𖤛𖤛𖤛Baru saja salah satu bodyguard membukakan pintu paviliun untuk Joe, aroma segar lavender menyambut indra penciumannya. Sudah kentara jelas jika aroma ini berasal dari jejeran lilin aromaterapi yang terpajang dengan api menyala.
Ketika Joe masuk, semua bodyguard yang berjaga di dalam bergegas keluar. Di dalam ruangan luas itu hanya tersisa Joe seorang. Kakinya yang terbalut sepatu ventela melangkah menyusuri bangunan bercat putih itu. Warna putih memberi kesan tenang, tidak urakan.
Joe pandangi semua pahatan mewah dan kalem pada paviliunnya. Tak segan ia meraih sebuah bingkai berisi potret keluarga bahagia dan membantingnya begitu saja di lantai. Langkah cepatnya ia bawa menuju ke arah tangga menuju kamarnya yang dulu pernah ia singgahi untuk memulihkan kewarasan dirinya sendiri.
Tampak tidak ada yang berbeda seperti terakhir kali Joe meninggalkan paviliun. Kamarnya masih sama. Bahkan di salah satu tembok masih terukir sebuah kalimat yang terlapisi emas murni.
Brecht means bright. Ukiran itu yang tertera dengan kilauan emasnya. Brecht adalah marga keluarga Ayahnya, dan Brecht berarti cerah atau terang. Tuan Dewata memang sengaja mengukir kalimat itu pada kamarnya di paviliun. Kesengajaan dengan harapan agar Joe bisa lebih cerah meskipun melewati banyak badai yang membuat dirinya hancur lebur.
"Brecht means bright. Namanya terlalu cerah buat keturunan malapetaka," gumam Joe membanting dirinya ke sofa empuk di sana.
𖤛𖤛𖤛
"Ru, lo tahu kenapa Joe nggak berangkat hari ini?" Karena kepo dengan ketidakhadiran Joe hari ini, Yasha sampai effort menemui teman dan sepupu gadis itu. Tadi sudah bertemu Rasa, tapi Rasa tidak tahu apapun. Sekarang giliran Yasha bertanya pada teman seperkumpulan Joe.
"Lagi amburadul, senpai. Biasaaa," jawab Haru menegak soda kalengan yang ia dapatkan dari vending machine.
"Tadi gue chat Joe tapi dibales satu doang. Gue chat lagi cuma ceklis," beritahu Yasha.
Haru mengangguk. "Anaknya lagi rebahan di kamar," sahutnya santai.
Yasha menatap Haru penuh keheranan. "Ru? Gue nggak bercanda."
"Gue juga nggak bercanda, senpai. Gue udah hafal di luar kepala sama kelakuan absurd dia," balas Haru.
"Lagian ngapain sih cari-cari? Naksir, ya?" ejek Haru tersenyum miring.
Empu yang ditanya terdiam. Sebenarnya bukan itu alasannya. Hanya saja .... Banyak teka-teki yang rasanya Yasha harus temukan dari diri Joe. Perempuan itu agak misterius, Yasha sedikit tertarik.
"Btw, senpai. Lo semir rambut di mana? Warnanya merah gitu, keren banget, gilak," puji Haru menatap berbinar pada surai merah Yasha.
"Salon deket sekolahan sini," jawan Yasha tertawa pelan. Senang juga sih karena dipuji keren.
"Eh, emang waketos boleh bar-bar kayak gini? Kan harusnya jadi contoh teladan, senpai." Kening Haru mengernyit heran.
"Bentaran doang, habis itu ganti lagi ke hitam. Gue lagi stress banget, makanya cat rambut gue," jelas Yasha yang diangguki mengerti oleh Haru.
"Mantep lah, senpai. Makin mirip anime."
𖤛𖤛𖤛
KAMU SEDANG MEMBACA
Ruang Kosong [Choi Hyunsuk x Kawai Ruka]
RandomNOT A HORROR STORY!!! Joe adalah seorang introvert yang memiliki banyak trauma karena perlakuan tak manusiawi dari kedua orang tuanya dan juga karena kehilangan sahabat terbaiknya. Joe bisa mengubah auranya tergantung tempat yang tengah ia pijaki. M...