13| Apapun Akan Aku Lakukan

6 6 0
                                    

[Chasing Idol by SADNESS SECRET]

"Perjuangan Yang Panjang Akan Lebih Menghasilkan Sesuatu Yang Menjanjikan Dari Pada Perjuangan Pendek."

...

Kegiatan makan Aleena telah selesai. Kini Aleena tak mempunyai lagi alasan untuk lebih lama bersama Evan. Di taman itu Aleena yang sedang duduk mengayunkan kakinya dengan pelan. Seperti sedang menikmati angin yang berhembus pelan dengan ditemani oleh orang spesial untuknya.

"Udah kenyang?" tanya Evan.

"Udah," jawab Aleena sambil tersenyum simpul.

"Okey, ayo balik," ajak Evan.

"Okeh," jawab Aleena ragu.

Mereka berdua lalu beranjak dari kursi taman. Dengan langkah yang pelan, Aleena sembari memikirkan trik yang ia akan gunakan lagi.

Aleena lalu menjatuhkan diri dengan memiringkan kakinya. "Aduh," jerit Aleena.

Evan yang sudah berjalan lebih dahulu kemudian membalikan badan. Memegang lengan atas Aleena dengaan erat. Agar Aleena tak jatuh ke tanah.

"Kamu gapapa?" tanya Evan, cemas.

"Kakiku sakit," keluh Aleena sambil memegangi kakinya.

Tak lama setelah Aleena berkata seperti itu, Evan langsung membalikan tubuhnya. "Naik," ucap Evan dengan sedikit membungkuk Aleena.

Aleena tertegun. Melihat dengan tubuh membeku, Evan yang dengan sukarela menawarkan diri untuk menggendong. Membuat Aleena tak bisa berkata-kata. Jantungnya berdetak terlalu cepat, dan otaknya tak bisa bekerja dengan baik.

Secara tak sadar Aleena langsung berlari dari sana. "Aku gapapa," teriak Aleena.

Wajah Evan yang tadinya khawatir berubah menjadi heran dan bingung. Matanya menatap lekat ke arah kaki Aleena yang seharusnya sedang sakit. Tetapi malah bisa digunakan dengan normal untuk berlari secepat itu.

Aleena telah tiba di dalam mobil milik Evan. Dengan perasaan yang masih campur aduk. Aleena berusaha mengatur nafasnya dengan baik agar kembali ke keadaan normal. "Kenapa jantung aku kayak gini. Apa aku penyakitan yah," batin Aleena. Ia menyentuh dadanya dengan rasa khawatir.

Tak lama kemudian, Evan juga masuk ke dalam mobil itu. Evan menatap lekat ke arah Aleena ketika telah duduk. "Kamu gapapa?" tanya Evan.

"Gapapa kok," jawab Aleena cepat, tanpa balik memandang.

Mobil itu kemudian melaju dengan perlahan. Membawa Aleena pulang ke rumahnya. Sesampainya di sana, tak lupa Aleena mengucapkan terima kasih karena Evan telah bersedia menemaninya menonton pertandingan hari ini.

Evan juga berterimakasih karena telah mengajaknya. Itu adalah pengalaman yang menyenangkan.

"Lain kali kalau ada pertandingan lagi di akhir pekan, kamu mau ga?" tanya Aleena penuh harap.

"Kalau aku luang, aku pasti ikut," jawab Evan.

Tatapan penuh harap itu berubah jadi lebih berbinar. Ada rasa puas yang tak bisa Aleens bendung.

"Okee, see you," pamit Aleena.

Aleena turun dari mobil. Kemudian berdiri di sana sampai mobil Evan pergi dari kawasan rumahnya. Dengan senyum lebar, wajah tersipu, dan mata penuh bahagia, Aleena masuk ke dalam rumahnya. Jika saja ada yang melihat, pasti orang itu akan tau apa yang sedang Aleena rasakan sekarang.

***

Malam hari yang gelap. Suara burung yang hampir tak terdengar. Dengan kedinginan yang menyelimuti. Aleena yang masih larut dalam kebahagiaan masih terus tersenyum dengan manis. Di dalam kamarnya sambil menatap langit-langit kamar yang kosong. Aleena memikirkan setiap detik peristiwa membahagiakan yang telah terjadi.

Aleena kemudian terpikirkan sesuatu. Ia merasa harus membagi rasa suka itu kepada Nora. Nora harus tau sejauh mana perkembangan hubungan yang Aleena bangun dengan penuh trik dan drama ini.

"Iya Al?" tanya Nora.

"Ra, aku masih kebayang-bayang acara tadi...," kata Aleena, gemas.

"Wajah kok, itukan pertamakalinya jalan berdua aja bareng Evan."

"Ra, tapi kalau Evan udah punya pacar gimana?" gerutu Aleena.

"Udah tenang aja. Kalau Evan udah punya pacar pasti sejak awal dia bilang. Masa ga peka sih di deketin sejelas itu. Lagian selama belum nikah, masih bisa di kejar," balas Nora.

"RA? Serius kamu ngomong gitu. Wah, Nora yang baik dan lemah lembut ini juga bisa ngomong gitu yah," hardik Aleena, dengan suara tinggi.

"Apaan sih. Udah ah, pokoknya tenang aja, pasti jomblo kok. Kecuali dia fake boy yang bisa sembunyiin hubungan dengan muka ganteng itu sih," kata Nora.

"Ga mungkin Evan gitu. Dia cowok baik-baik kok," bela Aleena.

"Iyadeh...., udah yah, aku mau kerjain tugas dulu," kata Nora.

"Belum selesai juga?" tanya Aleena

"Belum nih tinggal dikit lagi." Jawab Nora.

"Yaudah lanjut aja, bye."

Walau belum puas dengan jawaban dari pertanyaan yang ia cari, Aleena merasa bahwa ia berada di jalan yang sudah benar. Keyakinan itu membuat Aleena menjadi tenang. Akhirnya ia bisa tidur dengan nyenyak di tengah rembulan yang menyinari bumi, dengan cahaya yang diberi oleh matahari.

***

"Aku mau ketemu," isi pesan masuk yang baru saja dikirimkan oleh Aldo.

"Pagi-pagi udah bikin rusak mood aja," gerutu Aleena. Sambil memakan roti selai kacang, kesukaannya.

Aleena tak merespon pesan itu. Hanya ia baca dan langsung di tutup. Karena hari itu David pergi lebih pagi dari biasanya, jadi Aleena harus sarapan sendiri.

"Mah, Aleena berangkat," teriak Aleena dari ruang makan.

"Iyaa, hati-hati sayang."

Aleena lalu mengambil tas dan bergegas pergi. Ketika sampai di garasi mobil, Aleena melihat mobilnya dengan lekat.

"Pinny. Kamu dimanfaatin sekali-kali boleh kan," kata Aleena sambil tersenyum.

Pikiran Aleena mengarah pada modus selanjutnya. Kemudian Aleena membuka ponsel dan memesan taxi online. Hari itu Aleena jadi pergi ke kampus dengan menggunakan taxi online.

Sampai di kampus tentu saja Aleena akan langsung mengirimkan pesan pada Nora untuk menanyakan keberadaannya. Ternyata Nora sudah sampai lebih dulu, jadi Aleena langsung pergi menuju ruang kelasnya.

Aleena tiba di kelas dan langsung duduk di sebelah Nora.

"Hi, cerah banget hari ini," kata Nora, menyambut kedatangan Aleena.

"Iya dong," balas Aleena sumringah.

Selama kelas berlangsung tentu saja fokus Aleena akan 100% berada pada dosen.

Setelah selesai kelas, Aleena dan Nora memutuskan untuk langsung pulang karena Nora ingin istirahat setelah satu minggu ini full dengan tugas. Jadi karena belum ada tugas yang menunggu jadi harus bersantai sejenak.

Berbeda dengan Nora, tentu saja waktu luang akan Aleena gunakan untuk sesuatu yang lebih bermanfaat

"Deketin Evan?"

"Itu bermanfaat?" tanya Nora.

"Bermanfaat dong. Buat hati," jawab Aleena dengan senyum lebar.

Setelah pisah dari Nora, Aleena duduk di bangku taman dengan santai. Di tengah ketenangan itu pesan dari Ryan tiba. Itu adalah pesan berisi jadwal kelas Ryan yang Aleena minta.

"Jangan lupa traktiran nya," isi pesan terakhir Ryan.

Dengan adanya jadwal itu Aleena jadi bisa mengetahui setidaknya 30% kegiatan Evan selama satu minggu.

"Aleena," panggil seorang laki-laki yang baru saja tiba di sana. 


TO BE CONTINUE

Chasing Idol [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang