Chapter 5

1.6K 77 0
                                    

Evelyn berdiri terpaku di depan pintu kamar Joshua, dadanya berdebar tak menentu. Sudah seminggu ini Joshua berubah, menghilang dari kehidupannya tanpa penjelasan. Tak ada kabar, tak ada pesan, bahkan di kampus mereka, Joshua tak lagi menyapanya seperti biasa.

Evelyn merasa seperti ada sesuatu yang salah, tapi dia tidak tahu apa. Apa Joshua marah kepadanya? Tapi kenapa? Dia tidak pernah ingat melakukan sesuatu yang bisa membuat Joshua marah.

Pikirannya terus berkecamuk saat dia berdiri di depan pintu kayu itu, mencoba mencari keberanian untuk mengetuk.

"Dia udah seperti itu selama seminggu, Evelyn..." Suara lembut namun khawatir milik Mama Joshua terdengar dari belakang, membuat Evelyn sedikit tersentak. "Setiap pulang kampus, Joshua langsung mengurung diri di kamar. Bahkan, anak itu tidak ikut makan malam bersama kami. Mama khawatir."

Evelyn mengangguk pelan, meski dalam hati dia semakin bingung. Ini bukan Joshua yang dia kenal. Joshua selalu ceria dan selalu ada di sampingnya. Tapi seminggu terakhir ini, dia seperti orang asing dan Evelyn merasa hampa tanpa kehadirannya.

"I'll talk to him," gumam Evelyn sambil tersenyum tipis. Mama Joshua membalas senyum itu dengan pandangan penuh harap sebelum melangkah pergi, membiarkan Evelyn berhadapan dengan pintu kamar Joshua sendirian.

Dengan napas panjang, Evelyn akhirnya mengetuk pelan.

Tok tok tok

"Josh?" Panggilnya lembut. Tidak ada jawaban. Hanya keheningan yang membalas. Evelyn mengetuk lagi, sedikit lebih keras kali ini. "Josh, can we talk? Please?"

Masih tidak ada jawaban, tapi Evelyn tidak menyerah. Dia tahu Joshua ada di dalam. Mungkin dia sedang mendengarkan musik atau melakukan hal lain yang biasa dia lakukan ketika ingin menghindari dunia luar.

Evelyn menempelkan telinganya ke pintu, mencoba mendengar apa yang terjadi di dalam. Tak ada suara apapun.

"Gue masuk, ya," akhirnya Evelyn berkata, suaranya gemetar sedikit. Dia perlahan memutar kenop pintu dan mendorongnya terbuka. Pintu berderit sedikit, dan Evelyn bisa melihat Joshua, duduk di sudut tempat tidur, kepalanya tertunduk, tangannya memegang ponsel yang terlihat retak di sudutnya.

"Josh?" Evelyn mendekat, rasa khawatir makin menggelayuti hatinya. Joshua tampak begitu berbeda. Wajahnya kusam, mata sayu, ada kantung hitam di bawah matanya yang tidak biasa.

Joshua mengangkat pandangannya perlahan, matanya bertemu dengan mata Evelyn, dan dalam sekejap, gadis itu merasa ada sesuatu yang sangat salah. Bukan hanya dari caranya yang diam, tapi dari tatapan matanya yang penuh dengan sesuatu yang tidak bisa Evelyn baca.

"Eve?" Akhrinya Joshua bersuara, suaranya serak dan berat.

Evelyn menggigit bibirnya, berusaha menahan emosi yang mulai memuncak. "Lo kenapa? Seminggu ini lo gak pernah ngomong sama gue lagi. Lo gak pernah kabarin apa-apa. Josh... gue ngelakuin sesuatu yang salah?"

Joshua menunduk lagi, jemarinya mengusap ponselnya yang retak. Dia ingin berbicara, tapi kata-kata terasa seperti terjebak di tenggorokannya. Dia marah, dia kecewa, tapi lebih dari itu, dia terluka.

"It's nothing," ucapnya pelan, nyaris tak terdengar.

Evelyn duduk di sebelahnya, mencoba menyelami apa yang sebenarnya terjadi. "Josh, jangan kayak gini. Gue bener-bener gak ngerti. Please, kalau lo marah atau kecewa sama gue, bilang. Gue gak tahu harus gimana kalau lo diem terus kayak gini."

Joshua menggeleng, meski senyuman tipis masih menghiasi wajahnya. "Nggak ada, Eve. Gue cuma capek sama kerjaan," jawabnya dengan nada yang berusaha terdengar santai.

Another SideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang