Bab 26 : Penyerangan

333 21 1
                                    


"Sialan," desis Juli, suaranya hampir tenggelam dalam kebisingan jalanan kota yang ramai. Matanya melirik ke kaca spion, dan jantungnya berdegup kencang saat ia menyadari sosok yang mengikuti di belakangnya. Bayangan itu, dengan siluet gelapnya, tampak tak ingin pergi, terus mendekat dengan setiap detak mesin motornya.

"Mau apa lagi si monyet?" batinnya, berusaha menenangkan diri. Keringat dingin mengalir di pelipisnya, namun ia tahu bahwa reaksi berlebihan hanya akan memberi pengikutnya kepuasan. Dalam ketegangan yang mencekam, Juli menahan diri untuk tidak berbuat apa-apa, berharap kehadiran si penguntit hanyalah sementara.

Masa lalu Juli menyusup ke pikirannya-kenangan akan kemarin yang penuh dengan tawaan dan kebebasan, saat dia berkendara tanpa beban di jalanan. Namun sekarang, setiap suara, setiap gerakan terasa berat. Saat detak jantungnya mulai menyesuaikan diri dengan irama kecepatan, senyuman berani perlahan terukir di wajahnya. Tanpa peringatan, ia membelokkan motor Ninja kesayangannya ke dalam gang sempit, merasakan adrenaline bergetar dalam dirinya. Suara mesin yang menggema di dinding-dinding gang terasa seperti tantangan, seolah ia sedang menegaskan keberanian yang terpendam.

Laju motor itu semakin tinggi, meski ruang yang ada semakin menyusut. Kecepatan itu memberi Juli sensasi hidup yang baru; dunia di sekelilingnya bergetar mengikuti setiap putaran ban. Dalam benaknya, ia membayangkan semua kebebasan yang hilang, dan untuk sesaat, ia merasa berkuasa. Untungnya, motornya masih bisa meluncur lancar, memanfaatkan setiap celah yang ada, meski ancaman tetap mengintai dari belakang.

Tiba-tiba, teriakan itu meluncur keluar dari mulutnya. "AWAS!!!" suaranya membahana di dalam gang yang sempit saat matanya menangkap berbagai rintangan yang menghadang. Sampah berserakan, sepeda yang diparkir sembarangan, dan barang-barang lain yang tergeletak di tengah jalan. Instingnya bekerja cepat, dan dengan lincah, ia memutar setir, menghindari semua halangan itu dalam detik-detik yang menegangkan. Setiap gerakan terasa seperti tarian, beriringan dengan detak jantungnya yang semakin cepat.

Rasa takut bercampur dengan kegembiraan, menciptakan momen yang tidak akan pernah terlupakan. Dalam pelarian ini, Juli merasakan denyut hidupnya semakin kuat, seolah setiap detik membawanya lebih dekat pada kebebasan dari ketakutan yang mengintai. Meskipun bayang-bayang si penguntit masih mengikuti, Juli tahu bahwa ia tidak akan membiarkan ketidakpastian mengendalikan langkahnya. Ia bertekad untuk menjadi penguasa dari jalannya sendiri.

Dengan keberanian yang menggelora, ia terus melaju, meresapi setiap putaran roda dan setiap napas yang dihirupnya dalam perjalanan yang penuh risiko ini. Setiap detik adalah pertempuran, dan ia berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak menyerah. Dalam keheningan gang yang dipenuhi suara mesin, Juli merasa hidup sepenuhnya. Ia adalah sosok yang bebas, melawan segala ketakutan dan rintangan, dan dalam pelariannya, ia menemukan jati dirinya yang sesungguhnya.

Hembusan napas lega meluncur dari bibir Juli ketika ia berhasil mengendalikan motornya, yang hampir terjatuh akibat berbagai rintangan mendadak. Di hadapannya, seorang anak kecil berlari ke tengah jalan, jemuran yang menggantung di sisi jalan, dan pedagang yang membawa barang-barang menghalangi jalannya, seakan-akan menguji ketangkasan dan konsentrasinya.

"Maaf, maaf, Pak!" serunya sambil menoleh ke belakang, melihat tukang dagang itu hampir kehilangan keseimbangan. Setelah memastikan semuanya aman, ia kembali memfokuskan perhatian pada laju motornya, memutarkan gas hingga suara mesin menggema, dan pengikutnya pun tertinggal jauh di belakang.

Setibanya di depan markas, Juli merasakan adrenalin meningkat. "HARLIES, JAGA-JAGA!" teriaknya, suaranya menggema penuh semangat dan peringatan saat ia meluncur ke dalam halaman markas yang sudah akrab dengan langkahnya.

Para anggota Harlies, yang mendengar teriakan itu, berhamburan keluar dari basecamp. Mereka berdiri tegak di depan pintu, wajah mereka menunjukkan kecemasan dan ketegangan. Mata mereka terpaku pada Juli yang baru saja menurunkan helmnya, seakan menunggu penjelasan tentang situasi yang mendesak.

Let's falling in love with me (gxb)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang