Tring!
Tring!
Tring!Bel sekolah sudah berbunyi tiga kali menandakan waktu istirahat telah tiba. Suasana kelas 12 IPA seketika ricuh namun kembali hening ketika Mukthi—wali kelas mereka datang masuk untuk memberikan sebuah informasi.
"Anak anak, di mohon kalian untuk duduk terlebih dahulu. Bapak akan mengenalkan kalian kepada siswa baru pindahan dari Jakarta." kata Mukthi langsung masuk ke dalam kelas dan membuat seluruh siswa dan siswi kelas 12 IPA bertanya tanya.
"Hah, pak? murid baru? siapa?" tanya Sapthalla dengan heboh nya.
"Ada, cowok. Pindahan dari jakarta" Mukthi menjawab, ia menoleh ke arah pintu dan mengangguk seolah-olah memberi tanda kepada seseorang di ujung pintu untuk masuk dan memperlihatkan diri.
Deg!
Jantung Faisal seolah-olah berhenti berdetak, kedua bola mata nya membulat sangat sempurna, bayang bayang masa lalunya terbayang ketika ia melihat sosok murid baru yang di perbolehkan masuk oleh Mukthi.
"Hai, introduction myself. Nama gua Dewangga Laksana. Dewa for short. Gua suka main gitar, main basket dan main cinta"
Gemuruh riuh dari kelas 12 IPA kembali terdengar ketika Dewa memperkenalkan dirinya. Banyak orang yang heboh dan langsung jatuh hati kepada laki-laki sempurna yang sedang berada di hadapannya. Namun, ada pula orang yang kembali merasa sesak dan trauma atas kedatangan Dewa di sekolah baru nya.
Faisal menundukkan kepala ketika ia melihat Dewa yang rupanya sadar jika ada dirinya di kelas ini. Dewa pun tersenyum ketika ia melihat Faisal ada di antara kelas pilihannya. Ia menjadi tak merasa salah karena memilih kelas paling di sukai banyak orang.
"Pak, request. Gua mau duduk di sebelah Faisal Khavian." Dewa menatap tajam ke arah bangku Faisal yang rupanya sudah menunduk ketika dirinya datang.
Faisal memang tidak pernah berubah dari dulu dirinya sekolah di Jakarta hingga saat ini dirinya menyusul untuk sekolah di Bandung, dia masih tetap menjadi orang bodoh yang akan selalu menjadi mangsanya.
"Selagi lo belum hancur se hancur hancur nya. Gue ga bakalan lelah buat lo di benci oleh seluruh manusia di bumi" sudutan senyuman dari Dewa terukir menandakan jika permainan nya akan segera di mulai kembali.
***
Keadaan kantin di SMA Merdeka Bangsa terlihat sangat ramai, banyak suara heboh dari berbagai kalangan yang tengah menikmati makanan nya dengan suka ria mereka. Meja meja yang ada di sana pun di penuhi oleh siswa dan siswi yang sudah kelaparan.
Di tengah ramainya kantin, terdapat seorang Faisal yang kini terpaksa menikmati istirahatnya dengan tidak penuh ketenangan. Sebab, dirinya harus beristirahat dengan seorang Dewangga Laksana, laki-laki yang sudah menghancurkan kehidupan nya di jakarta dulu. Jika di tanya, trauma? Faisal sangat sekali trauma. Namun, ia masih menjadi orang lemah yang tak bisa melawan trauma nya apalagi Dewangga.
Dewa dengan senyum penuh makna itu menatap Faisal yang dari tadi ragu untuk menatap dirinya. Dewa yang usil pun sengaja mengulurkan tangan nya lalu mengusap usap pipi Faisal yang halus. Kemudian, Dewa mencolek ke arah bibir Faisal membuat bayang-bayang kejadian di gudang 3 tahun lalu kembali terbayang di pikiran nya.
"Gimana, Sal?? do you remember that incident?" sebelah alis Dewa di angkat dengan sudutan senyuman tajam nya.
Faisal masih tak berani mengangkat kepalanya, ia hanya menelan ludahnya berharap Dewa akan memberikan rasa kasian kepada dirinya. Namun, Dewa tetaplah Dewa.
"Kalau gue ngomong itu di jawab!" sentak Dewa membuat suasana di kantin sedikit hening karena sentakan dirinya.
Banyak sorot mata yang kini menyorot dirinya dengan Faisal yang hanya tertunduk kepadanya, membuat dirinya seperti sedang membullying Faisal. Padahal, dirinya hanya kesal kepada anak pengecut itu.
"Lo mau gue sebarin fakta kalau lo itu sebenernya gay, HAH?" lanjut Dewa dengan penekanan ucapannya membuat semua orang di kantin terkejut dan bertanya tanya.
"Anjing! Seriusan?!" seseorang yang tengah duduk di meja sebelah nya itu bertanya dengan kepo.
"Serius" Dewa mengangguk dengan cepat, "Gue punya buktinya, lo mau lihat?!?"
"Boleh" seseorang itu tanpa ragu mengangguk membuat Dewa beralih dari tempat duduknya dan menghampiri seseorang itu.
"Save nomor gue, Dewangga Laksana" kata Dewa sembari akan mengetikkan nomornya di ponsel seseorang yang kini ia kenal sebagai Farizal.
"Nanti kalau gue udah kirim vidio nya, lo jangan lupa sebar luaskan ya? biar sekolah ini aman dari orang lgbt kayak si Isal" katanya membuat Faisal menolehkan kepalanya ke belakang dan berdiri untuk menyetarakan dirinya dengan Dewa.
Dewa yang melihat Faisal tiba-tiba berdiri itu mengangkat kedua alisnya, ia masih tak menyangka jika Faisal ternyata mempunyai nyali untuk berdiri menyetarakan dengan dirinya. Kedua bola mata Dewa menatap tajam ke arah Faisal membuat Faisal sedikit gemetar.
"Cih! ciut amat" dercak salah satu cewek yang ada di meja sebrang.
"Lo diem aja napa" sahut cowok yang masih satu meja dengan cewek itu.
"Gimana gue mau diem! dia itu cowok! masa ciut amat" cewek itu mendengus kesal ketika melihat Faisal yang hanya bisa terdiam dan gemetar ketika dirinya dalam bahaya.
Ucapan cewek itu benar! Faisal yang merasa tersinggung hanya membulatkan kedua tangan nya geram. Laki-laki itu menghembuskan nafasnya lalu pergi dari kantin, meninggalkan Dewa yang akan menyebar luaskan aib nya.
Sama seperti tahun lalu. Faisal hanya berlari seperti pengecut ketika dirinya sedang berada dalam bahaya. Ia tidak bisa melakukan apapun. Ia benar benar menjadi laki-laki pengecut yang lemah tak berdaya. Yang hobi nya lari ketika ada masalah. Kehidupan sekolahnya yang aman damai di Bandung kini berubah menjadi hancur ketika Dewa datang. Sama seperti kehidupan sekolahnya di Jakarta tiga tahun lalu.
"Dih, malah kabur" dengus cewek itu lagi ketika ia melihat Faisal yang malah melarikan diri.
"Padahal mah, gapapa ya? kalau dia mau nonjok itu anak baru" salah satu cowok yang ada di sana membalas.
"Bener! kalau takut di bales. Tenang, aja. Ada Juliaz Asshira yang bakalan nge bales" ujar cowok itu dengan tawa kecil menatap seorang cewek yang tengah menikmati batagor ciri khas kantin ini.
"Maksud lo apaan anjing!" cewek yang bernama Juliaz Asshira ini yang tadinya akan memasukkan batagor ke mulutnya mendadak tidak jadi. Ia membulatkan kedua bola mata menatap tajam ke arah cowok yang membawa bawa namanya.
"Gue bercanda sumpah" cowok itu memperlihatkan dua jari nya dengan senyum yang menampilkan deretan giginya. Panggil dia Hasby Fauziantara.
"Mampus! singa marah!" cewek yang memiliki rambut pendek itu menyahut, ia bernama Starla Bilfaqih, orang yang paling kesal ketika menonton pertengkaran di tengah keramain kantin tadi.
"Diem lo, Starla!" Juliaz mengarahkan mata tajam nya ke arah Starla membuat Starla mengangguk tanpa merasa bersalah.
"Oke, gue diem" ia menggerakan tangan nya seperti sedang menutup sleting kantong. "Tapi, lo percaya ga?" dan melanjutkan kata katanya ketika ia mengingat sesuatu
"Percaya apa?" balas Juliaz lempeng.
"Kalau dia beneran gay?" sebelah alis Starla terangkat membuat Juliaz menatap Starla kembali.
Starla yang merasa terintimidasi oleh tatapan Juliaz langsung mengalihkan pandangan nya ke arah lain.
"Gue sih percaya percaya aja" Hasby menyahut, "Siapa tau dia emang gay...."
"Tapi, kalau dia engga gimana?" balas Starla. Hasby sejenak terdiam, ia kemudian menghuap batagor yang ia bekal.
"Ada Juli yang siap memastikan"
KAMU SEDANG MEMBACA
Let's falling in love with me (gxb)
Fiksi PenggemarMendengar rumor yang mengatakan jika Faisal Khavian adalah cowok yang tidak normal, tidak suka perempuan membuat seorang Juliaz Asshira penasaran dengan rumor yang ia dengar. Untuk menghilangkan rasa penasaran nya, Juliaz Asshira yang merupakan seor...