Bel istirahat berbunyi, memecah kebisingan kelas dan membawa siswa-siswi keluar dengan semangat. Mereka berhamburan menuju kantin dan lapangan, namun sebagian terhenti, terpukau oleh sosok Juli yang berlari mengelilingi bundaran lapangan sekolah. Ke tampanan dan energinya mencuri perhatian, menambah warna pada suasana istirahat yang ceria.
"Gilaa, itu beneran cewek?!" seru salah satu siswi, terpesona melihat Juli yang berlari sambil memainkan rambutnya. Temannya mengangguk setuju, tak bisa melepaskan pandangannya dari sosok Juli yang tampak ganteng meski dalam keadaan berlari.
"Ganteng banget, anjir!" puji temannya. "Walaupun gue normal, tapi serius, Juli itu ganteng banget!"
Di saat yang sama, Hasby baru saja keluar dari kelas, alisnya terangkat melihat kerumunan yang mengarah ke lapangan. "Ada apa nih?" tanyanya, penasaran.
Gahar menggelengkan kepalanya, penasaran dan beranjak menuju lapangan untuk mengetahui apa yang membuat kerumunan itu terbentuk.
"Anjir!" seru Hasby, terkejut saat melihat Juli berlari mengelilingi bundaran lapangan. Sementara itu, Gahar menatap tajam, menyaksikan Juli menjadi pusat perhatian. Sorak sorai dan pujian membahana dari kerumunan, mengisi udara dengan energi histeris dari dua gender yang terpesona.
"AAAAAAAA, JULIII KERENN AMATT!"
"JULI ALWAYSS KERENNNN!"
"JUL, LOOK AT MEEEE!"
"SEMANGATTTT!"
Sorakan histeris siswa-siswi menggema di lapangan, menciptakan suasana penuh semangat. Sementara Gahar dan Hasby, yang sudah terbiasa dengan pemandangan ini, hanya tersenyum kecil.
"Itu anak ngapain narsis sambil lari-lari?" tanya Gahar, menggoda. Hasby hanya menggelengkan kepala, tak bisa menahan senyumnya.
"Dia hari ini nggak masuk kelas, kan? Mungkin telat..." jawab Hasby. Gahar segera menegakkan tubuhnya dan beranjak pergi, diikuti Hasby yang berjalan di belakangnya.
Sementara itu, Juli hanya tersenyum, menikmati perhatian yang mengelilinginya. Ia semakin memancarkan pesonanya, memainkan rambutnya dengan anggun. Dengan pengaturan napas yang baik, ia berlari mengelilingi lapangan tanpa merasa lelah. Di bawah terik matahari, keringatnya bercucuran, tetapi itu tidak mengurangi pesonanya. Saat ia mengelap keringat, sorakan histeris dari dua gender kembali mengalun, menambah semarak suasana.
"Dasar," gumam Juli sambil meluruskan pandangannya, kembali berlari dengan tegak dan mempesona.
Di sisi lain, langkah Faisal terhenti ketika ia melihat kerumunan di sekeliling lapangan. Ia berusaha mengintip di sela-sela orang yang menghalangi pandangannya. Di situ, ia melihat Juli tersenyum lebar kepada semua orang, rambutnya bergerak naik turun, dan sesekali memberikan flying kiss kepada para penggemarnya.
Faisal menekuk mulutnya, merasakan campuran kesal dan cemburu saat melihat Juli dikerumuni begitu banyak orang. Meski hatinya teriris, ia tak bisa menampik kenyataan: Juli memang terlihat keren, gagah, dan tampan meski ia adalah seorang perempuan. Sementara itu, Faisal merasa lemah, kurus, dan jauh dari tampan. Dalam hatinya, ia bertanya-tanya, apakah ia tertukar tubuh dan jiwa dengan Juli?
Lamunan Faisal terpecahkan saat tubuhnya terombang-ambing oleh kerumunan yang tiba-tiba menyerbu lapangan, membawa minuman dan handuk kecil untuk Juli yang baru saja menyelesaikan lari. Tanpa jeda, Juli melambaikan tangan kepada para penggemarnya, senyumnya merekah di tengah sorak-sorai.
Ia melihat satu per satu orang yang menawari air minum dan handuk, semua terlihat bersemangat, berharap Juli akan menerima pemberian mereka. Namun, Juli tak pernah mengambil sesuatu dari orang yang tidak ia kenal. Pandangannya melintasi kerumunan hingga terhenti pada sosok Faisal yang hanya membawa air putih.
Dengan langkah mantap, Juli mendekat ke arah Faisal. Kedua bola mata Faisal membulat saat Juli tersenyum manis di hadapnya.
"Udah mendingan?" tanya Juli lembut. Faisal hanya mengangguk, tak mampu mengeluarkan sepatah kata pun.
Juli tak menunggu jawaban lebih jauh. Ia membuka botol air yang diberikan Faisal dan meneguknya hingga setengah. Setelah merasa tenggorokannya segar, ia menumpahkan sisa air itu ke atas rambutnya, mengibas-ngibaskan rambut basahnya dengan ceria. Aksi tersebut membuat sorakan semakin menggema, menciptakan suasana histeris di lapangan.
"AAAAAAAAAAA! NOTICE MEE PLEASEEE!" teriak para penggemar, suaranya menggema di seluruh lapangan.
Faisal tak bisa berkedip, terpesona oleh keanggunan Juli yang sedang memainkan air di rambutnya. Ia menelan ludah, matanya terfokus pada setetes air yang mengalir turun, membasahi jakun Juli yang tampak jelas. Ia merasa jantungnya berdegup kencang, tak mampu mengalihkan pandangannya dari bibir Juli yang seolah-olah memanggilnya.
"Jul... please... stop..." bisiknya dalam hati. "i cant falling in love with you kalau kamu nya terlalu sempurna."
Perasaannya campur aduk, antara kekaguman dan ketakutan, seolah-olah dunia di sekelilingnya memudar, hanya menyisakan sosok Juli yang memikat.
***
Setelah menyelesaikan hukuman, Juli diiringi oleh para anggota inti Harlies berjalan menyusuri koridor dengan anggun. Sebagai ketua geng motor Harlies, Juli melangkah di tengah, dikelilingi oleh empat sahabatnya: Starla, Hasby, Juni, dan Gahar.
Kehadiran mereka membuat seluruh siswa dan siswi yang melihat terpesona. Masing-masing anggota Harlies memiliki pesonanya sendiri: Hasby, si cowok manis yang ramah; Starla, cewek cantik dengan sikap sarkastis; Gahar, si cowok kekar yang terkesan cuek; dan Juni, si gadis cantik yang pintar. Namun, pusat perhatian tetaplah Juli.
Juliaz Asshira, dengan rambut long pixie dan jakun yang terlihat jelas, memiliki hidung mancung dan kulit sawo matang. Dengan mata sipit dan tubuh tinggi berotot, Juli memancarkan aura maskulin yang kuat. Meskipun ia seorang perempuan, penampilannya sering kali membuat orang mengira sebaliknya. Mungkin ini ada kaitannya dengan harapan ibunya yang menginginkan anak laki-laki, namun takdir memilih Juli untuk terlahir sebagai perempuan.
"Ini kita mau ke mana?" tanya Starla, sambil menoleh ke arah Juli. Juli berhenti sejenak dan menjawab, "Sumpek. Sebat, gas ga?"
Starla, Hasby, dan Gahar saling memandang, masih terkejut mendengar ajakan Juli untuk merokok di sekolah. Meski baru saja menjalani hukuman, Juli memang tak pernah takut melanggar aturan. Mereka sudah memahami sifat ketuanya yang berani.
"Dimana?" tanya Hasby penasaran. Juli tersenyum, "Rooftopt," jawabnya.
Dengan semangat, mereka melanjutkan langkah menuju rooftopt sekolah, siap merokok dengan tenang sambil mengobrol dan menikmati kebersamaan.
![](https://img.wattpad.com/cover/379467932-288-k782094.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Let's falling in love with me (gxb)
FanfictionMendengar rumor yang mengatakan jika Faisal Khavian adalah cowok yang tidak normal, tidak suka perempuan membuat seorang Juliaz Asshira penasaran dengan rumor yang ia dengar. Untuk menghilangkan rasa penasaran nya, Juliaz Asshira yang merupakan seor...