Happy reading...
..
.
.
.
.
.
"Apakah kau akan tetap diam seperti itu?"
Gadis itu tetap terdiam dengan pandangan kosong ke dinding, ia abaikan sosok bertopeng yang berdiri tak jauh darinya. Entah kenapa Sakura tak tertarik untuk menatap Tobi. Sakura duduk di atas ranjang-kakinya ia lipat- sambil memeluk lutut. Bau darah dari tangannya tak hilang membuat mentalnya semakin kacau.
Obito-atau Tobi- menghela nafas, Sakura benar-benar tampak terpukul sekali dengan apa yang ia lakukan kemarin, ketika ia menemukan Sakura bangun dari pingsan, gadis itu sudah seperti ini. Dengan langkah pelan Obito mendekat pada ranjang itu lalu duduk di sana, tepat di depan Sakura. "Sakura," panggilnya pelan.
Sakura membuang muka, tak sudi memandang sosok bertopeng di depannya. Ia lebih suka memandang pada dinding gelap di sampingnya. "Kenapa?" ujarnya pelan, suaranya serak dan hampir tak terdengar.
Obito menatap Sakura dengan sorot mata gelap kala ia mendengar gadis itu berbicara untuk pertama kalinya sejak pagi ini.
"Kenapa?" Sakura mengulangi, kali ini suaranya bergetar lebih hebat. Ia menoleh pada Obito, matanya memerah dan basah, seolah sedang berjuang untuk menahan tangis yang sudah tak bisa ditahan lagi.
"KENAPA KAU MELAKUKAN INI PADAKU?!" jerit Sakura akhirnya pecah, amarahnya meledak tanpa kendali.
"APA SALAHKU PADAMU, HAH?!" Sakura menjerit marah lalu menangis histeris. Bayang-bayang mayat bergelimpangan masih menghantuinya, membuat dadanya terasa sakit.
Dengan keadaan kacau ia menjambak rambutnya sendiri dengan keras seperti orang gila yang kehilangan kendali atas dirinya sendiri. Solah ingin merobek sesuatu-baik di luar maupun di dalam dirinya. "AAARGG!"
Obito yang melihat itu segera menangkap tangan Sakura, mencegah gadis itu menyakiti dirinya sendiri. "Jangan menyakiti dirimu sendiri," ujar Obito rendah, dengan nada yang tak terbaca.
"Lepaskan!" Sakura menjerit, suaranya dipenuhi kemarahan yang meledak tak terkendali. Ia meronta, tubuhnya bergerak liar, mencoba melepaskan cengkraman Obito. "Lepaskan aku! Kau brengsek!"
Tabi Obito dengan mudah menangani Sakura yang sedang 'mengamuk' ini, meski yang ia lakukan hanya memegang tangan gadis itu.
Sampai pada akhirnya tenaga Sakura habis, emosinya terkuras. Karena semakin ia melawan, semakin keras Obito mencengkeram pergelangan tangannya, menahannya dengan kekuatan yang tak bisa dilawan.
Tangis Sakura pecah, tubuhnya bergetar hebat, dadanya sakit seakan hancur dari dalam. "Lepaskan aku ... Tolong ...," isaknya tersedu-sedu, suaranya berubah menjadi ratapan yang dipenuhi kepedihan.
"Kembalikan hidupku ...," racau Sakura penuh keputusasaan, seolah setiap kata yang ia ucapkan adalah jeritan dari jiwanya yang dihancurkan.
Untuk sesaat Obito terpaku mendengar jeritan Sakura barusan, tapi sedetik kemudian keningnya berkerut dalam. Bagaimana mungkin ia mengembalikan hidup Sakura ketika gadis itu akan kembali padanya lagi.
Sakura masih terisak, bahunya bergetar tak terkendali. Tangisannya tak lagi keras, hanya sisa-sisa isakan kecil yang menghancurkan kesunyian. Tubuhnya yang tertunduk terlihat rapuh, seolah beban dunia menindihnya tanpa ampun.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIFFERENT SIDE 21+ END ✓[Obito x Sakura, ObiSaku] [Akatsuki Sakura]
Fanfiction•Fanfiction by AiniRhee. •COMPLETED Dialah Uchiha Obito, orang yang menyembunyikan jati dirinya dibalik topeng oranye berbentuk spiral. Sejak ia menatap Sakura, Obito merasakan debaran aneh di dadanya, seperti kerinduan yang mendalam dan juga perasa...