Bab 11 : Kebebasan Faisal.

648 52 2
                                    

Setelah meraih kemenangan dalam pertandingan itu, Juli menghampiri Faisal, yang masih dikelilingi oleh Aldian. Dengan berani, Juli melepaskan tangan Aldian yang tak henti-hentinya memegang Faisal.

"Sal, selama satu minggu ini, lo punya gua," ujar Juli, membuat Faisal mengerutkan kening, kebingungan.

"Maaf? Maksud kamu apa?" tanya Faisal, wajahnya menampakkan ketulusan.

Juli menghela napas, lalu meraih bahu Faisal dengan lembut. Matanya yang penuh pengertian menatap Faisal yang masih bingung.

"Maksud gua, selama satu minggu ini, lo bebas dari penyiksaan Dewa yang selalu menyiksa lo dalam berbagai bentuk," jelas Juli. "Dan lo juga bebas dari si inces biadab ini!" lanjutnya, menatap tajam Aldian yang tampak tidak merasa bersalah.

"Diadab?! Kamu yang biadab!" balas Aldian dengan nada defensif.

Faisal, yang masih tak mengerti, hanya terdiam. Ia menggaruk kepalanya yang tak gatal, "Aku masih nggak ngerti."

Juli menghela napas panjang. Ia sebenarnya malas untuk menjelaskan lebih lanjut, tapi jika yang meminta penjelasan adalah Faisal Khavian, seribu permintaan pun akan ia penuhi.

"Intinya, lo bebas mengekspresikan diri lo selama lo sama gua." Ia menjeda ucapannya, "Setidaknya satu mingguan ini," lanjut Juli.

Keduanya saling menatap dengan senyuman bahagia, merasakan momen kebebasan yang baru saja dimulai.

***

Dewa, Cakra, dan Arash berdiri di depan loker mereka, mengganti baju setelah pertandingan yang memalukan. Kekalahan itu menghangatkan suasana, dan Dewa tidak bisa menahan amarahnya.

"Rghtthrh!!" geram Dewa, kedua tangan mengepal dan memukul loker hingga berbunyi nyaring. Cakra dan Arash tersentak.

"Bisa bisanya, gua kalah sama cewek ingusan kayak Juli?!" Dewa meluapkan kekesalannya.

"Dew, serius lo sebut dia cewek ingusan?" Arash mengangkat alis, ia terkejut mendengar ucapan Dewa yang memanggil Juli sebagai cewek ingusan. Padahal, sudah terlihat sangat jelas siapa yang ingusan sebenarnya.

"Dia bukan cewek ingusan. Dia cewek biadab! Bisa-bisanya dia ngalahin kita gitu saja!" sahut Cakra, mendengus kesal.

"Bodo amat! Mau dia cewek biadab, dominan, atau ketua geng sekalipun, gua bakalan tetep manggil dia cewek ingusan!" Dewa bersikeras, kemarahannya masih menggelora.

"Lagian, berani beraninya itu cewek ngalangin rencana gua buat bikin si Faisal hancur disini" Dewa mengepalkan tangan, tatapannya mengarah ke Faisal yang tengah tertawa bersama Juli dan anak-anak Harlies, yang tampaknya akan menjadi teman sekaligus pembela bagi Faisal.

Rahang Dewa mengeras, bola matanya menyipit saat melihat tawa bahagia Faisal. Kembali ia mengepal tangan, emosi dan dendam merasuki dirinya.

"BANGSAT! BISA-BISANYA GUA LIAT DIA KETAWA!" teriak Dewa, amarahnya meluap. Ia memukul loker dengan keras, menciptakan suara nyaring yang menggema di ruangan. Setiap dentuman mencerminkan kemarahan yang membara di dalam dirinya, seolah loker itu menjadi sasaran segala frustrasinya.

Tawa Faisal terhenti ketika ia tak sengaja bertatapan dengan Dewa, yang mengawasinya dengan tajam. Ia menunduk, merasakan ketakutan yang menggelayuti hatinya.

"Kenapa?" Juli, yang menyadari perubahan pada Faisal, menoleh dan bertanya. Faisal mengangkat kepalanya, berusaha menyembunyikan rasa takutnya.

Let's falling in love with me (gxb)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang