Chapter 5 : Curiosity

1K 93 8
                                    

The story is begin Faye, I promise. I'll make it to you, I'll make you fall harder and you can see who I am.
it's the promise, I've never have crush to a women before, but you.
You make my curiosity develop into Ambitious, and it's true.
After we talk, we sit together, when I smell your parfume your voice, that's make me dying so much. I want you! more than to know each other name, more than just the Barista and the costumer more than that.
I need to know who the are you? Who's your life, I want to know every single and every pieces of you.
You..
You get my attention to much when the first time I saw you on the cafe, you make me doubt my preferred sexual orientation. You rent for free in my mind every single time, and it's been a loan and you must to pay it.

"enough for starring at me child, you have to go now"

Suara Faye membuyarkan rancangan imajinasiku tentang bagaimana caraku agar bisa mendekatinya dan mulai dari mana?
I am to obvious?

aku melirik kearah jalan dan disana sudah terpakir mobil beserta supirku yang terus mengedipkan lampu sign.

"it's your driver right?" Faye menunjuk dengan mengangkat dagu.

Pukul 9 malam, perbincanganku dengan Faye berakhir. Ini sangat menyebalkan padahal aku masih ingin mengobrol dengannya rasanya aku belum dapat apa-apa dan masih banyak yang ingin aku tahu tentang dia.

"Hmm padahal masih pengen ngobrol, tapi besok aku ke Cafe kok" aku tersenyum meskipun berat rasanya aku ingin membawa Faye pulang bersamaku.

"Cafe itu untuk umum kamu boleh kesana kapan aja" Faye beranjak dari kursi berjalan menamaniku menuju mobil.

"Kalo kamu untuk siapa?" tanyaku singkat.

"yang pasti bukan untuk kamu"

Ish! nyebelin nyaaaaa.

"kalo kamu bukan untuk ku sekalipun, aku akan merebutnya" aku memasang wajah tidak setuju.

"kamu terlalu brutal, aku takut"

"belom aja, nanti juga kamu suka" Wow! Yoko you are so brave, and shameless.

Obrolanku dengan Faye di restoran terasa sangat singkat, sangat sedikit yang kami bahas.
Faye bertanya dimana aku kuliah, dan bagaimana aku bisa sampai di kota ini, sedangkan tentang Faye aku hanya tau namanya, rekomendasi tempat makan yang enak yang pernah dia datangi.
She's even don't spill anything about her personal life, tapi aku tidak mau terlalu memaksa don't wanna make her feel uncomfortable and bothering too much.

Setelah memasuki mobil aku membuka kaca samping dan mengucapkan terimakasih untuk hari ini, Faye membalas dengan melambaikan tangan dan tersenyum kecil ke arahku. Aku masih memperhatikannya di kaca spion saat mobil mulai melaju perlahan pantulan nya lenyap menghilang sebelum aku kembali meluruskan posisi duduk ku.

"maaf ya ngerepotin pak, tadinya aku mau naik Kereta tapi kayaknya kemaleman jadi manggil bapak deh"
kataku ramah pada supir pribadi keluargaku yang sudah aku anggap seperti keluarga sendiri, namanya Pak Boby sudah menjadi supir kami sejak awal Papaku pindah ke Kota ini.

"gak apa-apa, it's okay Ci"

Pak Boby orangnya santai sangat berjiwa muda tapi tetap sopan, aku bahkan lebih banyak bercerita pada pak Boby dari pada ke Papaku sendiri, karena Papa sangat sibuk dalam satu bulan dia hanya terhitung jari berapa kali ada dirumah.
Papaku bekerja di kedutaan dan diharuskan tinggal di negara ini selama masa jabatannya, masalahnya sejak aku SD sampai sekarang aku masih tetap disini. Papa berkali-kali di lantik sampai aku bisa menerima kalau suatu hari nanti aku dan keluargaku tidak akan pernah kembali kenegara asal kita.
Kami hanya sesekali berkunjung kesana untuk berlibur atau berkunjung ke keluarga besar, waktu kami lebih banyak dihabiskan disini, bahkan Mama sudah punya usaha Restoran Thailand sendiri disini, kami sudah jarang menggunakan bahasa Ibu ketika dirumah, lebih banyak menggunakan bahasa inggris atau Indonesia, sesekali Papa berbicara mandarin dan untungnya aku masih Fasih karena bahasa Mandarin diajarkan sedari TK dan juga Les diluar, itu Bahasa wajib setelah bahasa inggris.

Pak Boby lebih Familiar memanggilku Ci atau Cece karena sejak awal dia pikir keluargaku adalah Chindo karena terlanjur nyaman dengan panggilan itu sampai sekarang aku pun tidak keberatan.

"Mama sudah pulang pak?"

"sudah, Bapak tadi yang jemput dari airport katanya abis nganterin Si Bos ada flight"
saut pak boby dari kemudi depan tanpa mengalihkan fokusnya dari jalan.

"ooh.."

So busy family, and I can bear with that. They give me everything, afford my education, buy everything that I want and make sure I live happily with no doubt.
I am only child, they loves me a lot of course, even though we barely spent time together it's okay at least my mom always take me to dinner every friday night and we spent time together, go to the shopping, do girly things like nail art or relax on the salon.

live as an expats, going to international school and International collage, just made me like swimming in the bubble, the people I met are not different, they're obviously an expats child to or we can say that 'Bule'

That's why..
when I started my first year in college I've been try to break the bubble try to explore the city with the small step like going to the mal by a public transport, make friend with the native I bumped in Pilates class or go to event just to make friend with another human with difference race and I'd like it.
Until one day...
I met her, Faye. I just randomly step into cafe near my collage, just to ordered a cup of ice coffee. her presence is swallow my self jump into the insanity, the day when I first seen her on the back of the corner behind the bar counter she made me questioning about my sexuality.

Should I call marisa to inform her that I just make a great move today?

Marissa Llyod one of my Best friend in collage.
Bule Prancis yang juga tersesat disini karena Papanya adalah Chairman salah satu satu Internasional School di kota ini, dia belum lama disini terhitung sejak kami mulai memasuki semester pertama kuliah.

"eh tapi jangan deh, nanti Marissa tambah kepo" aku mengurungkan niatku untuk menghubungi marissa.

aku biasa menyebut Faye dengan nama Mbak-mbak barista saat aku menceritakannya pada marissa dia bahkan sudah hampir bosan karena menurutnya aku tidak ada pergerakan, katanya buat apa diliatin doang, semua costumer juga bisa.
bagiku itu sebuah tantangan, meskipun pelan tapi akan kupastikan suatu hari nanti aku bukan hanya bisa melihatnya tapi juga memilikinya.

eh.. tapi kejauhan

Sepertinya dia sulit digapai.

Bukan, bukan karena dia terlalu tinggi, tapi karena sikapnya yang misterius dan terlihat acuh tak acuh padaku rasanya Faye tidak mudah tertarik begitu saja dengan wanita cantik.

Iya aku memang cantik, itu bukan pengakuan tapi kenyataan.

DIE WITH SMILE  [FAYEYOKO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang