xxɪ. black car

26 6 2
                                    


𖤛𖤛𖤛

Card spinning masih Joe lakukan sejak tadi seraya melamun. Sehabis jam sekolahnya selesai, ia diminta oleh Mima Risa untuk menunggui Reyhan dan Flower, berhubung hari ini jadwal Mima Risa sangat padat dan ada janji dengan pasiennya di hingga malam nanti. Bisa saja sih dengan Haru, tapi nyatanya lelaki itu tidak bisa dipercaya sama sekali. Mima Risa sudah trauma berat karena mempercayakan si kembar bersama Haru. Sebab nyatanya Haru hanya asik bermain PS dan mengabaikan kedua adiknya. Hingga saat malam hari di mana Mima pulang dari rumah sakit, si kembar hilang. Sampai tengah malam satu keluarga besar mencari Reyhan dan Flower, untung kedua anak itu berada di rumah Pak RT. Hadeuhhh .... Semenjak itu, Mima trust issue jika menitipkan anak kembarnya dengan si sulung.

"BALIKIN NGGAK, LO?! HEH! NGGAK USAH KURANG AJAR DI RUMAH GUE YA, LO!"

"PINJEM BENTAR, ANJROT!"

"ITU HP LO ADA! NGAPAIN BAWA PUNYA GUE?"

"PINJEMMMM!"

"Anak-anak syaland," gumam Joe memijat pelipisnya yang terasa ngilu.

Menyatukan Haru dan Janu bukanlah hal yang bagus. Tadinya Haru yang memaksa Janu ke rumahnya, namun sekarang keduanya malah bertengkar seperti anak kecil.

"BALIKIN HP GUE!"

"PINJEMMM!"

"DIEM!"

Haru dan Janu seketika kicep begitu mendengar sentakan dari Joe. Gadis yang duduk di sofa itu melirik ke arah dua laki-laki itu dengan lirikan mautnya.

"Re sama Flo lagi tidur! Lo berdua nggak usah teriak-teriak kayak monyet lepas kandang gitu! Heran gue," ucap Joe mendesah pasrah.

Haru mengangkat tangannya. "Tapi Janu duluan yang—"

Tuk

Suara ringisan Haru terdengar begitu Joe melempar ponsel tepat mengenai dahinya. Untungnya benda pipih berwarna hitam itu berhasil Haru tangkap, coba kalau tidak ....

"Pakai aja tuh HP gue, nggak usah rebutan. Lama-lama kalian jadi anak kembar beneran kalau sering gelut nggak tahu tempat, " kata Joe watados.

Janu menyipitkan matanya menatap Haru. "Amit-amit!"

"Heh! Kurang ajar, lo!" Netra Haru melotot dan mengangkat tangannya hendak menggeplak Janu.

"Ribut sekali lagi, mending kalian duel di atap rumah," ucap Joe mengancam.

Haru dan Janu langsung menyengir dan merangkul satu sama lain, tak lupa juga saling menepuk bahu.

"Nggak kok, Sel. Main-main doang tadi. Iya kan, Nu?" tanya Haru setia tersenyum.

"Bener tuh, bener," sahut Janu membenarkan.

Joe melirik keduanya sekilas. "Enyah aja lo berdua dari bumi."

𖤛𖤛𖤛

"Mewakili dualitas ...." Joe bergumam sembari menjentikkan jarinya pada kartu joker yang tengah ia pegangi. "Gue? Munafik? Yang bener aja," sambungnya berdecak.

Joe menghela nafasnya panjang. "Maksud Raka apaan sih? Gue nggak sadar? Nggak sadar apaan? Pusing gue mikirnya," keluhnya.

Tiba-tiba saja kartu joker yang Joe mainkan diambil begitu saja oleh seseorang yang kini berdiri menjulang di depan Joe.

Joe spontan melotot dan berteriak. "Woi!"

"Dari beberapa hari kemarin lo mainin nih kartu mulu buat apaan sih? Anak kecil nggak boleh main kayak ginian." Pemuda dengan rambut hijaunya menceletuk dan duduk begitu saja di sebelah Joe—dia Harta.

Ruang Kosong [Choi Hyunsuk x Kawai Ruka]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang