"Josh, lepas. Gue harus balik ke auditorium, bentar lagi mulai acaranya," kata Evelyn, mencoba melepaskan genggaman Joshua yang terasa erat dan penuh kegelisahan.
Joshua berhenti sejenak, pandangannya menelusuri wajah Evelyn dengan intensitas yang sulit diabaikan. Perlahan, dia melonggarkan genggamannya, melepaskan jemarinya dengan enggan. Namun, sorot matanya tetap menahan Evelyn di tempat, penuh permohonan tak terucap.
"Bisa nggak, lo nggak usah balik ke sana?" Suaranya hampir berbisik, seakan takut akan jawabannya.
Evelyn mengangkat alis, heran sekaligus penasaran. "Emang kenapa, sih?"
Joshua menatapnya dengan frustrasi, bibirnya mengerucut sebelum akhirnya menggumam, "Tar lo ketemu sama bocah bau bawang itu di sana."
Evelyn tertawa, geli menyadari alasan kecemburuan Joshua. "Galang? Ya, kan dia camaba Arsi, Josh," jawab Evelyn, mencoba meredakan kekhawatirannya. "Dan kenapa juga lo bilang kita pacaran tadi? Cemburu lo, ya?" Godanya, sambil tersenyum.
Joshua menghela napas panjang, terlihat jelas wajah merah Joshua. "Nggak, gue cuma... gue cuma nggak mau aja orang kayak dia deketin lo. Dia itu suka mainin cewek," jawab Joshua, kali berusaha tenang.
"Jadi intinya, lo cemburu?" Evelyn berkata dengan tawa kecil, sambil menyenggol lengan Joshua.
Joshua hanya memutar mata, berusaha menutupi perasaannya, tetapi semburat merah di pipinya membuatnya gagal menyembunyikan kegugupannya. Evelyn menangkap itu dengan jelas, matanya berkilat penuh godaan. "Menurut lo aja." Jawab Joshua cepat, masih mencoba mengelak.
"Jangan bilang lo beneran suka gue? Ain't no way!"
"Lo baru sada—"
Drt drt drt
Suara getar ponsel Evelyn memotong momen di antara mereka. Evelyn menghela napas, sedikit kecewa dengan interupsi itu, dan langsung menjawab panggilan yang ternyata dari Syaila.
"Halo?"
"EVELYN! Lo dimana sih? Acara udah mau mulai, anak-anak pada nyariin lo, bentar lagi giliran pengenalan fakultas," omel Syaila dari seberang sana, suaranya terdengar sibuk dan panik.
Evelyn mendesah, menyadari tanggung jawab yang menantinya. "Sorry-sorry, gue kesana sekarang. Balasnya cepat sebelum menutup telepon. Dia menatap Joshua dengan ekspresi menyesal. "Gue harus balik, Josh. Kalau udah selesai urusannya dengan pak Toni, langsung pulang aja, jangan tungguin gue. Kayaknya bakal lama, habis ini mau ada evaluasi juga," ucapnya sambil berbalik.
Joshua mengangguk pelan, menyembunyikan kekecewaan di balik senyum kecil. Dia menatap punggung Evelyn yang menjauh, merasa seperti ada sesuatu yang tak terucap yang tertinggal di udara.
~
Hari pertama kegiatan pengenalan lingkungan kampus akhirnya usai. Evelyn dan teman-temannya tiba di ruangan rapat fakultas Arsitektur, semuanya tampak kelelahan.
Evelyn terkekeh melihat ekspresi mereka. Ada yang menelungkupkan wajah di meja, ada pula yang duduk lemas di lantai. Dia tidak menyalahkan mereka. Mengurus lebih dari 200 mahasiswa baru dalam sehari bukanlah hal mudah, terlebih ini menjadi tahun dengan jumlah pendaftar terbanyak bagi fakultas Arsitektur.
"Capek?"
"Capek banget! Waktu di grup kelihatannya 200 orang itu sedikit, tapi pas ketemu langsung... wah, gila!" Keluh Argi, ketua HIMA Arsitektur yang berada di divisi keamanan.
"Iya, bener banget! Mana pada narsis lagi," sahut Keyla, seorang gadis dari divisi publikasi dan dokumentasi, sambil terkekeh.
Walau tugasnya hanya mendokumentasikan kegiatan, dia harus selalu siap di tempat, mengedit saat itu juga, dan langsung mempublikasikannya. Banyak juga mahasiswa baru yang memintanya untuk memfoto mereka.
![](https://img.wattpad.com/cover/357662601-288-k182972.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Another Side
RomansaBerawal dari saat Evelyn membantu Joshua saat Masa Orientasi Siswa (MOS), dia tak menyadari bahwa kebaikannya telah menyalakan api obsesi dalam diri Joshua. ------------------------------ "Siapa pemilik kamu?" Evelyn menelan ludah, matanya berkaca-k...