baby

380 22 5
                                    

Hari ini Sean ikut Gabriel ke kota, mereka mau ke rumah sakit buat USG sambilan nganterin sayur ke beberapa tempat, mereka ngak pakek mobil sayur kok ya kali Gabriel biarin Sean panas panasan kalau pakek mobil itu.

Setelah mengantar sayur mereka langsung ke rumah sakit, kotanya ini bukan kota Sean tinggal dulu ya, itu mah beda lagi. Setelah menunggu giliran mereka beberapa saat Sean dan Gabriel masuk keruangan dokter kandungan.

"Silahkan berbaring kakaknya, siap bertemu dedek bayi ya" ujar sang dokter

Gabriel membantu Sean tidur di atas bed pemeriksaan, syukur Sean pakai baju kemeja jadi tinggal buka aja kancingnya, ya kalau kaus pun ngak papa cuman agak ribet aja, oke lanjut!

"Izin oles gelnya ya"

Gel bening di oles ke perut Sean lalu dokter meletakan alat di perut Sean dan menggerakkannya sampai terlihat bayi di layar monitor.

"Oke dedeknya sudah masuk bulan ke lima ya, semua dalam keadaan baik baik saja"

Tangan Sean menggenggam tangan Gabriel erat, bayi mereka tumbuh dengan baik di dalam perutnya, Gabriel mengelus kepala Sean dan memberikan kecupan ringan sebagai reward karna sudah menjaga bocil dengan baik.

"Oke, mau di cetak USG nya?"

Sean mengangguk, tiap USG dia selalu cetak buat di simpan di album nanti.
Gabriel membantu Sean turun dan menuntunnya untuk duduk di kursi depan meja dokter.

"Semuanya baik ya, dedeknya sehat kakaknya juga sehat, nanti tebus aja vitaminnya ya biar keadaan kakaknya selalu stabil"

"Makasih dokter"

"Iya sama sama mas kakak hati hati di jalan"

Keluar dari ruang kandungan mereka jalan ke bagian penebusan obat, Gabriel kembali mengandeng Sean dan mengobrol dengannya.

"Mau beli sesuatu ngak?"

"Hhhmm, apa ya.....ah kita makan bakso yok mas"

"Boleh, tapi nanti saus nya jangan pedas pedas ya"

Sean hanya tersenyum lebar menampakkan gigi putihnya satu pak.
Masuk ke mobil dan mencari dimana bakso yang enak untuk di nikmati, setelah makan mereka langsung kembali ke desa, Gabriel mengengam tangan Sean dan sesekali akan mengecupnya.

"Mas kita kerumah ibu dulu ya"

"Siap nyonya"

Gabriel memekik kecil ketika Sean mencubit pinggang nya.

"Sakit pakmil.....aduh duh duh duh iya iya ngak lagi, galak banget"

Gabriel langsung menyengir ketika Sean menatap tajam dirinya, bapak satu ini emang suka banget jahil Sean pengen banget pukul suaminya ini, kalau ngak ingat dosa udah dari kemaren dia tonjok.

Mobil memasuki halaman luas rumah Bu Imah yang sedang menyapu di depan, wajahnya langsung sumringah mengetahui mantunya datang ke rumah.

Melempar sapu yang dia pegang dan menghampiri Sean yang baru keluar dari mobil, Bu Imah mengiring Sean untuk masuk ke rumah, Gabriel nya biarin aja dia udah biasa di cuekin ibunya.

"Gimana dedeknya?" Tanya Bu Imah setelah meletakkan segelas air di depan Sean.

Gabriel sudah berharap ibunya membawakan dirinya air, tapi apa yang di harapkan pada seorang ibu yang sudah tak menanggapinya.

"Dedeknya baik bu, oh ya tadi Sean beli ini buat ibu"

"Aduuh, padahal mah ngak usah repot-repot"

"Halah, Padahal dalam hatinya seneng tuh" batin Gabriel menyibir ibunya, terlihat jelas jika dia senang dengan pemberian menantu kesayangan nya itu.

Gabriel dan Sean kembali kerumah mereka sore hari, tadinya Bu Imah ingin mereka makan malam di rumahnya saja tapi tiba-tiba Bu Jumi datang meminta Bu Imah untuk membantu nya memasak di rumah karna ada acara doa di rumahnya.

*

*

*

*

*

*

*

*

*

*

*

*

*

Setelah makan malam mereka menonton di living room, Gabriel mengelus perut Sean yang duduk dan bersandar padanya sambil memakan buah potong yang di siapkan Gabriel.

"Mas, kapan kita hias kamar dedek?"

"Kamu maunya kapan?"

"Minggu depan aja gimana? Soalnya aku mau ikutan juga" mata Sean berbinar dia sudah memikirkan beberapa tema untuk kamar anaknya.

"Boleh, tapi waktu belanja ranjang bayi jangan ya, mas ngak mau cimol mas ini capek"

Sean mendengus Gabriel suka banget manggil dia cimol, katanya pipinya dia udah kayak cimol kenyal kenyal gitu mana gembul lagi.

Semakin bertambah usia kehamilan Sean tubuhnya semakin gembul, Gabriel kadang gemas lihat tangan Sean yang seperti roti gembul gembul jadi dengan kesadaran penuh dia menggigiti tangan Sean yang langsung di balas brutal.

Sean tidak tersinggung atau merasa insicure dengan tubuh ramping orang lain, dia sadar kalau dia tengah hamil jadi dia PD saja dengan bentuk tubuhnya yang sekarang, Gabriel senang melihat Sean yang PD dengan kehamilan nya.

Terkadang orang kalau lagi hamil tuh sensitif banget, sedikit aja badanya berubah pasti bakalan kepikiran, saat seperti ini dukungan dari pasangan sangat di butuhkan, yang hamil memang wanita atau submive tapi dominan juga berperan penting dalam kehamilan dan membuat pasangan bahagia.

"Tapikan, aku pengen milih juga" ucap Sean membalikan tubuhnya menghadap Gabriel yang memeluk pinggang Sean.

"Kita cari referensi aja dulu ya?, nanti kalau Nemu yang pas kita pesan atau mas yang nyari sesuai sama yang kamu pengen"

Sean langsung cemberut, bibinya mengerucut lucu. Uuuuuuhhhh suami siapa sih gemes banget.

"Aduh yang, jangan lucu lucu dong" ucap Gabriel memeluk tubuh Sean gemas dan mengerakkan tubuh mereka kekiri kekanan.

Sean semakin cemberut tapi tangannya membalas pelukan Gabriel dengan erat, kepalanya di kecup pelan  dan punggungnya di elus, Sean jadi ngantuk, dia menguap dan memejamkan matanya.

Cuaca malam ini cukup dingin karna hujan sedang berkunjung ke bumi, Gabriel tau Sean sudah tertidur karna tubuhnya menumpu berat ke pelukan Gabriel.

Tak ingin membuat tubuh Sean kesakitan dengan pelan Gabriel mengendong Kuala tubuh Sean dan berjalan pelan ke kamar mereka, syukur Gabriel sudah biasa bawa hasil panen yang beratnya berkilo-kilo, jadi ngak terlalu sulit buat dia gendong Sean yang hamil naik tangga.

Sean meleguh ketika Gabriel membaringkan tubuhnya, di elusnya punggung Sean dan kecupan lama tersemat di keningnya sebagai ucapan selamat tidur dari Aa' ganteng Gabriel.

Dipandangi wajah terlelap Sean, terbit senyuman kecil di bibirnya matanya melihat keperut buncit suami manisnya ini, hanya menunggu 4 bulan lagi dia akan bertemu anak nya ini.

Elusan pelan dan hangat penuh doa kebaikan Gabriel sematkan untuk anaknya ini, di kecupnya pelan perut buncit Sean dan Gabriel bangun kaluar dari kamarnya untuk mematikan tv dan memeriksa beberapa lampu sebelum ikut bergabung dengan Sean dalam kehangatan pelukan dan selimut mereka.

Hujan masih mengguyur bumi bahkan semakin deras, semoga tidak ada pemadaman listrik nanti nya. setelah memeriksa semuanya Gabriel kembali naik ke lantai dua dengan botol minum di tanggan nya untuk Sean jika haus nanti.















Tbc.

Suami PetaniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang