Ngedate bukan?

367 38 1
                                        

Chapter 7. Ngedate bukan?

Jangan lupa tekan vote!

"Saya enggak bisa nyetir, Pak," beri tahu Arona ketika mereka sudah berada di depan mobil Septian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Saya enggak bisa nyetir, Pak," beri tahu Arona ketika mereka sudah berada di depan mobil Septian. Di dalam pangkuan Arona sudah ada dokumen yang Septian perlukan untuk meeting nantinya.

Arona langsung memberitahu Septian tentang dirinya yang tidak bisa menyetir karena setahunya, selalu sekretaris yang menyetir untuk atasannya. Sementara Arona, dia hanya bisa mengendarai motor, sedangkan mobil tidak.

Septian menatap Arona sambil mengedikkan bahunya. "Enggak masalah. Saya bisa menyetir," ucapnya santai. Septian membukakan pintu di sebelah kemudi untuk Arona. Laki-laki itu menatap ke arah Arona yang masih diam. Septian menelengkan kepalanya. "Masuk, Arona."

Arona berubah gelagapan. "Oh, iya, Pak." Arona masuk ke dalam mobil dengan gerakan tergesa sampai kepalanya membentur bagian atas mobil. Arona mengaduh dengan wajah meringis.

"Hati-hati, Rona." Septian mengusap kepala Arona dengan lembut, membuat tubuh Arona menegang. Septian juga menempelkan bibirnya di kepala Arona yang terbentur, memberikan tiupan di sana. "Saya enggak nyuruh kamu buat masuk buru-buru."

Arona mengerjap-ngerjapkan matanya berulang kali. Jantungnya berdebar begitu kencang menerima perlakuan dari Septian. "Pak," panggilnya, menatap ke arah Septian. "Apa semua atasan kayak gini ke sekretarisnya?"

Septian terdiam. Tangannya dia tarik dari kepala Arona. Dia baru sadar jika tindakannya tadi tidak wajar di lakukan oleh seorang atasan kepada sekretarisnya. "Sorry. Tadi Saya khawatir."

Arona mengangguk kaku. "Iya, Pak. Lain kali Saya lebih hati-hati lagi."

Septian menatap ke arah Arona selama beberapa detik, kemudian dia menutup pintu mobil. Septian mengitari mobil, menyusul masuk di kursi kemudi. Sebelum menyalakan mobil, Septian menoleh ke arah Arona. "Seatbelt-nya." Septian mencondongkan tubuhnya, hendak membantu memasangkan seatbelt untuk Arona, tapi perempuan itu sudah terlebih dahulu menarik seatbelt, dan memasangnya.

Septian tersenyum, menarik kembali tangannya. Dia memasangkan seatbelt-nya, dan setelahnya baru menyalakan mobil. "Kamu mau Saya bantu buat cari kontrakan dekat sini habis ketemu klien?" tanyanya, menoleh kepada Arona sekilas. Kemudian, Septian kembali memfokuskan matanya ke jalanan.

Arona menoleh. Dia memang butuh orang untuk menemaninya mencari kontrakan, tapi bukan Septian juga orangnya. "Enggak usah, Pak. Saya enggak mau merepotkan Bapak. Lagian, ini bukan tugas Bapak."

Septian mengetuk-ngetukkan jarinya di setir sembari kepalanya mengangguk-angguk. Jelas Arona menolak, mereka baru kenal, dan hubungan mereka itu atasan dan sekretaris, bukan hubungan dua orang yang tengah melakukan pendekatan.

Arona menatap ke arah luar kaca mobil, memandangi jalanan yang di penuhi kendaraan lain. Cuaca di luar juga panas, beruntungnya Arona kali ini keluar menggunakan mobil, jadi dia tidak merasakan panasnya matahari di luar. Ketika dia memandang keluar, Arona jadi teringat dengan sesuatu, membuatnya kembali menoleh kepada Septian.

SEPARO (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang