22| Masa Lalu Datang Tiba-tiba

9 7 3
                                    

[Chasing Idol by SADNESS SECRET]

"Aku Tak Pernah Berharap Terlalu Tinggi, Cukup Jika Kamu Bisa Melihat Usahaku. Segala Yang Kulakukan, Hanya Demi Sejenak Berada Dalam Pandanganmu."

...

"Pokoknya nanti langsung aja Tarik Ryan pergi. Aku bakal bujuk Evan cepet-cepet biar dia mau dan kita langsung pergi nonton. Oke?" ucap Aleena.

"Aman," balas Nora, optimis.

Saat ini mereka berdua sedang berada di dekat taman tempat yang mahasiswa lewati ketika hendak pulang. Ini adalah tempat yang pas untuk menunggu Evan dan Ryan.

Walau sudah lewat dua puluh menit, Aleena dan Nora dengan setia dan semangat yang tak menurun terus menunggu di sana. Tanpa duduk sama sekali. Hingga penantian mereka membuahkan hasil. Kedua pria yang mereka nanti-nanti akhirnya terlihat.

"Ra, siap?" tanya Aleena.

"Siap," jawab Nora.

Evan dan Ryan tiba di hadapan Aleena dan Nora.

"Hi guys," sapa Aleena.

"Ngapain di sini?" tanya Ryan.

"Ini kan kampus aku juga," balas Aleena dengan ramah. Ryan jadi menampakan wajah aneh dan syok berat karena sikap ramah Aleena yang tak seperti biasanya.

Aleena kemudian memberikan isyarat mata kepada Nora untuk membawa Ryan pergi dari sana.

"Yan, boleh ngobrol sebentar ga?" tanya Nora.

"Ngobrol apa," tanya Ryan.

Nora melihat ke arah Aleena karena gugup. Mata Aleena mengisyaratkan Nora untuk menjalankan rencana sesuai yang Aleena katakana. Jadi tatapan itu berarti, udah langsung tarik aja pergi dari sini.

Walau ragu Nora tetap menjalankan misi. "Ga di sini," kata Nora dan langsung membawa Ryan pergi jauh dari tempat itu. Ryan pergi dengan wajah yang nampak bingung. Walau begitu ia tak memberontak sama sekali.

"Van, mau nonton film bareng ga?" ajak Aleena.

"Kenapa ga bareng Nora?" tanya balik Evan.

"Dia ada urusan sama Ryan, penting. Sedangkan filmnya mau mulai setengah jam lagi," jelas Aleena dengan berusaha untuk meyakinkan Evan agar percaya dengan ucapannya.

"Kamu sibuk yah?" sambung Aleena karena Evan tak menjawab.

"Kamu beneran udah sembuh?" tanya Evan."

"Udah dong," balas Aleena menggebu-gebu. Aleena lalu berputar-putar di hadapan Evan. Bahkan loncat beberapa kali untuk meyakinkan Evan bahwa ia sungguh telah sehat.

"Kamu percayakan sekarang?" tanya Aleena sambil terus berputar-putar.

"Oke aku percaya. Jangan muter-muter lagi," balas Evan.

Aleena lalu berhenti. Bersamaan dengan senyum lebar yang selalu ia berikan kepada Evan ketika sedang gembira. Rencana Aleena berhasil. Evan bisa di ajak nonton film bersama.

Setelah Evan setuju, Aleena lalu buru-buru mengajak Evan menuju mobilnya. Aleena berkata jika pergi dengan mobilnya saja. Nanti Aleena yang akan mengantar Evan lagi ke kampus untuk mengambil mobil. Walaupun Evan menolak, tetapi Aleena yang bersikeras akhirnya mendapatkan persetujuan Evan.

Alasan Aleena adalah karena dia yang mengajak. Dan mereka juga sudah sering menggunakan mobil Evan jadi kali ini harus menggunakan mobil milik Aleena.

Sampai di bioskop, mereka masuk ke dalam studio 1 tempat film yang Aleena pilih di putar. Karena Aleena sudah membeli tiket jadi Evan hanya bisa menerima apapun film yang akan ia tonton nantinya. Aleena tak tau apakah Evan suka horror atau tidak, jadi Aleena tak bisa memprediksi reaksi Evan nanti.

"Kalau dia takut entar aku ga bisa peluk dong. Tapi kalau kita sama-sama takut kan juga bisa pelukan bareng yah. Tapi masa cowok maco gini takut horror. GA MUNGKIN!" batin Aleena.

Dari pada menerka-nerka. Aleena memutuskan untuk bertanya kepada Evan.

"Kamu takut ga?" tanya Aleena.

"Aku suka horror," jawab Evan.

Aleena kemudian mengangguk. Rencananya ternyata berjalan mulus. Jika Evan tak takut maka akan lebih bagus. Pokoknya nanti Aleena harus kelihatan takut senatural mungkin. Jangan biarkan Evan ragu bahwa Aleena takut.

Film di mulai. Bagian awal sudah nampak seram. Awalnya Aleena nonton dengan tenang. Menunggu bagian yang tepat untuk langsung melakukan aksinya.

Pada bagian tengah, bagian horror di film itu terlihat. Satu studio teriak dengan histeris. Begitu pula dengan Aleena. Yang juga langsung memeluk lengan Evan secara spontan.

"Van, aku takut," rintih Aleena sambil memeluk lengan Evan.

"Gapapa, aku disini," balas Evan. Ia mengelus telapak tangan Aleena yang memegang erat lengannya.

Sudut bibir Aleena terangkat. Evan tak dapat melihat itu karena Aleena menyembunyikan wajahnya dengan cara menunduk dengan menopang pada lengan Evan.

Aleena terus melakukan itu selama beberapa kali. Film yang diputar selama dua jam itu membuat Aleena full bahagia. Karena Aleena bisa merangkul lengan Evan selama satu jam penuh. Aleena benar-benar merasa bahwa actingnya sungguh luar biasa. Ia seharusnya bisa mendapatkan piala Oscar karena akting itu.

Film selesai di putar. Semua pengunjung keluar satu persatu dari dalam studio. Mungkin semua pengunjung keluar dengan perasaan takut yang masih membekas. Berbeda dengan Aleena yang keluar dengan perasaan gembira yang bahkan tak bisa hanya dengan di utarakan saja.

Sampai di depan studio, Aleena bertemu dengan wajah yang ia kenali.

"Aleena?" sapa Nando.

"Nando?" balas Aleena, dengan wajah sinis. Aleena melirik ke arah wanita yang ada di sebelah pria itu. Wanita yang rasanya ingin Aleena cakar hingga wajahnya tak berupa. Hanya bermodalkan tubuhnya, jika tak punya itu, siapa yang akan menginginkannya.

"Lo masih suka nonton film horror?" tanya Nando.

Perasaan gembira berubah menjadi rasa gugup. "Selera orangkan bisa berubah. Lagian gue Sukanya kalau film horornya ga serem," jawab Aleena, gugup. Aleena berusaha terlihat meyakinkan dengan jawabannya. Karena ada Evan di sana.

"Lo masih bareng cewek selingkuhan lo ini?" cecar Aleena, mengalihkan pembicaraan.

Nando adalah mantan pacar Aleena yang selingkuh saat mereka masih menjalin hubungan sebagai sepasang kekasih. Walaupun bisa dibilang Aleena tak benar-benar tertarik dengan Nando, tetap saja perselingkuhan Nando membuat Aleena kesal. Perasaan dikhianati itu membuat Aleena terpuruk selama beberapa hari.

Padahal dulu Nando sangat efford ketika mengejar Aleena. Sangat perhatian, sering mengucapkan kata-kata romantis dan beberapa kali memberikan hadiah. Tapi ternyata itu hanya Love Bombing semata. Ketika keinginannya tak dipenuhi, ia malah selingkuh.

"Iya, gue betah pacaran sama cewek yang bisa diajak ngapain aja. Ga kayak lo, yang cupu, ga nurut dan ga bebas buat di apain aja," jawab Nando dengan percaya diri. Walau dengan ucapan yang tak tahu malu.

Evan yang mendengar itu merubah ekspresi wajahnya dengan cepat. "Al, ayo pergi," ajak Evan. Ia lalu menggenggam erat telapak tangan Aleena.

Itu terjadi terlalu tiba-tiba hingga Aleena tak bisa berkata-kata. Evan menggenggam tangannya secara sadar. Nikmat mana lagi yang Aleena inginkan selain ini. Mungkin tinggal jadian saja. Jika bisa sekarang, Aleena tak akan meminta apapun lagi soal hubungan. Ia puas dengan hidup bersama Evan.


TO BE CONTINUE

Chasing Idol [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang