Bab 8 : Juli, Dewa dan Faisal.

913 51 2
                                    

"JUL, LO SERIUS NGASIH FIRST KISS LO BUAT DIA?!?!" Starla membulatkan kedua bola matanya, tak percaya saat Juli menceritakan semua yang terjadi di UKS dengan Faisal.

Juli mengangguk penuh keyakinan, bangga telah melakukan apa yang sejak lama diinginkannya. Ia menatap Starla, Juni, Hasby, dan Gahar, yang memandangnya dengan ekspresi aneh.

"Kenapa? Emang salah?" tanya Juli, dengan nada sedikit menantang.

"Ga salah sih," sahut Hasby. "Tapi, kenapa lo malah ngasih buat si gay?" lanjutnya.

"Kalau dia gay, dia nggak mungkin mau gua ajak ciuman," jelas Juli, menatap tajam Hasby yang tak bisa berkata lagi.

"Tapi, emang lo nggak merasa aneh? Itu bekas cowok, loh. Bekas si Incess," kata Starla, bergidik geli membayangkan ciuman Aldian dengan Faisal.

Juli mengangkat alisnya, terkejut mendengar nama Aldian. "Lo tahu dari mana, Star?" tanyanya.

"Siapa sih yang nggak tahu?" wajah Starla mengerut. Ia mengeluarkan ponsel dan menunjukkan video ciuman Faisal dengan Aldian yang tersebar luas di dalam grup sekolah.

"Video-nya aja rame di grup," tambahnya.

Juli terdiam sejenak, memperhatikan video itu sebelum akhirnya merasakan kemarahan. Ia menggenggam kedua tangannya dan menonjok meja di depannya.

"EMANG SI DEWA KURANG AJAR!!!"

***

Juli mengendarai motor Ninja-nya dengan penuh amarah, helm terpasang erat di kepalanya. Tanpa tujuan yang jelas, ia hanya ingin menemukan Dewa dan memberinya pelajaran yang pantas.

Tak lama, pandangannya tertuju pada sebuah rumah kosong yang telah dijadikan markas oleh Dewa dan teman-temannya. Dengan langkah cepat, Juli menghampiri mereka, amarah membara di dalam dadanya. Setiap langkahnya penuh semangat, seolah ingin meluapkan semua yang terpendam.

Dewa, yang tengah duduk santai, menoleh ketika melihat Juli mendekat. Tanpa peringatan, sebuah pukulan keras menghantam wajah Dewa, mengejutkan semua orang di sekitar mereka. Juli menatap Dewa dengan penuh kebencian.

"Jadi, lo pikir itu hal yang lucu, ya?" Suaranya meninggi, membuat perhatian semua tertuju padanya.

Dewa mengangkat alis, berpura-pura tidak mengerti. "Apa maksud lo, Juli?"

"Video itu, Dewa! Lo tahu betapa jahatnya lo!" Juli melanjutkan, suaranya bergetar antara kemarahan dan kekecewaan.

Dewa berdiri dengan wajah serius. "Gue nggak tahu apa-apa tentang itu. Kenapa lo nyalahin gue?"

"Karena lo yang bikin semua ini terjadi! Semua orang jadi tahu, dan Faisal jadi bahan olokan!" Juli menatap tajam, menuntut tanggung jawab Dewa.

"Juli, gue cuma merekam! Lo yang terlalu baper!" Dewa menjawab dengan nada menantang.

"Terlalu baper? Ini soal perasaan orang lain! Lo nggak pernah berpikir tentang dampak tindakan lo!" Juli membalas, jarinya menuding Dewa.

"Dan lo pikir dengan marah-marah kayak gini, lo bisa mengubah apa? Faisal tetap yang dia adalah," Dewa menjawab, nada meremehkan mengalir dari bibirnya.

Darah Juli mendidih. "Lo mungkin bisa main-main dengan perasaan orang lain, Dewa, tapi nggak dengan gue! Ini bukan hanya tentang lo dan kesenangan lo."

Tatapan mereka saling bertemu, ketegangan di antara keduanya semakin memuncak. Teman-teman di sekeliling mereka hanya bisa menyaksikan, menyadari bahwa hubungan mereka tidak akan pernah sama setelah hari ini.

"Lo nggak tahu apa-apa, Jul. Mending lo diem aja. Jangan ikut campur urusan gue sama dia!" Dewa melontarkan kata-kata itu dengan kesal, merasa terganggu oleh sikap Juli yang ingin mencampuri urusannya dengan Faisal.

Let's falling in love with me (gxb)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang