Hampir dua Minggu Gabriel berada di kota sejak status nya berubah, sebenarnya mau balik seminggu yang lalu tapi Sean bilang dia masih ingin dengan orang tuanya, jadinya sebagai suami yang baik dia menuruti kemauan Sean.
Sean udah mulai dekat dengannya, mereka sama-sama belajar untuk saling mengenal, mungkin mereka tidak sedekat layaknya pengantin baru yang menikah dengan adanya cinta di dalamnya, mereka berbeda jadi yah pelan pelan aja.
Karna hari ini mereka akan ke desa dan juga akan tinggal disana ya karena kan Gabriel memang dari sana, Sean paham posisinya itu apa jadi dia harus ikut Gabriel tinggal di desa.
Di depan rumah keluarga Bramantyo terdapat beberapa koper dan juga bingkisan yang akan di bawa ke desa, mereka kembali dengan mobil Sean.
Awalnya Gabriel ingin mengajak Sean ke desa dengan transportasi umum tapi ketika dia ingat siapa Sean dia jadi agak malu karna belum punya kendaraan sendiri.
Syukur nya Gabriel bisa nyetir dia bakalan tambah malu kalau harus duduk di samping Sean yang nyetir ke desanya. Apa kata orang nantikan, Gabriel si bolang duduk cantik di samping suaminya. Meeh
Setelah menempuh perjalanan yang panjang Sean dan Gabriel bisa bernafas lega karna mereka sudah sampai di rumah orang tua Gabriel tepat jam 4 subuh.
Syukur nya desa Gabriel ini jalannya ngak jelek jelek amat, walaupun belum di aspal tapi jalannya mulus seperti pantat bayi jadi Sean bisa tidur dengan nyaman, agak goyang tapi di jalan ehehe.
Pintu rumah terbuka terlihat seorang wanita yang di panggil ibu Imah berdiri di sana, beliau tersenyum dan buru buru menghampiri Sean yang baru keluar dari mobil dengan senyum manis di bibirnya ketika Bu Imah merangkulnya untuk masuk kedalam rumah.
Gabriel mah biarin aja, dia bukan anak Bu Imah lagi posisinya udah di ganti sama Sean, mana langsung lengket lagi sama lakiknya.
Bu Imah itu sama kayak Gabriel, tidak tepatnya Gabriel yang punya sifat sama seperti Bu Imah yang bisa langsung akrab sama orang baru.
Senyum Gabriel mengembang, senang tentu saja setidaknya Sean tak perlu terlalu berusaha keras untuk dekat dengan keluarganya.
"Sean sekarang istirahat ya, ibu mau ke dapur dulu, buat teh biar seger"
Baru saja Sean membuka mulutnya Bu Imah sudah keluar terlebih dahulu. Dia emang capek tapi ngak enak juga kalau repotin mertuanya.
"Ibu memang gitu, jadi maklumin aja ya" ucap Gabriel sambil mengangkat koper Sean.
Sean hanya diam dia bangun untuk keluar dari kamar hendak membantu Gabriel membawa koper koper yang masih di mobil.
"Mau kemana?" Tanya Gabriel
"Mau ambil koper di mobil"
"Ngak usah, biar aku aja yang ambil" belum Sean membantah Gabriel udah gibrit duluan, ini orang satu keluarga sama semua apa ya main kabur aja.
Sean melihat sekitar kamar Gabriel memang ngak besar seperti kamarnya, kamar Gabriel di cat putih ada beberapa foto di atas meja semua foto Gabriel yang kayaknya jadi juara lomba.
Di dekat lemari pakaiannya juga ada gitar dengan tanda tangan disana, ngak tau tanda tangan siapa. Di dinding kamarnya juga ada beberapa piagam penghargaan.
Gabriel aktif banget kayaknya waktu sekolah beda sama dia yang punya otak pas Pasan, kalau Gabriel tinggal di kota pasti tuh anak bakalan jadi idaman.
Gimana ngak coba, Gabriel tinggi walaupun kulitnya ngak putih tapi ngak itam juga, dia punya warna kulit Tan yang kata orang mah warna kulit yang sexy, yah Sean akuin sih, wajah Gabriel juga ngak jelek dia itu punya wajah yang gantengnya itu ngak bikin bosan buat di pandang, itu pengamatan Sean selama ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suami Petani
AléatoireSean dan Gabriel pasangan muda yang dijodohkan, Sean harus bisa membiasakan diri jauh dari semua kemudahan yang di dapatkan di kota, bagaimanakah perjalanan hidup mereka, apakah mereka bisa bertahan? atau sebaliknya, siapa yang tahu kan 😉 first st...