[Chasing Idol by SADNESS SECRET]
"Seperti Angin Yang Datang Menyapa, Kehadiran Yang Hanya Sesaat, Tapi Meninggalkan Kehangatan Yang Takkan Pernah Hilang Dari Ingatan."
...
Hari-hari terasa hampa. Kebingungan menerpa. Hingga langkah terasa begitu beratnya.
Aleena menjalani hari dengan pertanyaan yang masih membekas. Mencari pemilik dari jawaban itu. Yang tak kunjung tiba, walau waktu bisa menjawabnya, namun entah kapan itu terjadi.
Di rumah yang megah, tak ada suara terdengar dan tak ada senyum yang nampak. Aleena yang sedang galau tentu saja terus diam, suasana hatinya terlalu buruk untuk menunjukan senyum, walau hanya untuk pura-pura.
"ALEENA." Suara yang membuat Aleena terhentak, karena kaget.
"Kok ngelamun sih. Itu ada teman kamu di luar mau ketemu," kata Dina.
"Siapa? Kalau Ryan, Aleena ga mau," jawab Aleena, tak bersemangat.
"Kalau Ryan ga mungkin nunggu di luar. Liat aja dulu," balas Dina.
Dengan tubuh lesu, Aleena berjalan dengan pelan menuju pintu utama rumahnya.
Pintu di buka, mata Aleena yang tadinya menatap bawah bergerak melihat ke depan. Pupil mata Aleena membesar kala melihat pria yang ia cari selama beberapa hari kini berada tepat di depan matanya.
"Al...," panggil Evan.
Aleena kemudian berlari ke arah Evan, melompat ke dalam dekapan pria itu dengan erat. Mata Aleena terpejam, ia mengeluarkan semua perasaan cemas dalam dirinya. Pelukan itu terjadi dengan perasaan senang yang meluap.
Bumi tempat mereka berpijak menjadi saksi betapa khawatirnya Aleena selama beberapa hari ini. Walau tanpa diucap, semua yang Aleena lakukan adalah saksi bisu betapa ia berjuang untuk mendapatkan jawaban dari hilangnya Evan secara tiba-tiba.
Aleena melepaskan pelukannya setelah rasa rindunya reda. "Kamu kemana aja?" tanya Aleena.
"Maaf... aku ga pernah bermaksud buat kayak gini. Aku ga punya pilihan Al."
Ketika Evan sedang bicara, Aleena justru salah fokus pada koper yang ada di sebelah Evan. Rasa penasaran itu membuat kening Aleena berkerut kebingungan.
"Kamu pulang, atau mau pergi?" tanya Aleena dengan wajah serius.
Pertanyaan itu membuat Evan menceritakan semua yang terjadi. Mulai dari kenapa dia menghilang? Kemana dia pergi? Apa yang sudah ia lakukan? Dan apa yang akan ia lakukan selanjutnya?
Kembali ke hari dimana Aleena dan Evan bersatu, Evan pulang ke rumah dan melihat mamanya tergeletak di lantai dengan tangis yang pecah. Ternyata itu terjadi karena papah Evan ketahuan kembali pergi berlibur bersama dengan wanita lain karena wanita itu tengah mengandung.
Fakta mengenai suaminya yang menghamili wanita lain terlalu mengejutkan untuk Diandra. Hingga ia membulatkan tekad untuk berpisah. Perselingkuhan terus terjadi selama masa pernikahannya, sudah 10 tahun suaminya gonta ganti wanita. Ia pikir itu akan berubah seiring dengan berjalannya waktu, tetapi itu tidak pernah terjadi.
"Hari itu juga aku dan mamah pergi ke cambridge, rumah orangtua mamah, kakek dan nenek aku."
Ketika di cambridge, Evan fokus dengan kesehatan mental Diandra yang tak stabil. Bahkan harus bertemu dengan psikolog.
Setelah beberapa hari di cambridge, Evan kembali ke Indonesia untuk mengambil surat pengunduran dirinya. Dan karena kondisi Diandra yang tak bisa ditinggalkan sendirian berlama-lama, Evan harus kembali ke cambridge hari itu juga, hari kepulangannya juga menjadi hari kepergiannya.
Wajah Aleena memelas, secara perlahan air matanya tumpah. Bukankah penjelasan Evan berarti perpisahan untuk mereka berdua?
"Kamu mau anterin aku ke Bandara?" tanya Evan.
Aleena mungkin tak menyadarinya, tetapi hati Evan juga tengah pilu. Di sisi lain ada mamanya yang butuh kehadirannya di sana. Sedangkan di sini, ada wanita yang ia cintai yang baru saja bisa ia miliki.
Lalu Aleena dan Nora pergi ke bandara dengan menggunakan mobil milik Aleena. Perjalanan yang di selimuti oleh kesedihan itu belum bisa Aleena cerna dengan baik. Kenyataan itu terlalu tiba-tiba untuk hatinya.
Mereka berdua tiba di bandara, dan kini berdiri berhadapan tepat di depan pintu keberangkatan.
"Walaupun aku ga ada disisi kamu, tapi hati aku bakal terus milik kamu Al."
"Kita pasti bakal ketemu lagi kan?"
"Pasti."
Mereka berpelukan untuk perpisahan yang entah kapan akan berakhir. Jawaban dari pertemuan mereka hanya diketahui oleh sang pemilik waktu.
Pelukan erat dalam tangis perpisahan itu begitu erat. Hati Aleena begitu enggan untuk melepaskannya. Terlalu berat untuk menjalani perpisahan yang terlalu tiba-tiba ini. Walau enggan, tetapi Evan tetap harus pergi. Perpisahan sudah tertulis dalam takdir mereka berdua.
Setelah pelukan itu, Evan melangkah pergi. Satu persatu langkahnya terbuat, langkah yang semakin membuatnya menjauh. Hingga langkah itu membuat Evan tak nampak lagi di depan Aleena.
Tangis Aleena pecah ketika Evan sudah tak ada dalam jangkauannya. Bahkan bayangan Evan juga tak bisa Aleena lihat lagi. Hari-hati penuh tawa dan cinta yang sudah Aleena bayangkan kini lenyap tak bersisa.
-Harapan akan tetap ada, bahkan ketika semuanya terasa menyedihkan-
-TAMAT-
KAMU SEDANG MEMBACA
Chasing Idol [END]
Romantiek[Mencintai dan Mengejermu Secara Ugal-ugalan] . Aleena Balleza adalah sosok yang sempurna, cantik, pintar, dan berpendirian kuat. Prestasinya yang gemilang dan pesonanya membuat banyak pria terpikat, hingga ia menetapkan satu prinsip: pria yang meng...