdiri. "Rencananya, kita bakal adain after-party buat para mahasiswa baru di taman belakang, dekat gudang yang nggak kepakai. Udah dapat izin dari pihak dosen juga."

"Hah? Di gudang tua itu, serius?" Caitlin, salah satu anggota yang dikenal penakut, bersuara cemas.

Syaila menoleh, tersenyum geli. "Yes, Cait. Kenapa? Takut, hm?"

"Aduh, itu gudang katanya angker, Sya! You know, people say they hear weird things around it at night..." Caitlin bergidik sambil melirik ke arah lain. Perkataan itu membuat beberapa anggota lain tertawa, terutama Syaila, yang gemar menggoda Caitlin.

Syaila menyeringai, mencoba menahan tawa. "Come on, Cait. It's just a story. Nggak ada yang perlu ditakutkan."

"Iya, Cait, it's just an old building. No ghosts waiting for us there," goda salah satu anggota lain.

Caitlin mendengus, tapi tetap saja dia bergidik, membayangkan suasana angker dari gudang tua itu. "Fine, fine. Tapi kalau ada yang aneh-aneh, don't blame me if I leave first."

Syaila tersenyum lebar, dan dengan ekspresi yang sedikit misterius, dia menambahkan, "Yah, siapa tau aja kalau ada 'yang lain' pengen ikut party, kan?" Semuanya tertawa menanggapi itu.

"Gila lo!"

Evelyn tersenyum geli melihat Caitlin yang terus-terusan di goda. "Udah-udah, rapat kita udah selesai. Silahkan kembali ke rumah atau kost masing-masing dan jangan lupa kasih kabar ke anak mentor kalian."

"Siap!"

~

Tak terasa hari berganti, mengawali hari yang penuh kesibukan di Universitas Nusa Atala. Kampus itu kini ramai terisi oleh mahasiswa baru yang terus berdatangan, wajah-wajah mereka bercampur antara antusiasme dan kecemasan. Di sisi lain, para panitia sudah sibuk sejak pagi-pagi buta, mempersiapkan segala kebutuhan agar proses orientasi berjalan sempurna.

"Arsi! Baris sini, cepat!" Syaila memberikan komando dengan nada tegas. Mahasiswa baru Fakultas Arsitektur pun bergegas menyusun barisan, mengikuti instruksi dengan cermat.

Another SideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang