Bab 25 : Juli vs Axel si ketos.

342 22 0
                                    

Juli memarkirkan motornya di samping motor Harlies, memastikan mereka berangkat bersama agar ia tidak terlambat. Dengan semangat, mereka menuju parkiran khusus Harlies, di mana sebuah plang dengan nama dan logo kebanggaan mereka menandai tempat itu.

Saat membuka helm, rambut Juli yang berantakan membuatnya harus mengatur ulang penampilannya. Dengan sedikit permainan, ia mengelus lidahnya, memberikan pesona yang membuatnya tampak begitu menawan. Tak pelak, siswa dan siswi yang menyaksikan tidak bisa menahan jeritan kagum mereka.

"Gila, Jul, lo hobi banget bikin mereka tantrum," ujar Hasby, tertawa sambil menarik kunci motornya.

Starla terkekeh setuju mendengar perkataan Hasby, begitu juga Juli. Mereka berjalan bersama dalam formasi yang biasa mereka tunjukkan, menarik perhatian di setiap langkah. Hasby tersenyum manis, Starla tertawa ceria, sementara Juni dan Gahar tampil tenang dengan wibawa cool mereka. Juli, di sisi lain, terus memainkan rambutnya, menebar pesona sepanjang jalan menuju sekolah.

Namun, saat Juli sedang asyik menarik perhatian, langkahnya mendadak terhenti. Ia menabrak seseorang yang tiba-tiba muncul di hadapannya. Matanya menatap malas kepada sosok itu, tak lain adalah Axelio Savara, ketua osis yang menyebalkan dan sangat ia benci.

"Apa?!? gua ga telat kan?" tanya Juli, menatap tajam sambil menyilangkan tangan di pinggang.

"Ada yang bilang lo telat?" Axel mengangkat alis, membuat Juli menatapnya dengan heran. "Terus, apa? Mau cari kesalahan gua apa lagi?"

"Coba introspeksi," jawabnya dengan nada dingin. Juli menghela napas, kemudian menoleh, tiba-tiba menyadari bahwa ia tidak mengenakan dasi.

"Gua ga pake dasi"  ucap Juli

"Terus?" Alis Axel semakin terangkat, membuat Juli bingung tentang kesalahan apa yang ia buat.

"Sepatu lo item," bisik Hasby. Juli menoleh malas ke arah Hasby. "Kalau sepatu gua item, sepatu lo apa?"

Hasby hanya tertawa kecil, jujur saja ia hanya bercanda untuk menyahut suasana. "Bercanda, kok," katanya sebelum terdiam.

"Bukan soal sepatu!" sentak Axel.

Mendengar Axel yang menyentak Juli, Gahar, ketua mereka, maju dengan tegas dan menggenggam kerah seragam rapi Axel. "Santai, dong! Kalau ada yang salah, kasih tahu yang bener," ujarnya, tidak terima.

Axel memundurkan wajahnya, mengangguk dengan nyali yang seolah ciut di hadapan Gahar yang berbadan kekar. Tak biasa, laki-laki itu mengeluarkan suara.

Juli melepaskan pegangan di kerah Gahar, merasa telah memenangkan argumen. "Udahlah, Har..."

"Coba sebutin apa kesalahan gua," matanya beralih tajam ke arah Axel, sebal pada ketos di depannya.

Axel menegakkan tubuh, berusaha mengembalikan harga dirinya. Dengan tatapan tajam, ia mengarahkan perhatian ke Juli, meski bagi Juli, tatapan itu terasa biasa dan tak bermakna.

"Pertama, lo ga pake dasi." Axel menjeda, mencari kesalahan lain.

"Kedua," katanya, menunjukkan dua jari di depan wajah Juli, "Knalpot motor lo berisik."

"Dan ketiga," Juli semakin tajam menatap Axel. "Seragam lo ga di masukin."

Juli mendecak sebal mendengar perkataan Axel yang terasa sepele. Ia menajamkan tatapannya, tanpa rasa takut.

"Itu doang?!" tanya Juli. Axel mengangguk, dan Juli mendengus kesal sebelum berbalik pergi. Namun, Axel menarik tasnya, memaksanya kembali.

"Masukkin dulu seragamnya," katanya sambil menatap tajam. "Atau mau gua masukin?!"

Let's falling in love with me (gxb)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang