Pagi ini Sean sama Gabriel mau lihat pembangunan rumah mereka di atas lahan yang di beli Gabriel dekat air terjun, kenapa buatnya di sana?
SSG suka suka Gabriel, ya kali dia beli lahan di sana buatnya disini.Bukan ngak bisa sih bisa sebenarnya tapi Gabriel harus mikir dulu ini duitnya dari mana, dia emang ada pemasukan tapi ngak besar sawah emang baru panen tapikan ngak mungkin dia jualin semua hasil panennya buat beli rumah.
Mending manfaatin yang udah ada lagian Sean seneng seneng aja di ajak tinggal dekat Curug, malahan dia yang paling ngak sabar rumahnya siap.
Lahan emang Gabriel yang beli tapi buat desain rumah itu rikues nya Sean, Gabriel cuman nurut aja dia setuju desain yang Sean buat juga bagus.
Setelah sarapan di rumah mertua Sean dan Gabriel berangkat menuju lokasi, kali ini mereka pakek mobil karna sekarang kalau sore cuacanya suka ngak menentu kadang hujan kadang enggak.
Seperti biasanya Bu Imah lah yang paling rewel waktu Gabriel sama Sean menyampaikan jika mereka akan membangun rumah yang jaraknya jauh dari rumah mertuanya.
Walaupun sempat debat karna tidak setuju akhirnya ibu Imah mengalah, ada baiknya juga mereka buat rumah jauh biar lebih banyak privasi nya.
Karna pembangunan rumah harus menyebrangi sungai Gabriel memarkirkan mobil di sebrang karna jembatan yang menjadi satunya akses untuk kesana berupa jembatan kecil yang hanya bisa di lewati motor.
Nanti kalau rumahnya udah hampir jadi Gabriel buat jembatannya biar lebih mudah dan ngak capek jalan ke rumahnya.
Lahan ini sebenarnya emang udah lama di incar Gabriel karna pemandangannya yang memang sangat indah, bayangkan saja ketika kita bangun tidur dan keluar dari rumah pemandangan air terjun akan terlihat di iringi cuitan burung yang menambah kesegaran dan keindahan pagi.
Pembangunan rumah kali ini Gabriel menerima bantuan sang kakek yang membantunya untuk menyelesaikan pembangunan awalnya dia sudah menolak tetapi ayah berkata terima saja, ini rejeki jangan di tolak.
Semua orang heran kok Gabriel buat rumah di tempat yah bisa dibilang dia yang akan menjadi satu satunya orang yang tinggal di situ, karna yang lain hanya berladang.
Gabriel cuman jawab sekena saja dia malahan terkesan jawabannya santai banget, dia bilang karna Gabriel sama Sean butuh banyak waktu berdua, orang yang dengar tertawa dengan candaanya.
Rumah mereka hampir selesai, kok bisa? Cepat banget! Ingat ini dunia fiksi bukan dunia nyata oke?!
"Mas di pinggir sungainya buat itu ya kayak tangga gitu! kalau ngak buat kayak tempat nyuci nanti kita bisa santai-santai di situ sambil sesekali nyuci"
"Nyuci? kita bisa beli mesin cuci ngak perlu capek-capek nyikat di situ"
"Iiih ya emang, tapikan aku mau gitu kita punya tempat nyuci juga di sana, ah iya nanti kalau kita panen kita bisa cuci sayurnya di sana! Buat ya mas ya ya ya"
Banyak mau banget ini bocah, ah dia kerjain aja sekalian biar tau rasa masih berani minta ngak dia nantinya.
"Oke, tapi ngak gratis ya?" Gabriel menaik turun kan kedua alisnya menatap Sean.
"Masa sama istri aja pelit banget, ya udah mas mau apa bayarnya? Pakek uang? Siap aku ada mau berapa ribu" ujar Sean yang menatap Gabriel cemberut.
"Yaaaah ngak banyak kok mas cuman minta satu aja, kan tadi kamu bilang kamu istri mas jadi...boleh ya kita" Gabriel membuat isyarat dengan ujung kedua jarinya seperti ini 👉👈
Sean yang mulai paham mukanya langsung memerah, dia bukan anak kecil yang belum paham apa yang Gabriel mau.
Memang mereka sudah lebih dekat tapi mereka belum sekalipun melakukan hubungan intim layaknya pasangan, Sean lupa kalau dia harus layanin suaminya dalam hal 'itu'.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suami Petani
RandomSean dan Gabriel pasangan muda yang dijodohkan, Sean harus bisa membiasakan diri jauh dari semua kemudahan yang di dapatkan di kota, bagaimanakah perjalanan hidup mereka, apakah mereka bisa bertahan? atau sebaliknya, siapa yang tahu kan 😉 first st...