Sah

870 42 8
                                    

Matanya memandang melalui refleksi cermin di depannya, tampilan kamar yang biasanya dia tempati dan tak banyak barang yang mengisinya kini berubah menjadi lebih ramai dengan berbagai hiasan.

Di cermin itu dia bisa melihat tampilannya yang sangat memukau tidak seperti biasanya, dia memandang dirinya dalam tampilan yang sangat rapi dan menawan.

Menghela nafas pelan, dia membatin kenapa harus seperti ini?
Dia tau dia akan melalui hari ini suatu saat nanti, tetapi dia tak menyangka jika akan secepat ini.

Masih segar ingatannya tentang bagaimana bahagia nya dia ketika bisa menyelesaikan pendidikan tepat waktu, padahal dia sudah membayangkan dan merencanakan akan kemana setelah ini.

Di kepalanya banyak rencana yang sudah di susun, dia bahkan sudah mengajak temannya untuk berkolaborasi membangun sebuah cafe.

Tapi semua itu harus pupus seketika saat ia dan keluarganya pulang ke rumah sang ayah saat sebelum menikah dengan ibunya, bertemu dengan Kakek nenek dan juga sanak saudara disana.

Ia senang, sangat senang karna dia bisa berjumpa dengan keluarga ayahnya yang memegang lebih dekat dengan keluarga mereka, bukanya saudara ibu tidak dekat hanya saja keluarga ibunya itu beda pulau dengan mereka dan memiliki jarak tempuh yang jauh.

Baru satu hari Sean disana dia langsung mendapat kejutan yang sangat sangat mengejutkan, kakeknya yang biasa di panggil opa mengatakan jika dia sudah menjodohkan dirinya dengan seorang pemuda yang merupakan cucu dari teman opanya sendiri.

Dia memang suka kejutan tapi yang kali ini benar benar membuat dirinya tidak bisa memberikan jawaban yang bisa di ucapkan secara gamblang.

Dikeluarga mereka perjodohan memang sudah menjadi kebiasaan atau hal biasa karna memang sudah seperti itu dari jaman dulu bahkan ayah dan ibunya juga pasangan yang di jodohkan.

Pandangannya di alihkan ke pintu saat seorang wanita yang sudah menginjak usia kepala 4 berdiri di sana menampilkan senyuman manis, dia sangat cantik di usianya itu tak ada tanda-tanda penuaan di wajahnya maupun tubuhnya.

"Manis banget anak mama" ucapnya yang sudah berdiri di belakang pemuda yang duduk dikursi meja rias.

Sapaan mamanya itu hanya di balas senyum tipis sebelum menundukkan kepalanya melihat lantai yang sepertinya lebih menarik.

Wanita itu tersenyum maklum dengan tanggapan sang anak, siapa yang bisa menerima langsung sebuah pernikahan yang bahkan tanpa cinta di dalamnya.

Jangankan cinta kenal saja mereka tidak, wanita itu sangat paham dan tau betul bagaimana keluarga sang suami, terlebih mertua nya itu yang masih memegang kebiasaan para pendahulu.

Dipeluknya raga sang anak, yang terlihat sedih dengan semua ini, dia tidak kuasa melihat anak bungsunya seperti ini tapi dia tak memiliki kuasa untuk membantah opa sang anak.

Di elusnya kepala anaknya dengan pelan agar tak merusak rambut yang sudah di buat sedemikian rapi, dia berjongkok di depan anaknya dan mengangkat dagunya.

"Anak mama udah gede, mama ngak nyangka kamu udah sebesar ini. Rasanya kayak baru kemarin kamu bisa jalan ngoceh sana ngoceh sini, apa apa di komentarin" ucapnya sambil tertawa pelan mengingat kenangan sang anak saat masih kecil.

Berat rasanya, setiap orang tua pasti ingin selalu bersama anaknya tapi hal itu tidak mungkin anaknya pasti akan melalui fase ini dia merasa jika anaknya berkembang dengan baik di tangannya.

Selama ini dia selalu menganggap bungsunya ini masih bayi yang harus di manja dan di turuti semua keinginan nya.

Dipandangi wajah anaknya ini, orang orang bilang wajah bungsunya merupakan duplikat dari dirinya ah tak hanya wajah bahkan sikap mereka sama, dia seperti melihat dirinya dalam versi laki-laki.

Mia Kusmiati Bramantyo begitulah namanya, ibu dari 3 anak dengan pasangannya Rangga Bramantyo, hari ini mereka akan melepaskan kembali anak mereka untuk ikut dengan suami mereka.

Sulit rasanya meskipun mereka masih bisa saling bertatap muka tapi selalu ada perasaan tidak ikhlas jika sang anak jauh dari mereka.

Dan hari ini untuk ketiga kalinya mereka akan melepas anaknya untuk menempuh hidup baru. Mereka tidak bisa menolak karna sang anak pun menerima perjodohan ini.

"Sayang sudah siap" ucap seorang lelaki yang merupakan suami dari Mia, Rangga yang memasuki kamar pengantin anaknya.

Rangga tersenyum melihat anaknya yang berdiri dengan sang istri di samping mengandeng Legan anak bungsu mereka, dia mengelus pipi sang anak dan mengecup pelan keningnya.

Menghela nafas pelan dia mengulurkan tangannya yang di sambut oleh sang anak, dia juga mengulurkan tangannya untuk sang istri yang juga langsung mengandeng tangan kirinya.

Mereka berjalan pelan, Rangga mengajak anak serta istrinya berbincang untuk menghilangkan Susana kegugupan yang bisa dia rasakan dari cengkraman sang anak.

Dia berhasil, bungsunya bisa tersenyum manis bahkan tertawa kecil mendengar leluconnya, tak apa dia bersikap konyol yang penting anaknya bisa rileks sekarang.

Bayinya yang paling di sayangi dan di manjakan kini akan menjadi suami dari orang lain, hah bayinya yang selalu menangis ketika dia akan berangkat kerja, bayinya yang dulu suka berdrama yang selalu merasa menjadi korban setiap hari, bayinya yang selalu tertawa terbahak-bahak ketika anak pertama dan kedua nya mengajak bermain, bayinya yang dulu bisa memanggil dirinya dari pada sang istri sampai dia harus mendapatkan hukuman dari kecemburuan sang istri.

Bayinya kini sudah besar. Disana diatas altar Berdampingan dengan orang yang akan menemani anak nya, dia melihat hari yang sangat menyedihkan sekaligus membahagiakan, Mia istrinya menangis haru di sampingnya, dia hanya mengelus tangan sang istri agar tenang dan juga menyampaikan jika tak hanya istri nya saja yang sedih dia pun juga merasakan hal yang sama.

Sama seperti istri dan bungsunya jika dia tak bisa menolak perjodohan yang telah di siapkan oleh sang ayah, dia memang tau jika salah satu anaknya akan dijodohkan tapi dia tak menyangka jika akan secepat ini.

Tapi ya sudahlah toh anaknya juga menerima walaupun dia tau bungsunya terkejut dan terpaksa menyetujuinya. Dia berharap semoga perjodohan ini tak akan berakhir menyedihkan dia ingin semua anaknya bahagia. Apalagi harapan orang tua selain kebahagian anak anak nya.

Acara selesai jam delapan malam, acara yang bisa dikatakan mewah yang di adakan di halaman belakang rumah nya, sekarang dia bukanlah lajang yang bisa bebas kesana kemari dia sudah sah menjadi suami orang.

Semuanya pasti akan berbeda tak hanya memikirkan dirinya sendiri. dirinya juga harus memikirkan sang suami, melayaninya dengan sepenuh hati, semoga dia bisa menemukan kebahagiaan.

Aamiin.

















Ini book pertama hyuckna, yang aku buat. sebenarnya ngak punya bakat nulis sih tapi gimana ya setiap hari tuh selalu kepikiran tentang hyuckna, pengen buat ceritanya.

Semoga bisa namatin book ini ngak stack di beberapa chapter. Biasanya yah kalau di kepala punya ide buat cerita hyuckna tuh kalau ngak ditulis ini kepala ngak akan lega, kayak berat aja gitu.

Mungkin ada typo atau kesalahan dalam penulisan tolong di kasih saran ya....

Jangan lupa juga vote dan komen biar makin semangat nulisnya.

Oke see you next chapter, bye bye....

Suami PetaniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang